Wonyoung sedang bersenandung kecil dengan kaki yang diayunkan pelan. Ia melirik arlojinya, menunjukkan pukul setengah enam. Sebentar lagi malam akan tiba.
Tak jauh dari sana, seorang gadis dengan muka lusuhnya datang. Jangan lupakan seragam SMA-nya yang kusut dan kotor itu.
"Hehe, aku kira kamu udah pulang, Babe."
"Ck, bukannya kamu sendiri yang nyuruh nungguin."
"Kan aku ngga tau kalau hukumannya cukup lama"
Wonyoung berdiri dan merapikan seragam Yuna yang dikeluarkan. Yuna hanya diam menahan napas menatap bidadari di depannya.
"Hukuman apa coba sampai bajunya lecek gini."
"Bersih-bersih, Babe."
"Udah yuk, pulang."
Keduanya sekarang di dalam mobil menuju rumah Wony.
Yuna melirik Wonyoung disampingnya dengan tangan yang sedang memegang setir mobil sembari menggigit bibir bawahnya merasa hawa canggung.
"Kamu marah?."
"Marah buat apa coba?."
"Ya itu nada kamu judes gitu."
"Ck, aku tu kesel sama kamu. Udah dibilangin berkali-kali gausah bolos pelajaran."
"Ada guru yang ngasih tau ke kamu ya?."
"Bodo. Pikir aja sendiri."
Wonyoung mengarahkan pandangannya keluar kaca mobil. Pikirannya sudah cukup stress dengan pelajaran di kelas maupun tugas osis, sekarang ditambah kelakuan pacar kurang satu ons di sampingnya ini.
Bukannya apa, kabar hubungan keduanya sudah sampai ke telinga guru. Bahkan tiap ada masalah, bukan hanya temannya yang memberitahu tetapi juga gurunya.
Yuna menatap lurus jalanan di depan. Sedikit merasa bersalah kenapa ia dicap bolos padahal cuma ketiduran di perpustakaan.
Ini semua gara-gara Haewon yang mengajaknya bermain game hingga larut malam.
"Kamu tadi ngga rapat osis?."
Yuna mencoba mencairkan suasana.
"Udah."
"Kamu laper ngga?, kita bisa mampir makan dulu."
"Ngga, langsung pulang aja. Capek aku."
Yuna menghela nafas, menaikkan alisnya mencoba memikirkan sesuatu.
"Oh ya, Babe, besok kamu mau ke nail art ngga? Sehabis pulang sekolah nanti sekalian."
"Hah, oh iya?. Udah lama ya belum kesana lagi." jawab Wonyoung sedikit tertarik dengan ajakan satu ini.
Gotcha.
"Kamu keknya harus coba pasang yang model Bubblegum Pink Ombré deh. Itu bagus banget tau."
Wonyoung mengecek kukunya, mencoba mengingat model nail art sebelumnya.
"Aku pikir bagus yang ... bentar? darimana kamu tahu model itu?."
"Eh ya, aku sekedar tahu itu sih, Babe. Emangnya kenapa sih."
"Jawab jujur, kamu pernah nemenin siapa ke nailart selain aku?. Karna itu spesifik banget tau."
"Hah?." jawab Yuna bingung.
"Ngga mungkin pas sama aku kan? Kamu aja selalu nunggu di luar ruangan."
"Kamu bicara apasih?."
"Itu kamu bisa tau detail banget model warna kuku. Kamu pasti pernah jalan sama cewe lain kan? ngaku kamu." tudingnya.
Apa hubungannya coba tau model nail art sama jalan bareng cewe.
"Engga babe, aku kan ..."
"Apa? Kamu aja ngga pernah tertarik buat nailart, kok tiba2 ngajakin?." sewot Wonyoung.
"Lah, aku kan cuma ngajakin?, kamu ko gini."
Yuna tak habis pikir dengan kekasihnya ini.
"Kok gini gimana? ya kamu tinggal jawab pernah nemenin cewe lain kan? sampe tau detail gitu."
"Cewe lain siapa? Aku nemenin kamu doang sumpah, Babe."
"Dahlah, males aku ngomong sama kamu." Ucap Wonyoung keluar dari mobil dengan tergesa.
Yuna bergegas keluar, dan berdiri mendahului Wonyoung.
"Udah, aku ngga mau ribut ok. Soal aku bisa tau, aku sekilas pernah liat di fyp tiktok aja. Itu aja udah, Babe. Kamu ngga usah mikir aneh-aneh." jelas Yuna sambil memegang pundak Wonyoung.
"Yaudah, awas aja kamu boong."
"Aku pulang dulu ya."
"Hmm, kamu hati-hati di jalan."
Yuna memberikan pelukan dan kecupan di dahi tanda perpisahan.
"Dah, selamat malam, Tuan Putri. Besok aku jemput, ok."
"Cewe emang susah dimengerti yah" batin Yuna saat mengemudi menuju ke rumah.