Part 10 [Tekanan Direktur Utama]

4.6K 350 8
                                    

Happy Reading, sorry for typo.

Setelah kejadian viral bulan lalu, aku merasakan perubahan yang cukup berpengaruh untuk kehidupanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kejadian viral bulan lalu, aku merasakan perubahan yang cukup berpengaruh untuk kehidupanku. Meskipun sudah satu bulan berlalu, kehidupanku terus saja di usik oleh para media yang penasaran dengan kehidupanku sebagai menantu konglomerat.

Ajakan menjadi bintang tamu variety show, tawaran wawancara dengan wartawan dan undangan podcast dari seorang arti yang menjadi youtuber.

Selain itu, hal yang membuatku semakin tak nyaman adalah menjadi pusat perhatian dimana pun aku berada. Contohnya saat aku berbelanja bulanan kebutuhan bahan dapur, semua orang menatapku dan ada beberapa dari mereka yang menodongkan ponsel kearahku untuk merekam semua kegiatanku, berharap dengan memposting wajahku akan membuat akun media sosial mereka banjir followers.

Seolah tak cukup aku harus menjaga image di depan kolega keluarga Pramadana, sekarang aku juga harus menjaga image di tempat umum.

Seperti saat ini, aku tengah berada di perjalanan menuju perusahaan pusat Prama group tempat Sakha bekerja. Tadi pagi saat aku baru saja selesai yoga, Sakha menghubungiku dan memintaku untuk membawakan berkas penting yang tertinggal di ruang kerjanya.

Keadaan perusahaan sepertinya sedang dalam masa sibuk-sibuknya, sampai Sakha harus meminta tolong untuk membawakan berkas, padahal biasanya dia meminta asistennya datang ke rumah.

Aku tak keberatan, toh hanya membawa berkas dan memberikannya pada Sakha. Hitung jalan-jalan, di sela kegiatanku yang begitu-begitu saja.

Karena aku menyetir sendiri dan sedang malas mencari tempat parkir, aku menghentikan mobil di depan lobi perusahaan dan meminta petugas keamanan untuk memarkirkan mobilku.

Jika saja aku bukan istri dari direktur utama Prama group, mana bisa aku berbuat seenaknya seperti ini.

Aku berjalan memasuki lobi, menyapa sapaan dari resepsionis dengan sama ramahnya. Semua orang tahu siapa aku, karena ini bukan kunjungan pertamaku ke perusahaan ini.

Keadaan lobi cukup lenggang, belum waktunya makan siang dan semua orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Aku memasuki lift untuk tiba di lantai empat puluh, lantai ruangan para petinggi perusahaan termasuk ruangan Sakha dan Papa mertua.

Setiap lantai di perusahaan ini sangat luas, aku bahkan pernah tersesat di lantai empat puluh ini saat hendak pergi ke toilet, untungnya ada sekretaris Sakha yang menemukanku. Pengalaman yang buruk.

"Pagi, Bu," sapa Tika, sekretaris Sakha.

"Pagi, saya mau antar berkas ini."

"Ibu bisa langsung masuk, sudah di tunggu Bapak."

Aku mengangguk, mengetuk pintu dua kali sebelum masuk ke dalam ruangan. Pemandangan pertama yang aku lihat adalah keadaan Sakha yang berantakan, belum sampai setengah hari di kantor, penampilan rapi Sakha sudah hilang entah kemana.

Flawless WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang