CHAPTER 05

1.6K 117 5
                                    

Kini Shani dan jinan tengah diselimuti rasa takut dan khawatir Setelah mendengarkan cerita ashel dan zee. Bagaimana tidak takut, dari tadi dokter yang menangani adiknya itu belum juga keluar dari ruangan tersebut. Kini mereka semua tengah duduk dengan pikiranya masing masing.

Shani kini tengah duduk dengan hati dan pikiranya yang terus tertuju pada adiknya. Ia hanya bisa berharap adik bungsunya itu baik baik saja.

Jinan tau saat ini shani pasti tengah diselimuti rasa takut, dia mencoba menenangkan shani dengan menepuk pelan pundak cicinya tersebut. Berharap ia bisa memberikan sedikit ketenangan pada kakanya itu, Ia juga sama takut dan khawatirnya dengan shani. Tapi untungnya ia masih bisa menenangkan dirinya sendiri.

"Kalian tau siapa preman preman itu?" Tanya jinan.

Terlihat dari raut wajah dan tatapanya, jinan saat ini sedang emosi.

"Nggak kak, Tadi kak chika cuma bilang kalo marsha berantem sama preman." Balas ashel, ia takut karna melihat jinan emosi.

"Chika sekarang di mana?" Tanya jinan dengan suara datar.

"Nggak tau, tadi aku sama asleh datang dia udah nggak ada."balas zee.

Saat jinan hendak bertanya lagi, ia mendengar suara pintu tempat adiknya diperiksa kini terbuka. Dan memperlihatkan seorang dokter keluar dari ruangan tersebut.

Clek

Mereka pun berdiri dan menghampiri orang yang keluar dari ruangan tersebut.

"Gimana keadaan adik saya dok?" Tanya shani dan jinan bersamaan.

"Teman saya gpp kan dok?" Tanya ashel dan zee kompak.

"Jadi begini, kondisi pasien saat ini cukup kritis." Ucap doker yang baru keluar tersebut.

"Terdapat beberapa luka memar di tubuhnya, yang sepertinya dikarena kan oleh pukulan benda tumpul." Penjelasan dokter tersebut.

"Ada beberapa bekas pukulan di sekujur tubuhnya dan yang paling parah terdapat pada perutnya. Pukulan keras diperutnya itu mungkin akan mengakibatkan pasien merasa kesakitan saat ia sadar nanti." Sambungnya.

"Tapi adik saya gpp kan dok?" Tanya shani panik dan khawatir.

"Kalian tidak perlu takut. Untungnya tidak ada luka serius yang sampai membahayakan nyawa pasien." Balas dokter.

Mendengar penjelasan terakhir dari dokter tersebut mereka kini terlihat sedikit lega.

"Kami boleh masuk kan dok?" Tanya jinan.

"Silahkan. nanti kalau ada apa apa, kalian bisa pencet tombol yang ada disamping bangkar itu." Jelas dokter.

"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu." Sambungnya, lalu pergi meninggalkan mereka.

"Baik dok, terima kasih." Ucap mereka kompak.

***

Bugh

Bugh

Bugh

Kini gita sudah selesai melawan para preman tersebut, kondisi mereka semua terlihat memprihatinkan banyak darah mengalir dari tubuh mereka. Kini hanya tersisi ia dan seorang preman yang mungkin dia adalah bos dari mereka.

"S-siapa lo?" Tanya orang itu.

"Anda tidak perlu tau siapa saya!!" Balas gita sambil memukul orang itu.

Bugh

Setelah mendapat pukulan dari gita orang itu kini sudah merintih kesakitan. gita yang melihat itu pun langsung mendekati orang tersebut.

Kalian Rumahku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang