1//Kali Pertama.

20 2 0
                                    

KEHADIRANKU.
━━━━━━━━─

ketika semua orang yang aku harapkan telah pergi, ketika hari hariku di penuhi dengan kehampaan, ketika hal hal yang ku jalani terasa membosankan, aku melihat seorang wanita cantik yang sedang merasa hancur akan segala kesakitan yang telah ia terima. aku menghampirinya yang sedang tidak percaya dengan semua manusia yang ia temui. "di balik semua orang yang kamu temui, pasti salah satunya ada yang baik untukmu nona" ucapku pelan setelah duduk di sampingnya. ia menengok ke arahku dengan raut wajah yang terlihat sedikit kesal, entah itu karena aku yang tiba tiba atau tentang masalahnya, aku tidak tahu itu. "tidak ada!" jawabnya kemudian. "kamu yakin?" kutanya dengan nada sedikit terasa penasaran akan keyakinannya. "iya! semua cowok sama aja!" jawabnya dengan pasti dan sangat yakin akan hal itu. "jika nanti ada yang tulus kepadamu melebihi yang kamu mau? bagaimana?" kutanya lagi. "cowok tulus itu gak ada di kamus cewek trauma" ucapnya seakan ingin bahwa aku harus tau jika ia sedang trauma. "akan lebih baik jika kamu diam tanpa harus tau aku kenapa" lanjutnya.

kupikir bahwasanya semua wanita itu sama saja, terlihat seperti yang sangat di sakiti namun tidak ingat dengan apa kesalahannya dan apa yang membuat seseorang yang ia mau pergi meninggalkan nya. "hahaha. silahkan bersuara" ucapku dengan intonasi pelan. "kamu gak akan kuat dengernya" dengan yakin ia mengucapkan itu. "kalau aku kuat bagaimana jadinya?" kutanya ia sambil tersenyum.

"kamu dengar cerita akupun gak akan ngerubah apapun yang udah terjadi"

seketika aku terdiam karena ucapannya itu, tapi aku tau kalau ia hanya butuh tempat untuk bercerita tentang apa yang ia rasakan itu. ku pikir, lebih baik aku buat ia sedikit tersenyum dan merubah suasana hatinya sebisaku.

"aku itu keturunan angkel mutu" (pedanga yang serba ada di serial upin ipin)
"oke, nasi goreng telur dadar satu" dengan intonasi rendah ia mulai membiasakan suasana.
"hahaha. siap, nanti pesanan jadi 2050"
"kelamaan!"
"hahaha. aku juga bisa jadi pilot"
"terbangin pesawat?"
"terbangin harapan yang gak pasti"
"hahaha. kamu juga lagi sedih?"
"enggak, aku bisa jadi tentara, guru, dokter, ustadz, dukun, penulis dan koki"
"sehebat apapun kamu, gak bakal bisa nyembuhin trust issue aku"
"sakit hati itu memang susah obatnya, tapi bukan berarti gak ada"
"emangnya kamu sendiri gak sakit kalau di tinggal sama orang yang udah bertahun tahun di hidup kamu?"
"enggak, aku bisa berdamai sama semua rasa sakit dan kecewanya"

ia terdiam untuk berfikir lebih keras karena ucapanku itu. aku ingin ia sadar akan apa yang sedang ia anggap sedih itu, aku merasa seperti bukan diriku jika tidak bisa menolong orang yang sedang membutuhkan. karena, akupun pernah di posisinya, tidak mempunyai teman untuk over sharing, tidak memiliki tempat untuk berlindung dari omongan omongan keji yang datang. seperti tidak ingin apa yang telah aku alami itu terjadi pada orang orang yang ada di dekatku.

"berjalan sejauh itu cuma buat liat dia sama cewek lain? sakit tau liatnya" ucapnya sambil menutup muka dengan kedua telapak tangannya.
"aku tau seberapa sakitnya itu" jawabku pelan.
"butuh waktu yang lama buat sembuhin itu semua"
"aku tau itu semua. perlahan, pasti akan sembuh kalaupun lama waktunya"
"udah ah, aku gak mau oversharing sama orang asing"
"hahaha. aku lougiv elcancer"
"aku gak ngijinin kamu buat memperkenalkan diri"
"hahaha. terlanjur"
"tapi terima kasih sudah berinisiatif"
"untuk belum ke cianjur" ucapku untuk memperkirakan ia benar atau tidak tinggal disana sambil buang muka.
"lohh. maksudnya apaan nih, kok bisa tau?" ucapnya dengan tatapan kaget.
"kamu cianjur kan?"
"iya, tapi serius kamu tau dari mana?"
"hahaha. aku ini multitalent"
"kamu dukun ya?" dengan intonasi pelan sambil tersenyum menatapku.
"tergantung situasi"

Sejenak kurasa ia melunak terbawa suasana yang aku bawa. aku bukan orang yang ingin di bahagiakan seperti orang orang di luar sana, cukup seperti ini. membuat orang lain bisa tersenyum saja saat bersamaku, itu sudah membuatku senang.

"kamu ketemu orang kaya aku gini, risih gak?" kutanya dengan intonasi pelan melihat ke arah jalan di depanku. "tidak sama sekali" jawabnya sedikit tersenyum. "kalau yang lain bakal risih gak ya?" kutanya lagi dengan raut wajah sedikit serius. "tanyain sendiri" jawabnya seakan tidak mau perduli dengan itu. "ya udah, berarti aku sama kamu aja" ucapku sambil menengok ke arahnya lalu menatap matanya yang bersinar memantulkan lampu malam. "mungkin, kamu orang yang bakal ngertiin aku terus" ia menjawab seperti bercanda. "setelah di tinggal dia, banyak yang datang nawarin diri, tapi aku gak mau" lanjutnya sedikit serius.

"kenapa kamu malah sambut aku?" kutanya heran.
"ya, karena kamu gak basa basi"
"hahaha. kamu bukan qeisya kan?"
"apaansih, ngaco"
"kalo qeisya nama kaka aku"
"hahaha. bagus namanya"
"kamu pasti elsa"
"hah? kok tau lagi sih?"
"hahaha. feeling"
"kok bisa pas gitu ya?" ia keheranan.
"biar jadi rahasia tuhan"

ini pertama kali aku bertemu dengannya, duduk diantara jalan raya dan lampu kota di jakarta kala malam yang tidak sunyi datang. aku tau ia bukan orang yang berlarut dalam kesedihannya, tapi semua orang butuh orang lain juga untuk menceritakan isi hatinya setelah kepada tuhan agar mengurangi hal hal buruk yang dipikirkan otak tentang hati. ini suatu perkenalan yang tidak terlalu baik bagiku dan tidak terlalu buruk untuknya. maksudku, aku terlalu membuka pintu kepadanya yang baru saja aku kenal meski tidak tau baik buruknya ia bagaimana dan tidak terlalu buruk baginya karena aku bukanlah orang yang akan sengaja menjahati orang yang baru saja di jahati orang orang yang ia kenal dekat.

"kamu pulang?" ku tanya setelah terdiam untuk meminum susu jahe yang ku bawa.
"iya, ke sukabumi" jawabnya dengan muka yang menunjukkan bahwa ia masih memikirkan tebakan tebakanku.
"jauh ya" ucapku seperti berkata pada diri sendiri.
"hehe. udah cukup disini"
"iya."

setitik perasaan di hatiku seperti ingin menjelma menjadi orang yang akan selalu membuat ia senang. karena melihatnya seperti itu, rasanya tidak tega dan sangat sakit seperti melihatku di masa lalu. mungkin tuhan mempertemukanku dengannya untuk membuang jauh jauh perasaan yang tidak karuan pada orang lama yang ada di hatiku dan berhenti untuk mencari yang bisa menggantikan sosoknya. elsa, aku akan ingat namamu, seperti putri salju yang ada di movie salah satu rumah film.

"aku mau pulang" ucapnya sambil berdiri dan bersiap untuk pergi lalu memberiku satu kartu nama yang berisikan akun akun sosmednya dan nomor whatsapp. "oke, hati hati" jawabku. ia berjalan pulang lalu menengok ke belakang untuk melambaikan tangan kepadaku yang sedang mentapnya pergi menjauh. besok jika mungkin ia milikku, ia pasti kembali dan jika tidak pun itu bukan masalah besar bagiku. bilamana ia kembali nanti, mungkin akan terus ku buat ia tersenyum bagaimana pun caranya.

aku berfikir keras untuk memilihnya atau tidak kelak, namun seketika hatiku berkata untuk mencoba lagi, berhasil atau tidak, buat ia menjadi yang terakhir untuk percobaan membuka hati kembali setelah sekian lama mati rasa akan hal hal yang sangat menyenangkan dengan pasangan. aku tahu tuhan itu baik dan jakarta katanya adalah kasih sayang. aku ingin tulus memberikan sisa cinta dan hidupku dengannya jika ia mau, jika tidak pun biarkan saja, semua yang ku butuhkan tidak selalu tentang apa yang ku mau. tapi semoga saja nantinya ia mau denganku untuk kembali sembuh dan percaya akan keajaiban Tuhan.

Words

Buanglah jauh jauh perasaanmu pada orang lama yang membuatmu sesakit itu,

Cobalah untuk memulai hal hal yang baru dengan orang orang baru.

Hidup tidak selalu tentang ia yang menyakitimu,
Biarkan ia menjadi cerita yang akan kamu pelajari ketika bertemu orang baru.

Kembalilah percaya kepada ketulusan,
Mulailah menilai orang orang yang kamu temui agar hidupmu terasa lebih tenang.

untuk wanitaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Elsyana Anindya MangataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang