14. Bioskop

847 52 3
                                    

sayanggg maaf yaa baru update sekarang🥲🥲

***

Gadis pemilik mata tajam dan wajah bak princess ice, berdiri di depan pagar rumah yang bertingkat, menatap halaman depan yang terisi dengan tanaman-tanaman hias, rupanya tanaman hias itu barangkali di rawat dengan sepenuh hati, penuh cinta.

Chindy, menatap sekelilingnya yang sepi. Benar apa kata Melody, komplek di jalan mereka memang sepi, bahkan andaikata jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh malam, yang tak terlalu tengah malam pun sudah mulai sepi sekitarnya. Aroma hujan khas habis membasahi bumi dan tanah tercium mencuat di indera hidungnya.

Hujan gerimis kembali turun tadi, bertepatan setelah Kala pulang dari kosannya, gerimisnya hujan benar-benar awet. Sehingga, Chindy harus menunggu kisaran setengah jam supaya gerimis benar-benar berhenti menapakkan air hujannya ke tanah. Dirinya kembali lapar, untungnya sebelum ke rumah Kala, ia membeli cemilan pengisi perut yang sekiranya dapat menenangkan perutnya yang kroncongan.

Sambil menunggu Kala keluar dari balik pintu, ia memakan cemilannya dengan tenang. Beberapa kali kakinya di gigit nyamuk lantaran menunggu di luar.

"Adek jalan dulu, Bun!"

Cklek!

Kala keluar dari pintu depan rumahnya, berlari kecil sambil menenteng helm ke arah pagar rumah, di bukanya pagar rumah sambil menatap Chindy yang asik melahap cemilannya. Gelengan kecil ia berikan, ia menutup kembali pagar rumahnya.

"Udah lama nunggunya?" Tanya Kala, sembari memasang helm di kepala, lalu menatap penampilan Chindy yang begitu memukau.

Chindy memakai jaket boomber hitam yang pas pada badannya, dengan kaos putih yang bergambar bebek kuning kecil di dada kanan, tak lupa celana hitam slack ia padukan. Dan satu hal yang tak luput dari pandangan Kala, rambutnya yang di urai lurus.

Kala terpesona dengan penampilan Chindy, ia juga melihat adanya riasan kecil di wajah judesnya itu.

"Baru beberapa menit yang lalu," Chindy menyodorkan cemilan yang ia beli tadi, "Mau?"

Kala mengangguk, ia memakan dikit cemilan yang di kasih Chindy, sekedar ingin mencoba.

"Kita mau kemana?" Tanya Kala.

"Lo laper gak?"

"Enggak sih. Soalnya udah makan di dalem tadi."

Chindy terdiam beberapa saat, sambil menghabiskan sisa makanannya, ia memikirkan tempat yang akan di kunjunginya bersama Kala. Chindy turun dari motor, membuang sisa bungkus makanannya pada tong sampah.

"Mau ke mall gak? Gue ke pengen nonton horror."

Kala menatap tak suka ke arah Chindy, "Yang bener aja? Ih, gak, gak, gak!"

"Kenapa? Seru loh padahal. Dari pada kita cuman jalan-jalan keliling di mall, mendingan nonton. Bisa sambil makan popcorn lagi."

"Yaaa! Tapi kan aku penakut?! Mana malem Jumat lagi."

Chindy kembali menduduki jok motornya, ia memasang helmnya sambil sedikit merapikan rambutnya yang keluar, dirinya menatap Kala, lalu menunduk guna membuka footstep motornya.

"Ngapain takut? Lagian emang kenapa sih kalonya malem jumat?"

"Sakral aja rasanya."

Kala tak bisa mengungkapkan rasa bahagianya, perlakuan kecil dari Chindy semakin membuatnya terpesona. Si gadis yang duduk di jok motor itu menatapnya dengan menyelidik, bukan, dirinya bukan menyelidik, tapi memandang dari atas sampai bawah.

11 MIPA 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang