Jalanan sepanjang akademi penuh ramai oleh warga yang hendak menghadiri acara pelepasan di Akademi Tingkat Akhir Ferreira. Karina bersama dengan orangtuanya, berdesakan memasuki pintu gerbang. Kemudian mereka berhasil masuk setelah menerobos sela-sela keramaian.Saat Karina hendak mengusap peluh di dahi, Esther lebih dulu menepuk-nepuk pelan dengan kain bersih. Kemudian Esther menata pakaian Karina agar tetap rapi.
"Tangan kamu itu belum tentu bersih, Sayang," tutur Esther.
Karina menyeringai seolah merasa tak bersalah.
Sementara Eric terkekeh sembari menggeleng heran melihat mereka berdua.
Esther mencoba untuk membuat Karina terlihat cantik dan rapi hari ini. Gaun berwarna cokelat dengan paduan rompi. Kemudian rambut panjang Karina digelung indah. Esther juga memberikan sepatu lamanya yang masih bagus kepada Karina. Tak lupa juga rias wajah yang membuat Karina semakin bersinar.
Sementara Esther memakai gaun sederhana berwarna senada dengan putrinya. Kemudian Eric hanya memakai kemeja putih, celana hitam, dan sepatu lamanya yang masih muat dan bagus. Karena kode genetiknya yang awet muda, Eric terlihat seperti kakaknya Karina, bukan ayahnya.
Mereka bertiga berjalan menuju aula akademi yang sangat luas. Hal ini membuat Eric teringat acara pelepasan bersama dengan Julian dan teman seperguruannya di akademi ini.
"Tuan dan Nyonya Murphy, silakan menduduki kursi yang telah disediakan." Seorang panitia acara menyambut kedatangan mereka.
Esther dan Eric mengangguk, kemudian mereka berganti menatap Karina.
Karina pun mengangguk untuk meyakinkan orangtuanya.
Eric dan Esther pun berjalan menuju kursi walimurid.
"Nona Murphy, silakan menduduki kursi peserta yang telah disediakan," ucap panitia acara dengan hormat. Tahu bahwa yang ia ajak bicara bukan orang biasa.
Karina mengangguk. "Terima kasih." Kemudian dia berjalan menuju kursi peserta wisuda. Karina mengambil tempat duduk di barisan nomor 3 dari depan. Tak lama setelah ia duduk, ada seorang laki-laki yang duduk di sebelahnya.
"Halo, Tuan Putri," sapa laki-lak itu.
Karina tergelak—sekaligus terkejut dengan penampilan Orbit yang mengenakan setelan tuksedo hitam. Tubuh bongsornya sangat cocok dengan pakaian itu.
"Apanya yang Tuan Putri?"
"Penampilanmu hari ini," jawab Orbit.
Karina menunduk, wajahnya menghangat.
Orbit mendekatkan wajahnya di telinga Karina, kemudian berbisik, "Aku sempat melihat Lord Eric dan Lady Esther di kursi walimurid. Dan mereka juga sempat berkenalan dengan orangtuaku."
Seketika mulut Karina menganga, dia langsung menoleh ke belakang—tempat di mana kursi walimurid berada. Dalam jarak dua puluh meter, Karina melihat orangtuanya sedang mengobrol dengan pasangan suami istri yang usia mereka sekiranya 40-an tahun, mereka mengenakan pakaian mahal, Karina langsung tahu bahwa mereka adalah orangtua Orbit.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPARATED [Vol. 2]
FantasyDalam kehidupan ini, suka dan duka silih berganti. Manusia bermimpi, berusaha, lantas memperoleh keberhasilan atas usahanya. Kehidupan Karina tak semulus apa yang ia impikan. Karina melewati begitu banyak rintangan ketika mulai memasuki dunia masa l...