KECEROBOHAN

12 1 0
                                    

KECEROBOHAN
Selama saya menyimpan perasaan ke Alice teman – teman saya tidak ada yang tahu kecuali, Adi. Dialah orang yang tahu bahwa aku menyukai teman sendiri, pernah suatu saat dia memberitahuku.

Adi: “Kamu beneran suka sama Alice?!!,” ucap Adi dengan terkejut
Aditya: “Iya, emang kenapa,” jawab saya dengan kebingungan
Adi: “Bodoh kau, bisa – bisa nya kamu suka dengan teman sendiri.”
Adi: “Apa yang merasukimu dit,?!! bagaimana bisa kamu suka dengan dia?!!.”
Aditya: “Aku juga tidak tau, kok bisa aku suka dengan dia. Padahal waktu pertama kali bertemu dengannya tidak ada yang istimewa dari dirinya, ini rahasia kita berdua ya Adi!!.”
Adi: “Iya… aman bro.”

Pada hari Jum’at siang, sepulang sekolah. Seperti biasa Saya, Adi, dan Elvan pergi ber-ibadah. Setelah ber-ibadah kita memutuskan untuk pergi me-nongkrong hingga lupa waktu, sampai – sampai terkadang Bunda menghubungiku dan menyuruhku untuk pulang ke rumah. Di tempat tongkrongan bisanya kita bergurau bersama, bermain UNO, atau tidak mendengarkan musik. Kebetulan saat kita bermain game bersamaan dengan membicarakan Alice, tiba – tiba Elvan melontarkan pertanyaan yang menjebak.

Elvan: “Kamu jomblo kan dit?.”
Aditya: “Iya…,” jawab saya
Elvan: “Lagi deket sama siapa?.” tanya lantang Elvan
Aditya: “Alice,” jawab saya dengan lirih

Di saat itu saya kaget, saya berpikir betapa bodohnya saya. Di saat itu juga Adi yang berada di sampingku ikut terkejut saat saya melontarkan kata itu, mungkin saat itu juga Elvan mengetahui kalua saya sedang dekat dengan Alice. Dan ternyata semua yang saya pikirkan benar.

Waktu saya, Adi, Elvan, Nina, dan Alice berkumpul di sebuah café. Kita banyak bercerita tentang masa lalu kita yang terkadang sedih dan terkadang pula penuh kebahagiaan, ditengah – tengah obrolan kita yang mulai kehilangan topik pembicaraan tiba – tiba Elvan memotong pembicaraan kita dengan obrolan yang tidak enak.

Elvan: “ Bukankah waktu itu kamu menyukai Alice?,”
Aditya: “Nggak, Kapan?,” jawab saya
Elvan: “Halahh, bohong kamu ya?.”
Aditya: “Ngapain bohong apa gunanya?.”

Disitu Alice menatap mataku seakan – akan dia tidak mempercayai semua perkataanku, saya pun membuang muka seakan – akan tidak tahu apa – apa. Lagi – lagi Adi yang menjadi korban, disini Adi dan Nina terlihat terkejut karena pertanyaan yang dilemparkan ke saya.
Keesokan harinya, saya berangkat pagi karena takut terjadi kemacetan di jalan apalagi hari itu ada apel pagi. Biasanya anak yang telat datang ke sekolah akan dihukum oleh guru, saya tidak mau ikut – ikutan dihukum seperti mereka.

Sesampainya di sekolah, saya berjalan di lorong koridor yang sangat sunyi dan hanya ada pekerja di sekolah yang lalu lalang. Setelah sampai di kelas, saya hanya bisa terdiam menatap langit – langit kelas dan melihat sekelilingku. Ternyata berangkat pagi sangat membosankan, banyak anak sekelas yang belom datang. Terkadang pun saya merasa tidak tenang jika berada di keramaian tetapi, kalau semua teman sekelas sudah berada di kelas terasa seru. Bayangkan kalau saya berada di kelas yang tak ada siapapun, menakutkan sekali pastinya.

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi, seperti biasa saya dan Alice pulang Bersama. Saat Alice sampai di kelas saya, dia menunggu saya lumayan lama. Dan ketika saya keluar menemui Alice, entah mengapa teman – teman sekelas saya menyoraki saya.

Seluruh teman kelas: “Cie….Ciee…,” ucap mereka dengan lantang.
Alice: “Kenapa sih dit teman – teman kamu?,” tanya Alice
Aditya: “Nggak kok, ngejek anak pacaran tu,” jawab saya

Keesokan harinya, saya merasa agak aneh karena tingkah laku Alice. Setiap saya mengirimkan pesan ke dia, dia sama sekali tidak membuka pesan saya. Iya, saya tahu kalau Alice memang tomboy dan agak cuek. Tetapi setahu saya, Alice sangat ramah dengan teman dekatnya. Sepulang sekolah, Adi mengirimkan pesan ke saya. Dia mengirimkan pesan yang berisi percakapan dia dengan Alice. Alice mengatakan bahwa dia tidak mau menjemput saya karena takut akan teman – teman saya, ini hal yang bodoh. Kalau begini artinya Alice mengajak pulang Adi bukan saya, kalau ditanya saya kecewa atau tidak. Jelas, saya kecewa. Saya pulang sendirian tanpa ada seorang pun disamping saya.

ADITYA: MELANGKAH LEBIH DEWASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang