Kata Wonbin sejak awal pertemanan mereka, tangan Shotaro itu sihir yang diberikan Tuhan satu paket dengan kuas rias sebagai tongkatnya. Bagaimana bisa seorang lelaki yang jarang memoles wajah sendiri, dapat semahir itu memiaskan kecantikan di wajah orang lain. Dia lebih handal dari pelukis manapun karena dia tidak menempelkan riasan, dia menjiwai setiap polesan warna itu demi memanggil kecantikan alamiah keluar dari jiwa para gadis -atau pemuda- yang ia dandani. Meninggalkan mereka jatuh cinta pada diri mereka sendiri di dalam pantulan cermin.
Make-up artist handal, satu-satunya review buruk tentang Shotaro keluar dari mulut licin sahabatnya sendiri; Wonbin. Satu-satunya kondisi yang ia keluhkan adalah : "Kak Shotaro jahat, tidak pernah mau me-makeupi aku!"
Benar, Wonbin adalah pengecualian dari keterampilan Shotaro untuk merias wajah. Berkawan mulai bangku kuliah hingga menjadi dewasa belum pernah pemuda manis itu disentuh wajahnya oleh Shotaro, atau yang ia panggil Kak Shotaro dengan manja dan penuh gelayut. Kapan pun Wonbin merengek ingin coba didandani oleh Shotaro, pasti lelaki Jepang berkaca mata itu hanya akan mengeluarkan kuas bersih kosong dan meyapu-nyapukannya penuh canda ke wajah polos Wonbin selama tiga detik diiringi efek bunyi-bunyi lucu dari mulutnya, lalu "Tada! Sudah cantik!" , membuat kucing kecil bernama Wonbin tadi makin cemberut karena jelas-jelas dibohongi seperti bocah.
Asal Wonbin tahu, Shotaro sebetulnya tidak pernah bohong; Wonbin sudah sangat cantik. Hanya dengan warna kulit putih gadingnya yang asli, rona merah alami di bibir dan puncak pipinya, serta garis bayangan dari alur wajahnya yang sempurna. Itu semua menolak keras adanya tambahan artifisial dari tangan lain selain tangan Sang Pencipta itu sendiri. Maka dari itu, Shotaro enggan ikut campur pada keindahan tadi. Ia ingin melihat Wonbin seperti pertama dia diciptakan; elok nan sempurna.
Apakah ada yang sadar jika kalimat Shotaro terlalu memuja? Tidak salah, ada cinta di sini. Cinta satu pihak dari lelaki asing negara sebelah yang datang ke dataran Korea ini atas nama rantau. Tidak berani aneh-aneh dengan menyatakan perasaan pada satu-satunya sahabat yang ia punya. Shotaro takut semua rusak dan Wonbin akan pergi. Wonbin terlalu diinginkan oleh para pemuda hebat di sekitarnya, Shotaro merasa bukan apa-apa dibanding mereka. Maka dari itu, biarlah kebersamaan selama dua belas tahun ini tetap demikian; Wonbin yang indah dari mata Shotaro, melebihi seluruh keindahan yang bisa ia ciptakan dengan kuas dan bubuk bedak berkilau.
Namun keindahan yang Shotaro puja itu seolah mengalami sesuatu yang tak wajar dalam dua tahun terakhir. Wonbin yang dulu berseri secerah musim semi mulai terlihat layu. Kulit meronanya berubah menjadi pucat nyaris biru dan merah bibirnya juga hilang. Sebelum rencana plesir ke Jeju bersama Shotaro waktu itu, Wonbin memohon lagi pada sang kakak yang ia tahu amat menyayanginya.
"Kak, aku pasti jelek sekali. Dandani aku sedikit sebelum terbang, ya?"Apa-apan kata itu tadi? Jelek? Wonbin tidak pernah jelek. Shotaro menggeleng sembari mengusap pipi halus sang muda. Terasa lebih dingin dan menonjol dari yang terakhir ia ingat. Wonbin sakit, Shotaro tahu itu.
"Siapa yang berani bilang begitu? Park Wonbin selalu cantik; matanya," Shotaro menyentuh mata Wonbin. "hidungnya," menyentuh hidungnya, "pipi dan bibirnya" dua-duanya disentuh. Membuat si manis tertawa karena geli dan senang karena dipuji. Ia memilih percaya pada mata jeli sang perias, jika Shotaro bilang ia cantik, maka ia cantik.
Trip ke Jeju seperti kesempatan terakhir yang Tuhan berikan untuk Shotaro dan Wonbin berbahagia bersama. Karena sekembalinya dari sana, Wonbin terus menerus kolaps. Satu kesempatan dimana Shotaro berlari di koridor rumah sakit begitu mengetahui Wonbin dirawat, menemui dengan panik kerabat Wonbin yang wajahnya sudah ikhlas. Berarti hanya Shotaro yang belum mengetahui ada apa dengan cintanya yang rupawan itu.
"Sarkoma jaringan lunak, Wonbin benar-benar menahannya selama ini"
Shotaro lunglai sampai ke kaki. Dia sebagai orang asing yang tampak bukan siapa-siapa di depan keluarga Wonbin akhirnya menepi, hanya untuk menangis tersedu-sedu di lorong kosong. Dadanya robek oleh kenyataan bahwa kekasih hatinya kini tengah dirundung penyakit. Apa gerangan yang membuat Wonbin pantas menerima kodrat ini? Dia adalah makhluk paling baik di dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Makeup
FanfictionCerita sederhana dimana dalam dua belas tahun, Shotaro hanya pernah merias Wonbin sebanyak dua kali.