2. Mari berteman

435 57 5
                                    

Sepagian ini Yati terlihat ceria dan sumringah. Walau pembawaan Yati memang ceria, Rayhan bisa merasakan ada aura bahagia di wajahnya. Sebelum subuh Rayhan sudah mendengar ibunya sibuk di dapur. Menanak nasi di tungku, merebus air, dan hal lainnya. Biasanya ibunya memilih mengaji sampai waktu subuh.

"Ibu kayak bahagia banget hari ini."

"Iya dong. Ibu mau ke pasar. Belanja banyak. Mau masakin si neng itu yang enak-enak biar mau makan. Kira-kira si neng itu suka apa ya?"

"Rayhan ga tau, Bu. Tadi malam cuma makan sedikit. Lalu diam ngelamun lagi. Rayhan suruh tidur bareng Desi, hanya mengangguk."

"Soto ayam sama ayam goreng aja Bu, Aisha pasti suka."celetuk Desi.

"Itu mah kesukaan kamu, Des." Jawab Yati diiringi tawa kecil.

"Kasian ya sekecil itu udah ditinggal orangtuanya. Ya sudah, kalau bangun suruh mandi air anget yang Ibu rebus tadi. Ibu mau ke pasar."

"Desi ikut, Bu. Nanti Desi bantu bawain belanjaan Ibu."

"Han, uang 4jutanya mau buat apa?"

"Ibu atur aja, buat kebutuhan Aisha. Ray mau ke rumah pak Kadus dulu. Biar Lala yang nungguin Aisha bangun."

Yati mengangguk ceria. Bergegas mengganti pakaian agar tidak kesiangan sampai pasar. Dalam perjalanan, Yati membuat list belanjaan. Gurameh setengah kilo, ayam setengah kilo, telur setengah kilo, dan buah-buahan untuk Aisha. Membeli aneka cemilan, jajan pasar dan bubur. Semua menggunakan uang Aisha.

Sedangkan untuk anak-anaknya ia akan berbelanja menggunakan uang 1juta yang diberi Irfan. Seratus ribu untuk di desa sangat cukup menurut Yati. Toh anak-anaknya makan apa saja yang ia masak tidak pernah protes.

Setelah belanja sayur dan lauk, Yati ke sebuah warung grosir hendak membeli sabun dan alat mandi untuk Aisha. Semua uang Aisha yang Yati keluarkan untuk kebutuhan Aisha, Desi yang mencatat. Anak kelas satu itu sudah pandai mencatat.

"Mbak Yati, tumben belanja banyak?"tanya seorang perempuan bertubuh gempal.

"Buat temannya Rayhan dari Jakarta, Yu."jawab Yati.

"Rayhan punya pacar?"

"Hush. Rayhan ndak tak bolehin pacaran, Yu. Temannya nitipin ponakannya masih kecil. Seusia Desi paling"

"Jangan-jangan anak haram?"

"Jaga bicaramu, Yu. Orang baik-baik kok punya anak haram."

Yati enggan meladeni, lalu ia meninggalkan perempuan itu.

Dalam perjalanan pulang benak Yati dipenuhi akan Aisha. Berapa lama anak itu tinggal dengannya? Apakah anak itu mau makanan desa? Apakah anak itu doyan sayur seperti Lala?

Suara teriakan dan tangisan membuat Yati tergopoh-gopoh ketika memasuki rumah.

"Ada apa La?"tanya Yati pada anak keduanya.

"Dia bangun langsung nangis teriak-teriak Buk. Udah Lala suruh diam dan Lala tanya malah ngamuk."

"MEREKA JAHAT. MEREKA NAKAL. MEREKA PEMBUNUH."

Yati tergopoh masuk kamar Lala. Ia melihat Aisha meraung berteriak dengan berlinang air mata di lantai.

"Istigfar nduk, ada apa?" Yati memeluk Aisha dan mengelus rambutnya.

Aisha menatap Yati sejenak. Ada sorot ketakutan di wajahnya. Anak kecil itu enggan melepaskan pelukan Yati, namun juga tidak menyambutnya. Lala berinisiatif mengambilkan air minum.

"Ada apa bu?"Rayhan terburu-buru masuk setelah Desi bilang Aisha mengamuk.

"Ibu ndak tahu. Dia tiba-tiba menangis kenceng."

Aisha bukan AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang