PROLOG

1K 121 6
                                    

"Yang ini kamar kamu?" Tanya Rinaldi pada seorang wanita yang ia kenal sebagai pasiennya di klinik. Pandangannya sedikit kabur dan ia mengangguk.

Wanita itu mengambil kartu di tas nya dan hendak membuka pintu kamar tetapi tangan Rinaldi menahannya.

"Aku ada sekotak coklat di kamar. Tadinya aku mau berikan pada Estelle tapi sepertinya ia tidak berhak lagi menerimanya. Kamu mau? Kalau tidak aku akan membuangnya." Kata Rinaldi.

Wanita itu tampak berpikir dan ia mengangguk.

Baik Rinaldi maupun wanita itu, keduanya berjalan sempoyongan sambil tertawa dan saling memapah.

Rinaldi mengajaknya naik lift dan di sana hanya ada mereka berdua.

"Caca... Apa menikah itu membahagiakan?" Tanya Rinaldi pada wanita disebelahnya.

Wanita itu menggeleng tapi ia kemudian mengangguk.

"Itu membahagiakan tapi sekarang tidak. Suamiku pasti sedang berbahagia dengan istri keduanya sementara aku dikirim ke sini." Kata nya tertawa.

"Ayo. Itu kamarku." Ucap Rinaldi mengajak Caca keluar dari pintu lift. Ia membuka pintu kamar hotelnya. Caca cuma menunggu di luar kamar. Meskipun ia mabuk ia masih tahu peraturan dimana ia tak boleh masuk ke kamar pria lain.

"Ini, coklatnya." Kata Rinaldi.

Caca menerimanya. Namun perutnya tiba-tiba terasa mual sekali. Ia rasanya ingin muntah. Mungkin karena ia memang tidak pernah minum alkohol sebelum nya.

"Kenapa?"

"Mmmm.... Mmmmhh..." Caca membuat kode jika ia ingin muntah.

Rinaldi membuka pintu kamarnya lebar lalu mempersilahkan Caca masuk ke kamar mandi.

Di kamar mandi Caca memuntahkan isi perutnya di wastafel. Rasanya sungguh tidak nyaman. Ia lalu menyeka mulutnya dan ternyata bajunya terkena muntahannya.

Caca mengeluh sendiri. Ia keluar kamar mandi.

"Dokter Rin boleh aku pinjam kaos mu. Aku tidak bisa memakai gaun ini lagi." Kata Caca.

"Ah baiklah. Tapi mungkin akan over size." Kata Rinaldi mengingat tubuh Caca jauh lebih kecil dibanding tubuhnya yang agak berisi dan juga tinggi.

Caca mengangguk. Kepalanya terasa pusing.

Caca berusaha membuka dress nya tapi ia kesulitan. Mungkin jika dalam keadaan sadar ia tidak akan kesulitan sama sekali tapi entah kenapa sleting gaunnya begitu susah ia lepas.

Pintu kamar mandi tidak terkunci, Rinaldi masuk begitu saja untuk memberikan Caca baju ganti.

"Kamu butuh bantuan?" Tanya Rinaldi melihat Caca berusaha menarik ritsleting nya tapi kesulitan.

Caca menggelengkan kepalanya. "Aku bisa. Aku bisa." Ucapnya tapi akhirnya ia kelelahan.

Ia menggelengkan kepala lalu menatap Rinaldi dengan tatapan puppi eyes nya. "Enggak bisa." Ucapnya.

Rinaldi terdiam. Entah setan apa yang merasukinya tapi Caca terlihat sangat menggemaskan. Rinaldi menenggak salivanya.

Ia berusaha menahan diri tapi saat tangannya menarik ritsleting gaun Caca dan ia melihat kulit punggung Caca, rajanya setan merasukinya.

Ia menarik gaun itu hingga lolos dari tubuh Caca lalu ia menangkup wajah Caca dan mencium bibirnya.

Caca terkejut. Ia memukul tangan Rinaldi dan berontak agar dilepaskan tapi ciuman Rinaldi dengan cepat menjalar ke rongga mulutnya membuat ia terbuai dan tak sadar.

Caca teringat Dero, suaminya yang ia rindukan. Sudah dua Minggu ia tak bertemu Dero dan sepertinya suaminya itu masih sibuk dan fokus merawat Yuan, istri keduanya yang beberapa waktu lalu mengalami kecelakaan.

Caca tersentak saat merasakan lidahnya dihisap dan ia mulai membalasnya.

Caca benar-benar antara sadar dan tidak sadar membalas ciuman tersebut. Bahkan ia bingung kapan tali bra nya dilepas.

"Ach..." Desisnya kala payudara dihisap kuat. Caca terbuai. Ia bahkan sudah terlentang dibawah tindihan saat ini.

Caca melihat wajah Rin di depan wajahnya. Namun sekilas itu mirip Dero. Ia tersenyum.

"Sayang aku kangen kamu. Aku merindukanmu." Caca lalu mencium mesra lelaki yang menindih tubuhnya tersebut.

Caca mengerang menikmati hujaman kejantanan di mahkotanya. Ia benar-benar menyukai dan menikmatinya.

Caca tidak ingat bahkan tidak sempat menghitung berapa lama ia bercinta yang pasti Caca merasa remuk ketika ia membuka matanya.

---

Caca terduduk lalu melihat ke sekelilingnya. Ia tersentak kaget melihat sekeliling nya. Kepalanya masih sakit dan ia merasa pusing bukan main seperti kena penyakit darah rendah dan semua seperti berputar.

Antara sadar dan tidak sadar ia melihat seorang pria tidur di sebelah nya.

Caca lalu menyadari jika ia dalam keadaan telanjang dengan seorang pria yang juga telanjang membelakangi dirinya. Beberapa potongan ingatannya membawanya pada adegan panas malam tadi.

Jantung Caca berdebar cepat. Panik merasuki jiwa dan raganya. Entah apa yang ia pikirkan kemarin sampai-sampai ia bisa berbuat maksiat seperti ini.

Jika Dero tahu... Apa yang akan terjadi jika Dero sampai tahu. Dan gilanya lagi, pria ini... Dia adalah dokter di klinik tempat Caca melakukan program hamil.

Astaga...

Dia pakai kondom kan semalam? Caca berpikir keras mencoba mengingat kejadian semalam.

Rinaldi bergerak terlentang masih dalam keadaan dibawah alam sadar.

Caca melotot melihat tubuh liat pria itu juga... Ehm-nya. Sial... Dia benar-benar bercinta dengan Rinaldi semalam.

Sebelum kesadaran Rinaldi kembali ke raga nya, Caca bergegas bangun dan memakai pakaian yang bisa ia kenakan.

Awalnya ia mencari gaunnya tapi ia ingat gaun itu kena muntahan lalu ia ambil dalamannya yang berserakan di lantai lalu kaos putih milik Rin yang juga terletak di lantai dan memakainya.

Caca tak lagi menghiraukan apapun selain pergi secepatnya.

Setelah Caca pergi Rinaldi membuka matanya. Ternyata ia sudah bangun. Ia sebenarnya sama bingung dan panik nya dengan Caca tapi saat Caca bergerak dan mulai terbangun ia putuskan telungkup membelakangi Caca.

Namun ia akhirnya penasaran lalu membalikkan badannya terlentang.

Caca sepertinya panik dan bergegas berpakaian lalu pergi.

Rinaldi duduk mengusap wajahnya. Ia merasa jadi pengecut saat ini. Bisa-bisanya ia tidak menahan Caca, meminta maaf atau apalah...

Caca adalah pasiennya di klinik nya. Wanita itu datang beberapa kali dan melakukan konsultasi dengan nya bahkan ia melakukan persiapan agar bisa hamil dengan suami nya. Tapi malah ia yang melakukan program kehamilan dengan wanita itu.

Gila bukan??!!

Karena alkohol sialan yang mereka minum, ia kehilangan akal. Rinaldi masih ingat tatapan mata Caca yang membuatnya terhipnotis lalu kesadarannya menguar pergi dan untuk kali pertama ia akhirnya melepas keperjakaan nya dengan istri orang pula.

Astaga...

Apa yang akan terjadi setelah ini?

"Nggak... Dia punya suami jadi aku bukan satu-satunya pria yang menyetubuhi dirinya." Kata Rinaldi.

"Tapi bagaimana jika ia hamil dan aku adalah pria yang harus bertanggungjawab?" Rinaldi bermonolog seorang diri.

Ia tidak punya keberanian mengejar Caca.

---

TBC

Cerita BARU tapi ini sequel Tamtama ya... Yang mau baca cerita ini tanpa ke Tamtama dulu boleh... Tapi kalau mau lebih nyambung boleh baca sana dulu biar ga bingung sama yg sini... Hehe...

On Proses segera End tapi di Watt pad agak slow Up ya tunggu Tamtama selesai kita UP okeh...

Negatif Positif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang