Dongeng Serigala

2.3K 21 9
                                    

Aku janji ke orange_sky untuk menulis. Maaf kalau tidak sesuai dengan keinginan. Sudah terlalu lama tidak menulis. Tulisan ini ku buat saat mencoba belajar menulis lagi. Perintahnya ada di buku 'daripada bete, nulis aja' karya Caryn Mirriam-Goldberg, Ph.D. Aku merekomendasikan buku ini sebagai panduan untuk menjadi penulis. Mungkin kalian memang suka menulis, tapi terserah kalian untuk menjadi seorang penulis. Sepertinya cukup dengan basa-basinya :)

***

Hidup di dunia dongeng bukan sesuatu yang menyenangkan buatku. Hidup bahagia selamanya? Cih, dunia seperti itu akan menjadi sangat membosankan.

"Serigala yang terbakar di rumah tiga babi adalah serigala ketiga yang mati minggu ini," kata seekor serigala yang memiliki rambut berwarna coklat kayu eboni.

Aku bosan mendengarkan ocehan para serigala di sini, tapi masih mencoba mendengarkan dengan sesekali menguap. Mereka terlalu banyak bicara mengenai apa yang harus dilakukannya untuk makan malam ini. Semakin mereka banyak bicara, bukankah mereka akan semakin lapar?

"Hei, kau! Tidakkah kau akan menyodorkan solusi?" tanya pimpinan serigala negeri dongeng padaku.

"Ini negeri dongeng, bos. Kita tidak akan pernah bisa makan. Sekali pun bisa makan, kita akan mati. Seperti serigala yang berhasil memakan gadis bertudung merah dengan neneknya. Hidup mereka akan bahagia selamanya, bos. Tapi bukan hidup kita. Buat makan malam nanti saja kita tidak punya. Kita tetap akan mati akhirnya, entah mati dibunuh pemburu penyelamat gadis tudung merah, mati terjatuh di perapian tiga babi, atau mati kelaparan karena tidak makan hari ini. Kita tetap akan mati, bos. Kalau kita menjadi vegetarian pun, mungkin akan ada dongeng baru tentang serigala dan petani. Toh, akhir ceritanya kita mati lagi. Hidup bahagia selamanya bukan cerita untuk kita yang bertaring besar dan bertelinga lebar," kataku dan seketika tak ada suara yang terdengar dalam forum serigala negeri dongeng ini.

Selang lima menit kemudian forum pun dibubarkan. Para serigala kembali ke sarang masing-masing. Mungkin menangis meratapi hidup yang tidak lama, menangis meratapi hidup yang tidak pernah bahagia, atau menangis meratapi perut yang tidak pernah diisi. Apa aku perlu menulis surat untuk Cinderella bahwa beruntungnya dia bisa hidup bahagia selamanya, dan kami (para serigala) akan hidup kelaparan selamanya? Siapa tau dia akan memberi sedikit makanannya untuk teman-teman serigala, bukankah dia wanita yang baik terhadap semua hewan bahkan tikus rumahnya sekali pun. Lagi pula, ku dengar dia sudah menikah dengan pangeran bulan lalu, dia pasti punya banyak makanan.

Dongeng SerigalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang