Setelah mengantar ibunya ke klinik, Karina tidak langsung pulang. Dia mengamati bagaimana ibunya bekerja mengobati pasien yang sakit dengan alat-alat medis. Kemudian Karina pulang ke rumah setelah satu jam berada di klinik.Karena bosan tidak ada pekerjaan, Karina membuka buku-buku milik ibunya—tentu saja buku tentang hal-hal medis modern. Karina membaca bab respiratori, yaitu ilmu mempelajari tentang saluran pernapasan.
Waktu menunjukkan pukul 4 sore, dan Karina menepati pesan ibunya untuk menghangatkan makanan.
Tepat saat pukul 8 malam, akhirnya gadis itu tertidur dengan halaman buku yang masih terbuka sebagai bantalnya. Karina tidak bisa menahan rasa kantuknya sejak tadi.
"Loh?" suara seseorang setelah membuka pintu. "Kok tidur di sini?"
Karina langsung terbangun dari tidurnya. "Ayah...," kemudian dia bangkit duduk dan mengusap pipinya yang terdapat air liur kering.
Eric terkekeh melihat wajah kusut putrinya. Dia pun menyadari bahwa Karina sempat mengantuk saat belajar lalu tertidur.
"Apa Ayah mau makan? Nasinya masih ada dan sudah aku hangatkan," tawar Karina.
Eric menggeleng. "Ayah sudah makan tiga roti, nanti saja."
"Eh, kalau begitu aku buatkan teh saja, ya." Gadis itu langsung bangkit dari duduknya tanpa melihat reaksi sang Ayah.
Eric menggeleng saat baru duduk di atas lantai. "Biar ibumu saja."
"Ibu belum pulang dari klinik, Ayah!" jawab Karina dengan suara yang keras saat menyalakan api di atas tumpu.
Eric ber-oh pelan, lantas menyandarkan punggungnya di dinding.
Tak lama kemudian, Esther pulang ke rumah. Wajahnya langsung merekah saat mengetahui bahwa suaminya pulang lebih dulu.
Eric bangkit dari duduknya, membantu Esther menaiki tangga—lebih tepatnya dia khawatir dengan kondisi kaki istrinya.
"Kenapa pulangnya malam?" tanya Eric.
Esther langsung duduk menyelonjorkan kakinya di ruang tamu. "Seharusnya aku pulang saat sore tadi. Tapi ada acara makan-makan di klinik." Kemudian wajah Esther tertunduk karena tersipu. "Ayahku yang menyelanggarakannya karena tahu aku bekerja lagi. Padahal itu tidak perlu. Seharusnya dia lebih menjaga kesehatannya sebagai pensiunan."
Eric tertawa. "Aku kira apa. Lihat, anakmu tadi sampai tertidur menunggumu pulang."
Mata Esther langsung tertuju pada buku-buku yang berserakan di lantai. "Lalu ke mana dia sekarang?"
Belum sempat Eric menjawab, Karina keluar dari dapur dengan teko berisikan teh hangat, lengkap dengan tiga cangkir yang diletakkan di atas nampan. Wajah Karina langsung merekah saat tahu ibunya pulang.
Karina meletakkan nampan itu di atas alas tikar. Dia menuangkan tehnya dari teko ke dalam tiga cangkir secara bergantian.
"Anti gula. Ini teh herbal," ucap Karina sebelum dia menyeruput teh buatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPARATED [Vol. 2]
FantasyDalam kehidupan ini, suka dan duka silih berganti. Manusia bermimpi, berusaha, lantas memperoleh keberhasilan atas usahanya. Kehidupan Karina tak semulus apa yang ia impikan. Karina melewati begitu banyak rintangan ketika mulai memasuki dunia masa l...