🦋
[Kejadian ini terjadi sebelum final chapter di wp atau ketika Renan dan Miuza. Hubungan mereka setelah jadian bertahun-tahun]
Nyatanya, sepuluh menit berlalu seperti debu yang tertiup angin lalu mengudara. Miuza baru pulang ke apartemen saat hari sudah berganti pagi atau sekitar jam setengah satu malam. Lampu kamar terlihat mati padam dan tandanya Mas-nya itu sudah terlelap.
Ketika Miuza membuka pintu kamarnya. Tak ada yang menyambut kehadirannya, selain sinar bulan tsabit yang mengintip dari celah-celah tirai yang tak tertutup rapat.
Miuza menatap punggung yang sedang terlelap. Sebelum bergabung dengan sosok itu, ia bergegas membersihkan tubuhnya. Selang beberapa menit, Miuza kembali dengan keadaan lebih segar.
Dengan hati-hati, sosok itu menarik selimut yang terhempas hingga menampilkan sebagian tubuh kekasihnya. Tapi, siapa sangka jika aksinya itu justru membuat Renan terbangun. Bak menenangi anak kecil, Miuza menepuk-nepuk bokong Mas-nya agar sosok itu kembali terlelap.
Alih-alih terlelap, meski netranya masih terpejam, Renan menggenggam tangan Miuza hingga tubuh mereka berdekatan.
"Cantikku, udah pulang?" Tanya Renan, dengan suara khas baru bangun tidur.
Miuza mendaratkan satu kecupan di pipi kekasihnya sebelum menjawab.
"Maaf ya, Adek pulang terlambat." Bisik Miuza tepat di telinga Renan. Bukannya marah, lelaki itu malah tersenyum.
"Adek pulang naik taksi 'kan?"
Hari ini Miuza memang tidak membawa kendaraan, pun ia menolak permintaan Renan yang tadi ingin menjemputnya. Alhasil sesuai kesepakatan, Miuza boleh pulang sendiri asalkan menggunakan taksi.
Renan bisa merasakan anggukan dari kepala Miuza yang menempel di pipinya. Bahkan, Renan dapat mencium wangi sabun yang dipakai Miuza.
"Mas, kepalanya masih pusing nggak?"
"Sedikit. Tapi sudah enakan setelah tidur." Jawab Renan seraya mengubah posisinya menghadap Miuza. "Sini, Mas peluk."
"Kecapekan kamu tuh, Mas. Kemarin juga hujan-hujanan. Kalo besok masih pusing kita ke rumah sakit, ya."
"Besok sembuh, Sayang."
"Kata siapa?"
"Kata aku."
Renan menghirup pucuk kepala Miuza sembari mengeratkan pelukan mereka.
"Udah makan belum?" Renan berpikir sejenak. "Terakhir jam lima kayaknya." Mendengar ucapan itu Miuza sontak mengangkat kepalanya.
"Makan, yuk? Adek buatin sup jagung. Mau?"
"Maunya makan Indomie." Seketika, raut wajah Miuza berubah masam.
"Kalau itu mending tidur, deh." Renan tidak dapat lagi menahan kekehannya. Tangannya beri usapan pada pipi Miuza yang menggembung, menciumnya sebelum tubuhnya terbangun.
"Yuk. Kita makan sup jagung."
Mood Miuza berubah dalam sekejap. Ia menerima uluran tangan Mas-nya. Tapi sepersekian detik ia dibuat kaget karena tiba-tiba saja Renan menggendongnya.
"Berat badan Adek sekarang berapa?"
"Kenapa? Tambah berat, ya?"
Renan mengangguk. "Tapi Mas suka, pipi kamu ini makin chubby, jadi enak Mas cium-ciumnya. Sama ini..." Tangan jahil Renan meremas bokong Miuza hingga membuat sosok itu menatap tajam. "Jadi enak dimainin."
"Mas!"
Niat awal memasak sup jagung harus tertunda karena setelah menjajaki diri, mereka justru asyik bercumbu di dapur. Miuza membuka mulutnya seolah beri lampu hijau untuk Renan menjamahnya lebih dalam.
Lidah Renan bermain di langit-langit mulut Miuza. Semakin menyesap dalam kala organ lunak Renan sengaja dihisap Miuza. Jemari Renan bergerak aktif dan membuat Miuza terlena. Terlebih, saat Renan sengaja menggesekan jemarinya di puting Miuza dengan kasar.
Leher Miuza disesap, kekasihnya itu mencumbunya hingga meninggalkan nokhta merah yang mungkin akan membekas dalam hitungan hari.
"Mas... besok kita ketemu orang tuaku."
Demi Neptunus, Renan lupa agenda tersebut. Ia segera menghentikan aksinya dan menatap netra Miuza.
"Maaf, Mas lupa, Sayang." Miuza menggeleng, ini bukan salah Renan. Toh tadi dia ikut menikmati.
"Nanti bisa ditutup."
"Jadi masak sup jagung-nya?"
"Gimana aku bisa masak kalau masih dikungkung kayak gini?"
Renan terkekeh, lagi. "Tapi, Adek suka ada dikungkungan Mas, 'kan?"
Ambigu. Miuza sudah hafal betul tabiat Renan yang suka menggodanya seperti itu. Makanya ia tidak segan-segan untuk membalas aksi Renan. "Suka, lebih suka kalau dikungkung sambil digesek-gesek sampai ngecrot."
Ucapan Miuza itu membuat alis Renan naik sebelah. "Heh, binal banget kamu, belajar dari siapa? Hm?"
Miuza tersenyum. Kedua tangannya mengalung di leher Renan dan membawa sosok itu mendekat.
"Bukan dari siapa-siapa, tapi dari pengalaman kita langsung." Bisik Miuza. Membuat ujung ranum yang lebih tua tertarik. "Katanya, yang buat orang hebat itu bukan karena orang itu suka belajar, tapi karena dia suka praktik apa yang dia pelajari."
Mata Miuza mengedip satu. Dan, Renan paham akan kode itu.
"Jadi, malam ini mau praktik dimana, Cantikku?" Tembak Renan, ia mengerti maksud dari ucapan kekasihnya. Menantang sosok di depannya, pun sosok yang ditantang tidak ada takut-takutnya.
"Hm... main di mobil udah, balkon juga udah, dapur pernah, kamar juga udah sering, kamar mandi baru bulan lalu,"
"Kalau gitu,"
"Kolam renang." / "Kolam renang."
Kompak, Renan dan Miuza menjawab hingga membuat keduanya tertawa.
"Kalau kita main di kolam renang bisa-bisa digrebek warga nanti."
"Bukan cuma digrebek, kayaknya Abang kamu juga bakal penggal kepalaku habis itu." Sahut Renan.
"Cupu... takut sama Moe,"
"Nanti kalo kita udah nikah aku nggak takut lagi sama dia."
Miuza mengangguk.
"Yaudah... Mas jadi mau sup jagung? Adek tiba-tiba laper." Miuza turun dari meja dapur, lalu bergegas membuka kulkas.
"Mas buatin omlete kesukaan Adek. Mau?"
"Mauuuuuu!!!"
Akhirnya, tak ada sup jagung malam itu. Keduanya sama-sama menikmati waktu yang sudah beranjak pagi. Ketika Renan sedang sibuk memasak, ada Miuza yang sedari tadi setia memeluknya.
Sesekali keduanya tertawa akibat cerita random Miuza, dan Renan tidak bosan-bosannya mengecup pipi Miuza ketika kepala Miuza berada di bahunya.
Sebelum menikmati hidangan yang sudah jadi, Renan kembali memeluk Miuza dan agihkan kecupan singkat di ranum dan kening Miuza.
"I love you, Mas. Terima kasih kekasihku untuk makanannya."
"I love you, too. Cantiknya, Mas."
End!
hehehe, suka. aku selalu suka sama hubungan Mas Renan dan Miuza. suka sama interaksi keduanya yang selalu mengarah ke hal dewasa tapi mereka paham juga sama resikonya. suka sama kesabaran Renan ketika menghadapi Miuza, dan sebaliknya.
Aku punya banyak draft mereka karena kalau lagi capek kerja suka nulis yang manis-manis. JADI JANGAN BOSAN YAAAA HIHIW HAPPY WEEKEND SEMUAAA 🥰🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
#REMITIME | Jika Kita Tidak Pernah Bertemu [HYUCKNA AU]
Fanfiction"Jika Kita Tidak Pernah Bertemu" SERIES I : HYUCKNA AU #REMITIME - Renan dan Miuza Semesta dan bayangannya. Miuza yang senantiasa memiliki segalanya. Sedang Renan hanyalah bayang-bayang yang tak kasat mata. Seperti itulah sosok Ananda Renan sebelum...