8. Akhir Dari Penderitaan

95 5 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

“NGHH!!!” Mile mengerang menahan rasa sakit di lengannya. Tusukan demi tusukan itu tidak kunjung berhenti.

Apo bisa melihat bagaimana menderitanya Mile. Dia bahkan bisa merasakan remasan tangan Mile yang begitu kencang. Menunjukkan betapa besar penderitaan yang harus dihadapinya.

Apo menoleh ke arah Siwat yang berdiri di depan tabung berisi nanomite. “Masih berapa lama lagi, Profesor?”

“Lima belas persen lagi.” Jawab Siwat.

Kemudian perhatian Apo tertuju pada Mile kembali. “Kamu dengar ‘kan, Phi? Kurang sedikit lagi. Kamu pasti bisa menahannya.”

Mile menganggukkan kepalanya dan berusaha untuk berjuang menahan rasa sakit itu.

“Aku pikir Phi Mile sangat hebat. Kalau aku jadi dia, aku mungkin sudah pingsan duluan.” Komentar Bas yang menganggumi bagaimana kuatnya Mile menghadapi rasa sakit itu.

“Itu karena kamu selalu membolos saat latihan sehingga stamina tubuhmu sangat buruk, Bas.” Nodt menanggapi ucapan teman satu timnya.

Bas mendengus kesal mendengar tanggapan yang buruk itu. “Itu karena kamu selalu kejam padaku saat berlatih, Phi. Kamu jauh lebih keras padaku dibandingkan dengan yang lain.”

Nodt menyentil dahi Bas membuat pria itu meringis sakit. “Salah siapa yang selalu tidak serius saat latihan. Karena itu aku memberikan latihan ekstra buat kamu. Bukankah aku sangat baik padamu, Bas?”

Job menarik tangan Bas dan menyembunyikan pria itu di belakang tubuhnya. “Jangan menyakiti Bas, Phi. Kalau kamu mau memukulnya, pukul saja aku.”

Nodt menghela nafas berat. “Bagaimana bisa kamu jatuh cinta begitu dalam sama bocah nakal ini, Job?”

“Karena cinta tidak memiliki rumus rumit yang perlu dijelaskan.” Jawab Job dengan ekspresi dingin.

Nodt hanya bisa menghela nafas melihat pasangan yang sangat bertolak belakang itu. “Terserah!”

Mereka tidak lagi bicara karena kembali fokus pada proyek nanomite yang sedang dijalankan.

“Tinggal lima persen lagi.” Ucap Siwat dengan sangat antusias.

Hal itu pun membuat MIle dan Apo sedikit lega karena sebentar lagi penderitaan yang dirasakan oleh Mile akan segera berakhir.

“Empat… tiga… dua…. satu… SELESAI!!!” seru sang Profesor dengan penuh semangat.

Tepat saat hitungan berakhir, Mile bisa merasakan tusukan di lengannya berhenti. Bersamaan dengan itu, dia bisa merasakan sesuatu yang lain di lengannya. Namun sebelum sempat melihatnya, Mile sudah tidak sadarkan diri.

“PHI MILE!!!” seru Apo terkejut melihat reaksi pria itu. Kemudian Apo menoleh ke arah Siwat. “Profesor, apa yang terjadi dengan Phi Mile?”

“Tenang, Apo! Mile hanya pingsan karena sudah berada di ambang batas menahan rasa sakitnya. Ini reaksi yang normal. Aku akan membuka tabung ini.” Siwat menunjuk ke arah tabung nanomite di hadapannya.

Bukan hanya sang profesor saja yang penasaran dengan hasilnya. Apo, dan juga orang-orang yang berada di laboratorium itu juga ikut penasaran. Siwat mulai membuka tabung itu sehingga terbelah menjadi dua. Seketika mata Siwat berbinar saat melihat isinya.

“BERHASIL! Proyek Nanomite berhasil!” seru Siwat memandang semua orang dengan perasaan senang yang luar biasa.

Seketika semua orang langsung mengerumuni tabung itu untuk melihat isinya. Reaksi yang ditunjukkan oleh mereka sama seperti sang profesor. Pasalnya di dalam tabung itu terlihat tangan Mile kembali utuh seperti semula. Bahkan tidak terlihat adanya bekas tangannya pernah buntung. Hanya ada noda darah yang mengotori kulitnya.

“Ini benar-benar seperti tangan asli.” Bas menyentuh tangan Mile. Bahkan bentuk kenyal kulit terasa begitu nyata. Tidak ada yang akan tahu jika itu adalah kumpulan robot nanomite yang berkamuflase menjadi kulit.

Nodt menganggukkan kepalanya. “Benar, tidak akan ada yang menyadari jika sebenarnya ini bukan tangan asli. Kamu sudah bekerja sangat keras, Profesor.”

Tong menganggukkan kepalanya. “Terimakasih untuk kerja kerasmu bersama yang lain, Profesor.”

Siwat tersenyum senang. Bahkan dia tidak bisa menahan air mata karena terlalu bahagia proyek yang ditanganinya dan dikerjakan bersama timnya selama beberapa bulan ini berhasil. “Terimakasih, Khun. Ini semua karena kepercayaanmu pada tim kami, Khun.”

“Aku selalu percaya kamu bisa melakukannya, Profesor. Apakah kita belum bisa melihat apakah nanomite ini bisa bekerja?” tanya Tong menunjuk ke arah tangan Mile.

“Tentu saja bisa, Khun. Meskipun dalam tidur, tapi otak tetap bekerja. Hal itu berlaku juga dengan nanomite ini. Aku akan mencobanya.” Siwat mengambil pisau yang ada di atas meja didekatnya.

Profesor itu menarik nafas panjang terlebih dahulu. Meskipun berhasil memasakan nanomite pada lengan Mile, tapi yang paling penting adalah melihat apakah robot-robot berukuran super kecil itu bisa bekerja dengan baik atau tidak. Kemudian Siwat menggores sedikit telapak tangan Mile. Tampak luka itu menganga tapi tidak mengeluarkan darah.

Detik berikutnya nafas semua orang tercekat saat melihat apa yang terjadi. Terlihat secara perlahan luka itu mulai menutup sampai akhirnya tidak terlihat kembali.

“WOW! Nanomite itu benar-benar bisa memulihkan luka dengan sendirinya. Bukankah ini seperti vampir yang bisa menyembuhkan lukanya sendiri?” Bas tampak terkagum dengan hasil tangan itu.

Siwat menganggukkan kepalanya. “Seperti itulah, Bas. Robot-robot nanomite ini sudah diprogram untuk bisa memulihkan diri sendiri.”

“Keren!” Bas mengacungkan dua jempolnya.

“Lalu bagaimana dengan kekuatan tangan ini, Profesor?” tanya Job penasaran.

“Kalau soal kekuatan tangan ini, kita belum bisa mencobanya sampai Mile sadarkan diri. Meskipun otak tetap bekerja pada saat tidur, tetap saja kita tidak bisa menggerakkan tangan ini sendiri.” Jelas Siwat.

“Jadi kita harus menunggu dia bangun?” tanya Tong.

Siwat menganggukkan kepalanya. “Benar, Khun.”

Sementara itu Apo masih berdiri di samping ranjang Mile dan tidak melepaskan tangan Mile. Meskipun genggaman tangan pria itu longgar karena tidak sadarkan diri, tapi tetap saja Apo menggenggamnya. Dia berharap Mile segera membuka matanya. Karena Apo begitu takut kehilangan pria itu.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Not Human, But Cyborg (MileApo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang