Bagian 10

28.2K 1.3K 140
                                    

Ugh! Seneng banget karena komennya rame walau votenya belum terpenuhi.

Tapi rupanya kalian pada bandel-bandel ya, dibilangin jangan komen 'next 'atau 'lanjut' pun hiiihh gemes banget gua. 🙂
__________________________________________

Warning!  18+

.

.

.

"Mas... tadi filmnya aneh. Terus Adek tiba-tiba ngerasain kayak gitu lagi. Ini-nya Adek terasa aneh lagi Mas."

Mata Jendral langsung melotot mendengar penjelasan sang adik. Apalagi tangannya sudah dituntun untuk memberikan elusan di area terlarang itu.

Mas Jen sekarang bilangnya area terlarang, soale bahaya banget.🤣

Tangan Jendral sempat kaku sesaat, sampai akhirnya ia sadar dan hendak menarik tangannya.

Tapi belum sempat Jendral bergerak, Nana sudah lebih dulu menggeleng dan kembali menarik tangan Jendral untuk terus berada di selangkangan adiknya itu.

"Dek...? Sebenernya tadi kalian nonton apasih astaga." tanya Jendral yang mulai frustasi karena ia merasa celana sang adik mulai terasa lembab di telapak tangannya.

Ia yakin kalau adiknya tengah merasa horny saat ini, dan itu membuat Jendral cukup frustasi. Padahal ia sendiri yang waktu itu bilang kalau Nana hanya boleh meminta bantuan kepadanya, tapi saat dihadapkan pada situasi ini lagi, Jendral merasa pikirannya langsung kacau.

"Adek gak tau. Mas, bantuin Adek, please~ Adek mau yang kayak waktu itu." mohon Nana menatap Jendral dengan mata yang berkaca-kaca.

"Uugh... Mas~" Nana pun mengerang frustasi karena sang kakak hanya diam.

Jendral berdecak lalu langsung menggendong Nana untuk duduk di sofa.
Sang adik otomatis berada di pangkuannya duduk menyamping hadap kiri.

Celana beserta dalaman si adik cantik langsung ia buka hingga menyisakan baju kaosnya saja.

"Gigit." titah Jendral yang memerintahkan Nana untuk menahan ujung baju adiknya itu dengan cara digigit.

Nana menurut, ia gigit ujung bajunya yang kini membuat dada, perut serta bagian bawahnya terpampang amat jelas di depan sang kakak.

Mulutnya bungkam sedang matanya terus melihat ke arah yang lebih tua.

Pergerakan Jendral yang tengah melebarkan kakinya itupun tak lepas dari pandangan Nana.

Mendadak ia jadi gugup karena tau kalau ia akan kembali merasakan area privasinya disentuh oleh jari-jari tangan sang kakak.

"Tahan bajunya biar kita cepat selesai, abis itu langsung makan malam. Oke?" kata Jendral yang langsung Nana anggukkan kepalanya.

Sempat terdengar hembusan napas Jendral yang agak kasar sebelum akhirnya ia mendaratkan telapak tangan kirinya ke permukaan lembut yang beberapa bulan lalu sempat ia sentuh itu.

"Nghhh..."

Baru sekedar disentuh, tapi telinga Jendral sudah menangkap lenguhan yang tertahan dari mulut sang adik.

Ia sendiri pun tak tahan harus berlama-lama dalam kegiatan membantu adiknya ini, maka dari itu Jendral segera menggerakkan telapak tangannya untuk mengusak-usak permukaan berlendir tersebut.

"Mhhh... eunghhh.... hmhhhh..."

Nana terus saja melenguh dan mendesah tertahan merasakan sensasi nikmat di area privasinya.

Mas Jendral |[NOMIN]| {END} ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang