Dunia itu Sempit

5.3K 349 5
                                    

"ASTAGA, KALIAN NGAPAIN HEH?!"

Dari kamar Manda, terdengar suara seperti benda jatuh. Manda langsung keluar dan mencari sumber suara itu. Ia mengecek seluruh kamar di lantai dua. Saat masuk ke kamar Reva, Manda mendapati Zee tanpa busana sedang berada di atas tubuh Reva.

Manda reflek menutup matanya dan berbalik badan, Zee langsung mengambil handuk sialan itu dan menutupi badannya, ia mengambil sabun yang sudah berhasil diraihnya dan lanjut mandi.

Reva bangun dari posisinya dan mendekati Manda yang masih kaget itu.

"Jangan lebay, dia abis ngambil sabun di rak trus jatoh nindih gue. Handuknya nyantel di kursi."

"Kalo tiap hari gue harus liat pemandangan kaya kemaren sama tadi, gue pindah rumah aja."

Manda meninggalkan kakaknya disana dan berlari kecil menuju kamarnya, sesekali bergedik geli mungkin membayangkan kejadian yang baru saja ia lihat.

Reva menggeleng, ia kembali masuk kamarnya menunggu Zee selesai mandi.

___

Mereka bertiga sudah bersiap untuk berangkat sekolah, Manda masih heran melihat penampilan Zee sekarang. Ia menatap Zee dari atas sampai bawah.

"Anjir lo beda banget kak."

Zee tak menjawab, ia hanya tersenyum kecil dan langsung menaiki motor vespa maticnya. Mulai hari ini Zee tak perlu mampir ke markas untuk mengganti setelan cupunya, ia bisa langsung memakainya dari rumah. Satu persatu kendaraan keluar dari kediaman Anagata.

"Kok Zee keluar dari rumahnya Reva?"

___________

Zee sampai lebih dulu dari Reva juga Manda. Selain karena Zee yang pakai motor, Reva sengaja melambatkan laju mobilnya guna menjauhi jaraknya dengan Zee.

Sampainya di kelas, seperti biasa ledekan demi ledekan terlempar ke Zee. Apapun yang Zee lakukan akan salah di mata teman kelasnya. Dan sampai saat ini Zee belum mempunyai teman.

Reva datang ketika Zee sedang dilempari kertas, ia tak bisa melakukan apapun karena ia juga dikenal sebagai perundung.

Bel berbunyi dan pelajaran dimulai, Reva sedikit lega karena teman satu kelasnya berhenti merundung Zee. Dan seperti biasa setelah pelajaran Reva dan kawan-kawan lanjut kantin.

Reva berjalan menuju kantin dengan gagahnya, seperti biasa desas-desus siswi terdengar di telinganya.

Entah kenapa sepertinya hari ini hari sial Reva, ia ditabrak oleh satu siswi, minuman siswi itu mengenai seragam Reva, menyisakan noda kuning disana.

"Rev sorry Rev.... gue gak liat... gue terlalu nunduk... sini gue bersihin ya Rev."

"Astaga lo lagi lo lagi, gak ada abisnya recokin kita? Mau lo apa sih hah?"

Oniel emosi melihat baju Reva yang setengah kuyup itu, mendorong siswi yang tak lain adalah Zee itu. Olla langsung menyeret Zee keluar kantin, entah apa yang akan dilakukannya saat ini.

Reva membersihkan bajunya di wastafel kantin, setelahnya ia menyusul tiga temannya yang entah merundung Zee dimana. Reva terus berlari mengitari area sekolah.

"Bisa mati nih si Zee." Gumamnya.

Pandangannya tertuju ke taman belakang perpustakaan, ia melihat tiga temannya sedang memukuli Zee habis-habisan. Zee tertunduk lesu di tanah, wajahnya lebam, ujung bibirnya mengeluarkan sedikit darah, kerahnya sobek dan rambutnya sangat berantakan.

"WOI UDAH WOI!"

Ara, Oniel dan Olla memberhentikan aktivitas rundungnya, tangan mereka sudah merah menandakan betapa parahnya pembulian mereka kali ini.

RIVAL (ZeeDel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang