Oleh: Ahmad Ilzamul Hikam
"Ketika aku memandang dan melihatmu kau sudah terbaring kaku di atas ranjang rumah sakit itu,ada apakah dengan dirimu?aku bertanya malah kau diam,apakah dirimu sudah tiada dan pergi jauh meninggalkanku untuk selamanya. Ternyata kau tak menjawabnya dan ternyata kau memang benar-benar pergi dariku untuk selamanya, mengapa kau tega meninggalkan diriku, sementara aku belum lama merasakan indah bersamamu.Kau pernah berjanji akan menjaga cinta kita supaya tetap abadi, tapi kenapa omongan itu hanya menjadi angan-angan dan tak akan pernah terwujud sama sekali, Mengapa kau pergi cepat meninggalkanku Andi, sementara aku tersiksa dan menangis tiada henti meratapi kepergianmu”.
Itulah kesedihan yang dirasakan oleh Dhea ketika dia ditinggalkan kekasihnya Andi yang baru satu bulan saja Ia merasakan keindahan bersamanya,ia memaparkan semua masa- masa yang dilaluinya bersama Andi itu. Ketika Dhea menjadi mahasiswa baru di Universitas Brawijaya Fakultas Sastra ia bertemu dengan kakak seniornya yang bernama Andi Wisma Sanjaya Putra, laki-laki itu pertama kali mengajak Dhea ke sebuah organisasi yang didirikan oleh anak Sastra Indonesia yaitu organisasi Teater Macan. Karena takut salah paham Andi sering bercerita pada Dhea kalau dia sudah mempunyai pacar yang bernama Helen. Karena itu, Dhea tak menganggap hubungannya dengan Andi lebih, Dhea hanya menganggap hubungannya bersama Andi sebatas kakak dan adik, setiap ada acara di organisasi teater macan Andi selalu menjemput Dhea di rumah kosnya.
Tak lama kemudian Helen kekasih Andi melihat Andi bersama Dhea tengah makan bakso di sebuah warung kecil, kemudian Helen pun langsung menuju warung bakso itu "Pyar”… sebuah tamparan telah melayang di pipi Andi dan tak hanya itu Helen pun juga memaki Dhea.
"Gitu ya selama ini kamu nggak pernah hubungi aku ternyata kamu tengah asyik- asyikan bersama anak ingusan ini,berduaan lagi.”
"Bukannya kamu yang selalu sibuk,setiap kali aku hubungi kamu,kamu nggak pernah menerima telepon dari aku,apa jangan-jangan kamu sudah punya cowok lain?”.
”dasar cowok munafik,aku benci sama kamu."Helen pun menangis dan berlari, lalu Andi mengejarnya dan menjelaskan padanya
"Aku sayang padamu Helen,aku tak pernah berhenti memikirkan kamu selama 5 bulan kau pergi tak pernah ada kabar.Dhea itu adalah temanku,dan hubungan kita tak lebih hanya sebatas kakak dan adik.”
"Aku juga sayang padamu Andi dan aku tak pernah mengingkari cinta kita” ujarnya.
Dhea yang melihatnya ikut terharu dan menangis dan ia berkata dalam hatinya"Inilah yang namanya cinta,cinta kadang membuat hati seseorang bahagia dan kadang pula cinta membuat hati kita terluka bagaikan disayat oleh benda yang sangat tajam. Mengapa harus ada cinta, mengapa jika seseorang tahu kalau cinta seperti itu mengapa orang masih menanti- nanti datangnya keajaiban cinta. Bagiku cinta itu adalah omong kosong”.
Kemudian Dhea berjalan dan merenung di depan halaman kampus, tiba- tiba ada laki-laki yang tak sengaja menabraknya, laki-laki itu dengan percaya dirinya langsung memperkenalkan nama dan meminta nomor hpnya. Laki-laki itu menyetop jalan Dhea ketika Dhea hendak pergi.
"Hai namaku Adit,bolehkah aku berkenalan denganmu dan meminta nomor hp mu"Jawab Dhea"Maaf mas udah telat nich kapan- kapan aja ya”.laki- laki itu tetap mengejar Dhea dan mengikutinya di mana dia pergi. Lalu, laki-laki itu memotret Dhea dan menjadikan fotonya sebagai target bagaimana dia nantinya harus meluluhkan hati dan mendapatkan cintanya.
Setelah lama Andi menghabiskan waktu dengan Helen di sebuah tempat wisata Selecta, tiba-tiba Helen mual-mual dan tubuhnya merasa lemah,lalu Andi membawanya ke rumah sakit di kota Malang. Kemudian dokter mengatakan hasilnya kepada Andi,ternyata selama ini Helen tengah mengandung,tetapi bukan hasil hubungannya dengan Andi dan tak lain dari laki-laki selingkuhan Helen,hati Andi sangat terpukul sekali ketika mendengar semuanya itu, Dia seakan- akan menangis tetapi dia berusaha untuk tegar dan menerima segalanya. Dia tak menyangka perempuan yang hampir genap 6 tahun menjadi kekasihnya ternyata mengkhianati cintanya.
