Happy reading secretems!
....
"Ayo dong, Arumi... pliis bantuin aku sekali ini aja..."
Arumi tetap pada keputusannya, menolak permintaan Aisya meskipun gadis itu tetap memohon-mohon.
"Aku gak bisa bantu kamu kalo masalah begituan, kamu juga gak usah ajak-ajak aku cari dosa, Ais."
"Aku cuman minta tolong kasih surat ini aja ke Reyhan sekalian kamu ngantarin sorban Ustadz Aryan ke perbatasan, bukan nyuruh kamu pacaran sama dia." Ucap Aisya.
Arumi mendelik, "Ya tetap aja aku ngebiarin kamu dekat sama dia, aku juga ikutan dapat dosa. Kamu sih udah berkali-kali aku bilangin jangan deket-deket sama santri, udah jelas itu hal yang mendekati zina kamu masih tutup mata soal itu."
Aisya menghela napas pasrah.
Arumi jelas menolak keras akan hal itu, menjadi perantara dari kirim-kirim surat Aisya dengan santri konyol itu? Yang benar saja. Itu akan membuat waktunya terbuang dan menambah dosa.
"Ayo dong, bantuin aku.." mohon Aisya.
Arumi menggeleng, "Gak mau. Pergi aja sendiri."
"Kok kamu gitu sih, Mi?"
"Ya jelas Arumi gak mau. Ntar ketangkep basah sama bagian keamanan gimana? Kamu gak mikir resikonya apa?"
Tambahan dari Zena semakin membuat Aisya kecewa dan pasrah.
"Mending kamu gak usah dekat-dekat lagi sama si Reyhan-Reyhan itu, heran kenapa dia bisa bikin kamu klepek-klepek, lama-lama kamu beneran diguna-guna sama dia, Ais." Tambah Laila.
Arumi menatap Aisya, "Sekarang paham, 'kan? Udah ya, aku gak mau cari masalah di sini."
Arumi pun pergi meninggalkan tiga temannya itu.
Di sisi lain, terlihat seorang pria muda yang tengah bercengkrama dengan dua orang guru pengajar di pondok pesantren itu. Terlihat ketiganya membicarakan hal yang serius, tatapan cemas salah seorang ustadz yang lebih tua darinya itu jelas membuat Aryan semakin bingung.
"Jadi, gimana pendapat Ustadz Aryan soal itu?" Tanya Ustadz Zulkifli.
Aryan menghela napas panjang, ia sejujurnya tidak ingin membahas perkara itu.
"Saya gak tahu, dan itu juga sebenarnya bukan urusan saya."
"Tetapi kondisi saat ini sedang genting, Ustadz Aryan."
Aryan menggeleng, "Saya belum ingin membahas itu."
Terdengar helaan napas pasrah dari Zulkifli. Lantas pria itu pun pamit meninggalkan ruangan Aryan.
"Kalau begitu, saya pamit dulu, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam." Jawab Aryan setelah Zulkifli menghilang dari balik pintu.
"Ar, kamu beneran gak mau bantu? Kasian, Ar." Ucap Hasan.
Aryan berdecak, "San, saya udah bilang bukan tidak mau tetapi butuh waktu. Jangan desak-desak saya seperti ini, saya bingung kalau kalian pada desak-desak kayak gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menentang Takdir (On Going)
Teen Fiction[TINGGALKAN JEJAK SAAT MEMBACA] Sang pengembara penggemar aksara, Bersemayam di balik kedamaian yang membentang di langit Arafah, Namun tak jera menutupi tubuh gadis mungil itu di keramaian. Bertarung dengan pedang perkasa di hutan belantara, Seola...