42

2.6K 339 7
                                    

Sedari dulu juga Xander sudah tau kalau Liam itu gila. Tapi dia masih saja tak menyingka akan sampai ditahap separah ini. Semua yang Killion paparkan tentang segala hal yang terjadi dalam waktu singkat ini membuat Xander sakit kepala.

Membiarkan Gaia melancarkan semua aksinya dengan mulus. Lalu menghancurkan saat wanita itu merasa akan menang. Dan sekarang menjadi buronan?

"Bagian menjadi buronan itu diluar rencana," kata Killion. "Liam pun tak menyadari bahwa Niels telah terinfeksi dan dikendalikan oleh Gaia."

Karena konsep awal dari infeksi iblis itu sendiri disebabkan oleh shura ras iblis yang istimewa yang amat sulit dikendalikan dan berbalik menyerang untuk mengambil alih kesadaran korbannya. Dalam kasus Gaia, dia mengacaukan pikiran targetnya, mengendalikan mereka layaknya boneka.

Dan satu-satunya solusi untuk membebaskan mereka hanyalah kematian.

"Lalu apa yang akan kalian lakukan setelah ini?" kata Xander kemudian.

"Kalau soal itu.." tirai di sudut ruangan disibakkan. Pria dengan perut dan lengan yang diperban bangkit dari posisi berbaringnya. Tentu saja dia Liam. "Tentu saja perang habis-habisan."

Ucapkan selamat karena anak itu berhasil lolos dari kematian. Meski wajahnya pucat seperti mayat. Tapi tampaknya dia masih punya cukup energi untuk menyiksa tubuhnya lagi. Lihatlah bagaimana sekarang dia berdiri menyambar baju yang Sion sediakan dan memakainya dengan santai.

"Oh, tidak jadi mati?"

Liam menatap bocah yang tengah mengelus kucing abu-abu di pangkuannya itu. Sesaat senyumnya tersungging. "Pulanglah, Xander."

Xander mengangkat Cedric yang tengah nyaman-nyamannya ia elus. Dia tatap sebentar hingga akhirnya kucing malang itu dilempar begitu saja hingga menabrak tubuh Killion. Cedric sudah akan marah tapi merasakan bulu lembut dan hangat si serigala putih ia mendadak terlena.

"Aku sudah tak bisa pulang lagi," kata Xander. Begitu Liam mendekat dia ikut berdiri, mendongak menatap pria lurus. "Lagipula kalau tak ada aku, kau mati."

Liam berpangku tangan. Menatap angkuh bocah di depannya itu, "Kau ada atau tidak pun, akan tetap sama."

"Yang mulia," tegur Sion. "Jangan berdebat dengan anak kecil."

Yang mana membuat Xander sontak saja menatap sengit pada Sion. Sialan, dia tak terima. Tapi mau protes, malah teringat kalau ia kini terjebak di tubuh seorang bocah 10 tahun.

Agaknya dia lupa, kalau aslinya wujudnya memanglah seorang bocah baik itu dalam tubuh Cedric maupun Liam.

"Lupakan! Intinya aku akan ikut kemana pun kau pergi!"

Lihatlah dia benar-benar masih seorang bocah. Dia terlihat seperti anak kecil yang tak mau ditinggal pergi kakaknya.

Liam mengangguk ringan, "Maka ayo kita pergi."

Dan seolah mengerti akan maksud kata-kata itu, Killion berdiri dengan Cedric yang bergelayut di kepalanya. 

"Kita akan kemana?" tanya Xander linglung saat melihat portal teleportasi yang terlihat asing di matanya.

"Daratan musca." Kata Liam membiarkan Killion melangkah lebih dulu diikuti oleh Sion di belakangnya. Lalu dia menoleh pada Xander, "Ke kerajaan para Aune."

|||||||||||||||||||||||

Setengah tahun berlalu dengan cepat sejak kekacauan besar terjadi di istana Calais yang mengakibatkan tewasnya putra mahkota Calais.

Kekaisaran sejak saat itu dilanda kekacauan tanpa henti. Muncul portal dimana-mana yang dari dalamnya keluar ribuan monster yang menyerang dengan membabi buta. Awalnya hanya dititik-titik tertentu seperti di ibukota atau kota-kota besar lainnya. Namun lama-kelamaan serangan monster itu merambat hingga ke wilayah-wilayah pelosok.

Be The Devil PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang