Salah Jurusan

69 3 0
                                    

24 Februari 2024
Cerita ini tentang kehidupan anak kuliah.

*

Waktu Luna mendaftar untuk bisa kuliah di Fakultas Teknik ternama ini, yang dia inginkan adalah belajar Programming, bukan....

"Kaosnya langsung dipakai ya habis dibagi." Kakak tingkat teriak-teriak di panggung, ngasih arahan ke anak baru. "Habis ini kita jelasin peraturan ospeknya! Nggak usah manja! Ini biar kalian lebih cepet siap ngadepin dunia di luar sana!"

"Dunia tidak seindah buku cerita, dhek!" Kakak tingkat yang lain ikut teriak-teriak.

Sumpah norak banget.

"Pembodohan sih ini!" Salah satu mahasiswa baru di dekat Luna berkata. "Dahlah, aku tantang kelahi aja biar selesai di sini."

"Eits, jangan!" Seorang mahasiswa di sebelahnya--sebut saja mahasiswa B, menarik tangan mahasiswa yang siap nantangin kakak tingkat itu--sebut saja mahasiswa A. "Menurutku ini tuh asik loh."

"Asik gimana?" Mahasiswa A mendelik emosi. "Kamu mau disuruh bangun pagi buta setiap hari, disuruh-suruh nggak jelas, dikasih tugas yang nggak masuk akal, trus disuruh merayap kayak orang tolol di lapangan??"

Mahasiswa B tertawa. "Ya udah sih, kalau nggak gitu nanti nggak ada kenangannya. Tau-tau kita udah masuk kuliah, pelajaran, ujian, lulus, kerja.... Bosan."

"Aku kuliah bukan untuk dibodohin dengan ospek." Mahasiswa A masih membantah dia. 

"Aku kuliah bukan cuma tenggelam di pelajaran dan tugas-tugas. Tapi aku juga mau bersenang-senang. Dan percaya atau enggak, ini tuh menyenangkan. Jalani aja dulu."

Mahasiswa A mengerutkan alis. 

"Nanti kalau nggak asik, aku bantuin kamu ngehajar kakak tingkat yang paling nyebelin."

"Beneran?"

Mahasiswa B mengangguk untuk meyakinkan mahasiswa A.

Mahasiswa A akhirnya setuju. Dia menangguk. "Aku Fath, kamu siapa?"

"Padi." kata mahasiswa B yang bernama Padi itu. "Aku ambil Teknik Elektro. Kamu jurusan apa?"

"Eh, SAMA!"

"ASSSIIIKKK!!!"

"Itu yang berisik sendiri!!!" Kakak tingkat emosi. "PUSH UP!!! SEPULUH!!!!"

Fath langsung mendelik, siap ngajak kakak tingkat berantem.

"Udah, udah, push up aja, udah. Itung-itung nge-gym gratis." kata Padi.

Fath cemberut tapi memutuskan untuk melakukan 10 push up bersama Padi.

Luna yang mengamati keduanya dari hanya bisa diam. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia tidak kenal siapa-siapa di sini. Di SMA dulu juga dia tidak punya teman dekat. Mungkin kalau cowok lebih gampang dapat teman di sini. Sejauh mata memandang, kebanyakan isinya cowok.

Luna menelan ludah. 

Apa aku salah jurusan?

***

Hari kedua.

Luna menatap bukunya dengan sedih.

Salah satu tugas yang diberikan oleh kakak tingkat adalah mencari tanda tangan dari kakak tingkat, siapapun. Boleh kakak tingkat yang tidak ikut memberikan materi ospek dan pengenalan Fakultas. 

Tapi dari 100 tanda tangan yang ditargetkan, Luna hanya dapat 17!!!!

"Semuanya!!! Keluarin buku tanda tangannya!! Kita akan cek satu-satu!!! Yang kurang jumlahnya, ganti pakai push up!!!"

Luna menelan ludah. 


"Kamu nggak papa?"

Luna menoleh ke samping. 

Padi, mahasiswa yang kemarin, bertanya. "Kamu kelihatan pucat."

"Ng-nggak papa. Cuma...."

Padi melirik buku di tangan luna. "Kamu cuma dapat 17??? Kamu ngapain aja?"

"Aku...." Luna adalah orang yang tidak mudah bergaul dan cukup pemalu. Dia hanya mengangkat bahu. "Ya sudahlah, biarkan saja, nanti aku ganti push up."

"Iya tapi artinya kamu harus push up 83 kali. Ini, tukar bukuku." Padi cepat-cepat menukar bukunya dengan Luna. 

Luna hampir protes, tapi lalu dia melihat betapa banyaknya tanda tangan di buku Padi. 103!!

Tepat saat itu, kakak tingkat berdiri di depan mereka, "Buku." katanya datar.

Luna mennunjukkan buku Padi, sementara Padi menunjukkan buku Luna. 

Kakak tingkat melihat kesal kepada Padi. "17?"

Padi mengangguk sambil tersenyum sopan. 

"Tujuh, belas?" Kakak tingkat mengulang pertanyaannya dengan sangat pelan.

Padi mengangkat jari telunjuknya. "Push up. OK."

Di samping kiri Padi, Fath menatapnya bingung. Mereka mencari tanda tangan bersama dan dia tahu betul bahwa tanda tangan di buku Padi ada lebih dari 100! 17 dari mana???

Sambil push up, Padi harus mendengatkan omelan kakak tingkatnya tentang bagaimana seharusnya dia serius mengerjakan tugas ini. Bayangkan kalau nanti dia sudah menjadi Engineer di pesawat kemudian dia tidak menyelesaikan tugasnya dengan baik. 

".... pesawatnya akan jatuh!!"

BRUKK.
Padi jatuh ke rumput bertepatan dengan kalimat jatuhnya pesawat. Capek juga ternyata push up 83 kali.

"Jangan diulangi lagi ya." Kakak tingkat berkata.

Padi mengangguk sambil kehabisan napas. 

"Kak, ijin ngambil air di pinggir lapangan ya." Luna berkata kepada kakak tingkat yang masih kesal itu.

Kakak tingkat itu mengangguk sambil melanjutkan pengecekannya ke maba yang lain.

Luna cepat-cepat berlari mengambil air untuk Padi. Waktu dia sampai di dekatnya lagi, dia mendengar Fath mempertanyakan keputusannya.

"Ya nggak udah ditukar, biar dia tanggung jawab lah sama tugasnya sendiri. Masa iya dia yang ngerjain tugasnya, pas pesawatnya jatuh trus kamu yang salah."

Luna berdiri di dekat Padi dan Fath, tidak enak. "Maaf ya...."

Padi tertawa. "Sudah, nggak papa. Kasihan kan kalau cewek disuruh push up sampai 83 kali. Aku aja ngos-ngosan begini."

"Ya, kalau cewek mungkin hukumannya dikurangi setengah." kata Fath.

"Haha.... Nggak kepikiran aku tadi."

Luna mengulurkan botol air kepada Padi. "Terima kasih ya, sudah dibantu. Besok aku akan berusaha lebih baik lagi."

Padi mengambil botol air minum yang diberikan Luna. "Sama-sama." katanya. "Nama kamu siapa?"

"Luna."

"Oooh. Salam kenal ya. Aku Padi. Ini Fath." Dia menunjuk Fath. 

Luna tersenyum kepada Padi dan Fath. (kenapa waktu ngetik ini aku ingatnya padi dan kapas)

"Kamu ambil jurusan apa?" tanya Padi.

"Teknik Informatika." Jawab Luna. 

"Wah! Gedung kita sama! Kami di Teknik Elektro! Kita kuliah bareng selama tahun pertama, kamu tahu nggak?"

Luna mengangguk. 

Senyum Padi ramah banget....

Kayaknya, dia nggak salah jurusan deh....

***





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Pada Pertolongan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang