42. Sisi Lain Arthur dan Kejadian Malam Itu

57 6 0
                                    

Haiii, aku kembali bawa part seruuu! Semoga kalian suka dan gak bosen sama cerita ini, ya!❤️❤️

Selamat membaca, semoga suka❤️❤️

"Mbak Ning," panggil Dewa yang baru keluar dari kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mbak Ning," panggil Dewa yang baru keluar dari kamar.

"Iya Mas Dewa?" sahut Mbak Ning spontan berbalik.

Dewa melangkah memasuki dapur, ia menyugar rambutnya yang setengah kering. Dewa baru saja selesai mandi setelah berkutat dengan pekerjaannya dari pagi hingga sore. Hari ini Dewa pulang lebih awal dari perkiraannya tadi siang.

"Adik-adik pada ke mana Mbak? Kok kayaknya ini rumah sepi banget," tanya Dewa melirik sekilas pada Mbak Ning yang sedang mencuci peralatan dapur yang dia pakai untuk memasak makan malam tadi.

"Ada kok Mas Dewa. Mungkin lagi pada di kamar ngerjain tugas." Mbak Ning menjawab tanpa menatap lawan bicaranya.

"Tapi motor Dewa nggak ada di garasi Mbak. Siapa yang pakai?" Saat pulang dan memasukkan kembali mobilnya di garasi rumah, Dewa tidak mendapati motor kesayangannya berada di sana. Motor Gara yang biasanya sudah terparkir rapi tiap kali ia pulang juga tidak ada. Hanya terdapat mobil Civic putih milik Gara.

"Oh iya Mas Dewa, Mbak Ning baru ingat. Tadi Kara izin mau main bareng Jendra sama temen-temennya. Tapi Mbak Ning nggak tau mereka mau main ke mana," ungkap Mbak Ning sesaat ia teringat kalau Kara meminta izin padanya sebelum pergi bersama Jendra dan Geng Janur.

Dewa melirik ke arah Mbak Ning sembari mengaduk kopi panas yang baru dia buat.

"Kara bawa motor sendiri?"

"Iya Mas Dewa. Tadi Jendra mampir ke sini sebentar dan ngajakin Kara keluar."

Dewa menyeruput kopi panasnya dengan hati-hati. Ia mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.

"Tapi Mbak Ning bilang kan ke Kara kalau nggak boleh pulang lewat tengah malam?" tanya Dewa sambil menatap Mbak Ning yang masih sibuk membilas beberapa gelas.

Mbak Ning reflek mengangguk. "Bilang kok Mas. Tadi Naya juga udah wanti-wanti ke Kara kalau mau keluar harus udah selesaikan pr dulu," tuturnya, disertai seluas senyum tipis.

"Mereka udah pada makan kan, Mbak?" Dewa bertanya.

"Udah Mas, mereka udah pada makan sebelum Mas Dewa pulang."

"Baguslah." Meskipun Dewa jarang memiliki waktu di rumah karena kesibukannya sebagai seorang Chief Executive Officer di perusahaan milik papanya. Setidaknya perasaan gundah akan urusan rumah dan adik-adiknya tidak terlalu membuat Dewa merasa terbebani. Sebab masih ada Mbak Ning yang selalu memastikan adik-adiknya dalam keadaan baik. Jadi Dewa tidak perlu khawatir meskipun ia tidak bisa memantau perkembangan ketiga adiknya terutama si bungsu.

"Gara belum pulang Mbak?" Dewa mencomot satu tempe goreng yang ada di atas meja lalu memakannya dengan sekali suap.

Mbak Ning membasuh kedua tangannya setelah selesai mencuci. Ia mengelap sisa air dengan kain yang menggantung di sebelah tempat cucian piring.

Burung Kertas untuk NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang