Bab 6 - Taruhan

33 1 0
                                    

Ini adalah hari yang indah untuk merayakan Valentine. Banyak orang saling memberikan coklat atau bunga pada seseorang yang mereka sayangi.

"Selamat hari Valentine!!!!" ungkap Leovin dengan topi berwarna merah yang berbentuk kerucut dengan tulisan hari Valentine.

"Selamat hari Valentine, Vin." Harrison memberikan dua bungkus coklat Silverqueen pada Leovin yang membuatnya tersenyum lebar kegirangan.

"WOOO COKLAT! Bzirr! Buahahaha, terima kasih abangkuhh!" Leovin tertawa kemudian beranjak dari tempatnya untuk menghampiri Alvaro yang sedang asik bermain ponsel sambil duduk di sofa.

Sungguh hari yang sangat bahagia bukan?

"Bro ayolah, ini hari Valentine, jangan main hp mulu lo." Leovin menatap Alvaro yang sedang sibuk dengan ponsel dan mendengus.

"Tch, peduli apa gua? Ngapain juga ngerayain Valentine? Gak penting banget." Alvaro mengerutkan keningnya lalu menyilangkan kedua tangan.

"Ah elah, ga seru lu mah." Dengan berani, Leovin memberikan jari tengahnya, yang dibalas Alvaro dengan menghela nafas. Kemudian, Ervin menepuk bahu Leovin yang membuatnya menoleh.

"Hah?" Bingung Leovin, "Mau coklat?" tanya Ervin sembari tersenyum menyodorkan beberapa coklat.

"Jelas mau lah," cetus Leovin sedikit bersemangat.

"Ya beli lah," kelakar Ervin.

"Asu."

Ervin tertawa terbahak-bahak melihat Leovin yang tampak kesal dengannya. kemudian menghampiri Harrison.

Harrison menghela nafas, "Lo niat kaga ngasih coklat?" ujar Harrison kepada Ervin dengan nada sedikit kesal tapi wajahnya tenang.

"Iya, iya. Gue bercanda doang bro, rileks bung." Ervin lalu menghampiri Leovin dan memberikannya coklat yang membuat Leovin pun tersenyum.

"Nah, gini dong daritadi. Makasih bang," ungkap Leovin cengengesan.

"Sama-sama."

Di sofa Alvaro hanya melihat mereka dan memutar matanya, "Valentine apaan dah," gumam Alvaro kemudian mendengus dan kembali memainkan ponselnya.

Di sisi lain Leovin sedang di supermarket membeli sesuatu yaitu coklat, dia membeli coklat yang cukup banyak hampir sepuluh keranjang terisi dengan coklat berbagai rasa.

"Hmm ini cukup ga ya, kurang deh perasaan...beli lagi deh." Leovin berkeliling mencari coklat lagi, setelah itu hendak membayar semua coklat yang ia letakkan di keranjang nya. Kasir pun sampai terbelalak melihat banyaknya coklat yang dibeli Leovin.

"Astaga, banyak banget coklat nya, pasti pacar nya seneng," Kasir itu terkekeh membuat Leovin pun ikut tertawa.

"Engga mba, saya beli ga buat pacar tapi buat abang saya," Kasir itu sedikit terkejut lalu tersenyum.

"Abang nya pasti seneng." Leovin dan kasir itu terus menerus mengobrol sambil bercanda, setelah membayar semua itu Leovin pun kembali ke markas.

"Gue kembali."

"Dari mana aja lu?" tanya Alvaro yang sedang bersantai di sofa sambil menutup mata.

"Dari supermarket, beli coklat." Alvaro mendengus lagi dan membuka matanya. Kemudian, dia bangun lalu duduk.

"Coklat mulu ga bosen-"

Alvaro yang belum sempat menyelesaikan perkataannya matanya terbelalak kaget melihat coklat yang di bawa Leovin sangat banyak.

"Shit man, yang benar aja?? banyak banget anjir astaga," ujar Alvaro tidak percaya, kemudian Harrison menghampiri mereka dengan membawa gelas yang berisikan teh.

𝐊𝐞𝐛𝐨𝐡𝐨𝐧𝐠𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 (ON-GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang