19. Senyum Batavia

190 15 0
                                    

Bab 19

Lelah seharian bekerja, Zaidan berniat untuk jalan-jalan sore di sekitar kompleks rumah. Dia merasa sedikit membutuhkan liburan. "Weekend nanti healing aja, lama gue enggak healing," gumam Zaidan.

Dia akan mengajak dua temannya, karena Jihan dan kedua orang tuanya akan kembali ke Aceh. Zaidan menatap melas kearah orang tuanya dan juga adiknya. Berharap mereka akan tinggal lebih lama lagi. Namun karena pekerjaan Aba Zaaki, dia tidak bisa memaksakan keinginannya.

"Gak usah cemberut gitu dong," ujar Umma Azrina pada putranya.

"Tau tuh, udah jelek makin jelek lagi!" ejek Jihan sambil tertawa pelan.

Wajah Zaidan semakin berkerut, dia menatap Aba Zaaki dengan tatapan polos membuat Aba Zaaki tidak tega. "Adek jangan gitu sama Abang mu. Nanti dia nangis, makin jelek jadinya."

Zaidan menatap tidak percaya kearah keluarganya, bukannya menghibur dirinya, mereka malah mengejeknya. "Gak tau deh, Zai mah apa atuh!" kesal Zai sambil memalingkan wajah kearah lain.

"Baiklah, ayo ke bandara!" ajak Aba Zaaki.

Perjalanan ke bandara terasa berat bagi Zaidan, meski dia tahu mereka akan kembali bertemu lagi. Tapi tetap saja, dia mulai merasakan kekosongan yang akan kembali lagi karena orang tuanya akan kembali ke Aceh.

Sesampainya di bandara, Aba Zaaki memberikan nasehat kepada Zaidan. Mereka menikmati obrolan singkat mereka, sebelum suara pengumuman terdengar melalui pengeras suara karena pesawat tujuan Jakarta-Aceh akan segera lepas landas.

Dengan itu, Aba  Zaaki, Umma Azrina, dan juga Jihan berpamitan pada Zaidan.

"Ingat jangan terlalu sedih. Jika dia jodoh Abang, dia akan kembali pada Abang." ujar Jihan sambil tersenyum manis sebelum akhirnya dia berbalik dan berlari kecil untuk menyusul Aba dan Umma.

"Bisa-bisanya aku gagal bersikap dewasa di depan adikku sendiri," gumam Zaidan sambil tersenyum miris.

Wajah Zaidan sedikit terkejut saat ada seorang pria yang menyenggol bahu Jihan. Saat dia ingin menghampiri adiknya, Jihan langsung berbalik dan memberi isyarat bahwa dia baik-baik saja. Zaidan mengangguk mengerti dan terus memperhatikan adiknya yang menegur pria itu, lalu Aba Zaaki terlihat memanggil Jihan karena waktu mereka tidak banyak.

"Sampai jumpa lagi, keluarga tercinta ku!” gumam Zaidan saat melihat pesawat dengan tujuan ke Aceh sudah lepas landas.

Setelah itu, dia segera masuk ke mobil dan pulang. Dalam perjalanan pulang, bibirnya tidak henti-hentinya untuk terus berdzikir dan juga sholawat. Hingga tak terasa dua jam berlalu dan dia sampai di rumahnya yang kini terlihat sepi.

Dia keluar dan menutup pintu mobilnya dengan pelan, bukannya segera masuk ke dalam dia memilih untuk berjalan jalan sebentar di sekitar kompleks rumah, hingga langkahnya berhenti pada sekelompok anak kecil yang sedang bermain sepeda

"Om Jai! Ayo main cepeda!" seru seorang anak yang masih berusia empat tahun.

"Iya Om! Ayo main sepeda!" timpal anak lainnya dengan penuh semangat.

Saat ingin menjawab, suara tawa terdengar dari belakang Zaidan. Zaidan segera berbalik dan ternyata pelakunya adalah Nando, di samping Nando ada Samudra yang tengah menahan tawa.

Senyum Batavia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang