9. Siapa Mereka?

89 8 0
                                    

Motor Ducati Panigale V4 R melaju dengan begitu cepat melewati mobil-mobil di jalanan Bangkok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Motor Ducati Panigale V4 R melaju dengan begitu cepat melewati mobil-mobil di jalanan Bangkok. Menembus kegelapan malam seperti kilatan petir.

"Sampai kapan kamu membuatku menunggu, Phi Ta?" terdengar suara yang tersambung di earphones wireless.

"Kenapa kamu gak sabaran sih, Nong Copper? Hitung sampai tiga. Aku pasti sudah ada di hadapanmu.” Ta menyeringai seakan menyimpan rencana lain.

“Hitung sampai tiga? Apa kamu sedang bercanda, Phi?” tanya Copper bingung.

“Sudah hitung saja, Nong. Percayalah padaku.” Ta masih bersikeras.

Terdengar Copper menghela nafas berat. “Oke, aku hitung. Satu… Dua… Tiga…”

Tepat di hitungan terakhir, tiba-tiba saja motor berwarna merah dan hitam itu berhenti tepat di depan Copper. Bahkan motor itu nyaris menabrak kaki laki-laki itu.

Laki-laki yang duduk di atas motor itu menaikkan kaca helmnya. “Bukankah sudah kubilang kalau aku bakal datang tepat waktu?”

Copper mengangkat jam di pergelangan tangan kirinya. “Tepat waktu apa? Kamu telat satu menit.”

Giliran Ta yang menunjukkan jam tangannya. “Sayangnya di jam tanganku tidak telat sama sekali. Ayolah, Copper! Kenapa kamu begitu tidak suka bersama denganku? Apa aku pernah melakukan kesalahan padamu?”

Copper menggelengkan kepalanya. “Tidak, kamu tidak melakukan kesalahan apapun, Phi. Hanya saja aku tidak suka caramu bekerja. Kamu tidak serius melakukan sesuatu.”

“Oh, Ayolah, Nong! Memang seperti ini aku. Tapi yang paling penting adalah aku selalu mengerjakan tugasku dengan baik. Atau jangan-jangan kamu kesal karena kamu tidak jadi menjalankan tugas bersama Mio, karena itu kamu melampiaskannya padaku?” Ta menggoda Copper karena tahu laki-laki itu diam-diam menyukai Mio.

Copper menggelengkan tugasnya. “Tidak, aku tidak menyukainya.”

“Masih saja tidak mengakuinya. Ayo, sebaiknya kita segera pergi. Kalau tidak, target kita akan semakin jauh.” Ta memberikan helm pada Copper.

Copper pun mengambil hem itu dan mengenakkannya di kepala. Setelah itu dia duduk di belakang Ta tanpa berpegangan apapun.

“Kamu bisa jatuh kalau tidak berpegangan.” Ta menutup kaca helmnya.

Copper menggelengkan kepalanya. “Tidak akan. Aku bisa mengatasinya.”

Ta mengangkat kedua tangannya. “Terserah kamu! Yang penting aku sudah mengingatkanmu.”

Setelah itu Ta mengegas motornya membuat Copper terkejut dan secara relfek dia memeluk Ta. Diam-diam Ta tersenyum penuh kemenangan. Setelah itu tidak ada pembicaraan sepanjang perjalanan. Karena mereka akan melakukan misi yang sangat penting.

***

“Sebaiknya kamu menutup matamu saat aku membuka perbannya, Bible. Karena mungkin cahaya yang masuk ke mata secara tiba-tiba membuatmu merasa sakit.” Pinta Siwat saat berdiri di samping Bible yang sedang duduk di kursi.

Not Human, But Cyborg (MileApo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang