"Jadi Karang sebentar lagi bakal maju OSN kimia? Wah pinter banget. Gabriell juga mau wakilnya tekwondo minggu depan, makannya anaknya harus fit, makan sayur yang banyak hahahaha."
"Wah bagus, om suka. Jadi cowok emang harus bisa bikin pertahanan tubuh sendiri. Tapi jangan ninggalin nilai akademik."
"Nilai Gabriell di sekolah juga bagus kok, masuk tiga besar. Dia seimbang antara hobi dan pelajaran, iya kan nak?"
Pemuda yang bernama Gabriell itu membalas dengan senyuman tipis. Menyuapkan steak yang baru ia potong dengan wajah yang menahan. Ia beralih menatap pemuda di depannya. Karang nampak tenang, padahal Gabriell sendiri sudah tak tahan untuk segera pergi dari duel prestasi anak berkedok acara makan malam ini.
Sajian makanan mewah terhidang banyak di sana. Manner tabel juga sangat diperhatikan. Pelayan yang siap sedia hanya menonton tuannya untuk siaga saat dibutuhkan. Berlomba menggunakan pakaian mahal nan mewah serta perhiasan uang bernilai fantastis untuk menunjukkan kesuksesan keluarganya.
Tawaan yang menggema disana semua palsu. Guyonan yang sebenarnya adalah saling menjatuhkan satu sama lain.
"Pinkan gimana? Masih les balet?" perempuan yang baru saja disebut namanya itu tersedak makanannya sendiri. Dengan cepat meraih minumnya lalu tersenyum kikuk. "Masih tante, sama les biola juga. Bulan depan mau tampil di opera,"
"Iya, dia dari kecil suka main biola. Punya cita-cita bikin konser sendiri." tambah Ayahnya tersenyum bangga.
"Jadi anak cewek emang harus anggun, jaga perilaku. Atitude itu nomor satu. Masa anak perempuan suaranya keras, banyak teriak-teriak. Kayak Selena itu, bagus, pinter, value nya kelihatan. Pinkan kalau banyak gaul sama Leo, Gabriell, Karang nanti jadi niru malah suka gulat lagi hahahaha," cletukan salah satu lelaki paruh baya itu menimbulkan gak tawa satu ruangan. Membuat Pinkan menggigit bibirnya keras menahan diri agar tetap terlihat tenang.
Ia melirik arah ayahnya yang sudah memasang wajah masam dengan tatapan tajamnya. Ah, pasti saat pulang kerumah nanti dirinya akan dimarahi. Mungkin nambah jadwal les lagi. Benar sial.
Sedangkan lelaki di sebelah Gabriell mati-matian untuk menahan gelak tawanya. Pinkan yang menyadari itu melotot memberi peringatan. Menendang kecil kaki pemuda itu lewat bawah meja.
Melihat beberapa temannya yang nampak memberi kode tak nyaman itu membuat Karang segera menyelesaikan makannya. Menghabiskan minum lalu menyerbet mulutnya bergegas berdiri.
"Kita sudah selesai, lanjutkan obrolan kalian dengan nyaman. Kita tak ingin mengganggu pertemuan makan malam para orangtua. Terimakasih atas makan malamnya," ucap Karang dengan sopan merundukkan diri.
Lalu setelahnya diikuti ketiga temannya yang lain untuk ikut pergi dari ruang makan besar itu.
-
-
-
"Arghhh shit! Bokap lo kenapa nyenggol gue mulu si! Kalo gue ditambahin lesnya nanti pokoknya gue nyalahin elo!" Pinkan segera menghempaskan tubuhnya di sofa empuk golden yang sangat glamour itu. Ayah Leo memang sangat suka menghias rumahnya dengan warna mewah seperti emas.
"Ya lo liat ini jadwal pertemuannya di rumah siapa? Makannya berkembang dikit, biar ngga dirujak sama parent kita," seloroh Leo tak terima.
"Bacot!" Pinkan kali ini tak bisa santai. Ia jadi panik sendiri, takut nanti pulang akan disambut dengan ocehan apa.
Sementara Karang sudah melenggang duduk di sebelah Gabriell yang santai memainkan game di ponselnya. Selena dengan tenang pergi kearah balkon untuk merokok sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea For Blue Whales
Ficção Adolescente⚠️DILARANG PLAGIAT! GUE VIRALIN, TUNTUT MAMPUS NNTI⚠️ "Kamu pernah bilang kalau kamu lautku Karang. Seperti namaku, Lara. Kita akan tetap bertemu ditepi saat semua orang mengutarakan lukanya dengan laut. Kamu adalah penyembuh Lara. Kita akan selalu...