Langit, Kenangan, dan Lamunan

556 267 0
                                    

Menikmati pagi dengan ceria, menghirup udara segar dengan ditemani secangkir teh kantung bundar sari murni yang rasanya enak sekali, rasanya tidak mungkin untuk diriku saat ini. Terlalu banyak beban pikiran yang ada di benakku, terlalu banyak hal yang ku lewatkan pada masa lalu, dan terlalu banyak hal yang sudah ku sia-siakan.

Mengapa Selalu Aku?

Oh ya, tokoh utama di cerita ini sebut saja 'Aku'. Tak banyak hal unik yang dapat ku ceritakan selain konflik yang ada di rumah. Tetapi bukan hal itu yang akan ku bahas pada cerita ini.

Suatu hari, di sebuah kelas pada tanggal 4 Desember 2018, aku sedang duduk manis di sebuah kursi yang memiliki meja yang didesain untuk menulis. Diriku sedang mencoba menyelesaikan sebuah pertanyaan-pertanyaan menyebalkan dari sebuah kertas menyebalkan dengan pilihan jawaban yang menyebalkan juga. Bagaimana tidak? Hanya sebuah kertas saja dapat menyebabkan nyeri otot pinggang, nyeri sendi punggung, badan pegal linu, dan segala jenis nyeri yang tak akan ada habisnya di masa yang akan datang.

Yang membedakan diriku dengan yang lain adalah hati nurani, usaha, dan tentunya kerja keras.

"Anjir! Cepet bat pada udah selesai," ujarku kaget dalam hati melihat kawan-kawanku keluar meninggalkan ruangan perang ini dengan gagah berani.

Aku selalu berpikiran positif mengenai orang lain. Mungkin sebelum mulai, mereka minum tolak angin. Kelas yang semakin sepi membuat jantungku berdebar dengan cepat, apakah aku terkena serangan jantung? Terpaksa dengan keadaan yang tak lucu ini, aku mengambil senjata rahasia dari bagian terbawah kantong celanaku dan mulai mengunyahnya untuk menenangkan diriku. Dengan bantuan senyuman Pak Presiden, akhirnya aku dapat menyelesaikan soal-soal yang tak sehat ini tepat pada waktunya.

Akupun mengumpulkan lembar kertas sialanku lalu berjalan keluar. Udara segar, bising air hujan, dan suara-suara acak yang terdengar di telinga ini seakan menunggukku keluar.

"BEBAS!" Teriakku dalam hati.

Dengan menunjukkan sebuah gestur seakan diriku ini telah bebas dari siksaan, aku membuat orang yang berada di sekitarku menjadi ketakutan. Sejuk, sejuk sekali tatapan mereka kepadaku. Seperti melihat sampah daur ulang, tetapi aku tidak memperdulikannya karena pada kenyataannya, mungkin itu memang benar.

Hari itu benar-benar sangat luar biasa, ku merasa hari-hari selanjutnya akan menjadi hari yang tenang. Namun ternyata, memang benar, meskipun tugas yang menumpuk bulan lalu sangat banyak, aku merasa tidak terbebani sama sekali karena ku selow, nugas selow, praktik selow, nalar selow, santai...♫♫. Namun tidak seperti yang diharapkan, walaupun semua tugas yang menumpuk bulan lalu sudah ku selesaikan, diri ini tetap merasa terbebani karena waktuku di sekolah tinggal sebentar lagi.

Keesokan harinya, ku bangun terlalu pagi seperti biasa, mandi, ibadah, dan makan di jam yang biasa. Namun, pada hari ini aku merasa ada hal tidak biasa yang akan aku lakukan. Sambil menunggu saudara se-kakekku, aku bersantai sambil menikmati teh kantung bundar sari murni dan ditemani dengan aroma gubuk sapi di belakang rumah ini.

"Bau ini..., menjijikkan," gumamku dalam hati dengan sedikit emosi sembari mencium aroma kotoran sapi yang terbawa angin.

, menjijikkan," gumamku dalam hati dengan sedikit emosi sembari mencium aroma kotoran sapi yang terbawa angin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perbedaan Penuh Warna: Antologi Cerpen Kelas XII IPA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang