MALAM PERNIKAHAN

91 9 0
                                    

Waktu terus berjalan, matahari beralih posisi dan perlahan-lahan tampak menenggelamkan sinarnya. sore hari tiba, jam sudah menunjukan pukul 14.40 wib menandakan telah berakhirnya jam kerja.

Harka tergesa-gesa tak sabaran keluar lift kantor dengan berjalan cepat di lobi tanpa adanya Hans yang mengikuti. Ia seperti mengejar barang diskonan yang akan segera habis. perilaku tidak biasa harka membuat para karyawan merasa berbeda dengan sikap Presdir mereka. Begitupun dengan Riri, salah satu karyawan yang ada di lobi tersebut. Ia menunduk ketika harka melewati secepat kilat meja resepsionis dimana ia bertugas itu. Setelah dirasa harka telah keluar kantor, Riri melirik pintu dan segera mendekati teman resepsionis lain.

" Hei lihat, ini pertama kalinya aku melihat presdir seaneh ini, seperti buru-buru ingin menemui pujaan hati yang sedang sekarat saja. Apa jangan-jangan Presdir sudah punya belahan jiwa ya?? Wahhhh ini keajaiban hihi". Bisik Rere ke resepsionis itu terus menerka-nerka dan sesekali memandangi pintu keluar.

" Ngawur... ( Sambil memukul bahu Riri), yang ku dengar dari gosip-gosip di kantin, Presdir kita ini sangat membenci wanita dan bisa dibilang membenci wajah kita". Ucap resepsionis lainya dengan nada polos dan sedih.

Tampaknya hari ini karyawan di perusahaan terbesar nomor 1 Indonesia itu mendapat kejutan dan keanehan tak biasa presdirnya. Dimana kejutan diawali dengan sikap mesem-mesem harka di pagi hari ketika memasuki kantor. Padahal orang sekitar tahu, bahwa sikap itu bisa dikatakan suatu kemustahilan yang keluar dari diri harka. Ditambah lagi dengan harka yang membalas sapaan karyawan dengan senyumanya membuat orang-orang disana terheran dan ada yang mengatakan seperti kedatangan roh baik harka. Kemudian diakhiri sore harinya, mereka melihat keanehan lanjutan dari Presdir perusahaan itu. Harka bak dikejar-kejar hutang lari terbirit-birit meninggalkan sekretaris hans yang bahkan tidak pernah jauh semeterpun dari punggungnya.

Ditengah keanehan dan keributan dilobi perusahaan itu, Hans ternyata sudah berada di depan lift tempat harka keluar tadi (lift khusus Presdir). Ia melihat sekeliling ruangan yang tampak kacau bak pasar, para karyawan itu saling berkelompok membentuk kubu di lobi dengan tema pembahasan Presdir mereka sendiri. Hans menarik nafasnya dalam-dalam kemudian memejamkan matanya.

"Sekarang akulah yang akan membereskan kekacauan yang kau buat tuan muda". Hans berdecak dengan pelan, ia membuka kembali matanya dan menatap sekitar dengan tatapan dingin namun sangat tajam.

Ia berjalan santai ketengah lobi, memandang seluruh resepsionis yang masih belum sadar karena terlalu fokus dengan tema pembahasan disana. Kemudian ia memandang gerombolan laki-laki yang juga tampak tak menyadari kehadirannya. Ia melirik vas bunga disamping ia berdiri, kemudian mengeluarkan bunga didalamnya dan tanpa aba-aba membanting vas itu hingga pecahanya berserakan di lantai, seluruh karyawan terkejut dan tersadar akan adanya Hans, sekretaris sekaligus tangan kanan Presdir perusahaan itu. Mereka merutuki mulut masing-masing karena tidak bisa menahan dan mengunci bibir.

"Ma maafkan kami tuan Hans, kami bersalah". Ucap salah satu karyawan laki-laki menghampiri Hans.

Hans tampak diam saja, ia memanggil pria itu dengan jari telunjuknya mengode menyuruh untuk mendekat. Karyawan itu mendekat dan tanpa aba-aba Hans melemparkan bogem mentah kewajah hingga karyawan laki-laki itu tersungkur. Terlihat darah menetes dari sudut bibir namun ia hanya bisa tertunduk dan meminta maaf.

"Jika masih ingin bekerja disini, kalian harus mengunci mulut mengenai tuan muda. Jika tidak, maka hanya ada dua pilihan, pergi dengan tidak terhormat atau mati terlantar".

Setelah mengatakan itu Hans berjalan menuju mobil tuanya. Tampak seluruh karyawan gemetar ketakutan, namun mereka tidak ada niatan dan terbesit dihatinya untuk mengundurkan diri, merek masih bertahan karena memang gaji yang diberikan sangat berlipat dan mampu menopang kehidupan mereka.

Hanya Ingin HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang