Lara membuang nafasnya berat. Berjalan gontai di koridor dengan lemas. Apaan ini? Kerja kelompok tapi hanya dirinya yang bekerja. Sudah jadi pun dia yang harus menumpuk ke kantor guru. Mereka hanya menumpang nama saja. Ah, itu semua tak sebanding dengan pukulan yang biasa ia dapatkan. Lebih baik begini kan?
Sesampainya di ruang guru, ia mengetuk pintu. Melenggang masuk setelah di persilahkan oleh guru di meja terdekat sana. Berjalan pelan menghampiri Miss Ayrin yang nampak sibuk mengoreksi tugas.
"Eh, Damania Kalara. What are you doing here?" Miss Ayrin tersentak kecil. Menyadari Lara yang hanya berdiri saja tak memanggil.
Gadis itu segera menyerahkan bukunya tak mengatakan apapun. Wajahnya datar kusut karena semalaman dirinya begadang untuk mengerjakan tugas kelompok itu. "Thank you cantik," ucapnya manis.
Setelah merasa urusannya sudah selesai, Lara hendak berbalik. Tapi Miss Ayrin menahannya. "Eh sebentar, ini saya sedang mengoreksi tugas your class. Kamu bisa tunggu sebentar? Kurang sedikit lagi," kata Miss Ayrin memegang tangan Chua.
Lara mengerjap. Berbalik masih dengan ekspresi lesunya. Menatap ke arah meja di mana buku tugas anak kelas sedang dikoreksi. Sementara Miss Ayrin yang melihat mimik muridnya itu jadi merasa tak enak. Bergerak dengan cepat menyelesaikan pekerjaannya. Wajah Lara selalu datar sedikit muram, membuat siapapun orang merasa terintimidasi olehnya.
Tak memakan waktu lama Miss Ayrin mencoret buku tugas tersebut. Setelah selesai wanita paruh baya itu bergerak meraih permen di kaleng pojok meja. Memberikan satu bungkus permen yupi berbentuk hati pink pada Lara. "Ini, biar kamu ngga lesu."
Lara tanpa ragu menerimanya. Langsung membuka bungkusnya.
"Damania."
Suara panggilan itu membuat Lara tersentak kaget. sampai permen yang baru terbuka jatuh begitu saja. Lara kali ini tak bisa datar. Karena kaget, bibirnya terbuka menatap tak percaya permen yupi yang jatuh ke lantai dengan naasnya.
"Eh maaf, saya mau minta tolong bilangin ke Eza untuk menemui saya pulang sekolah nanti. Kamu sekelasnya, kan?" kata Pak Hendry tak menahu.
Lara mengatupkan bibir. Mengangguk kecil lalu kembali menatap rela tak rela permen itu. Ia mendesah pelan, berjongkok dengan bungkus di tangan meraih permen. Menggulungnya dan menyimpan di sakunya.
Miss Ayrin yang tadi sibuk membereskan meja menyadarinya. Menatap wajah Lara yang seperti kecewa berat.
"Ini bukunya," katanya setelah itu kembali merogoh kaleng permen. Kali ini lumayan banyak.
"Ini permen kamu, pegang yang bener ya kali ini," ucap Miss Ayrin dengan nada manis.
Baru kemudian Lara mengangguk kuat. Berjalan keluar dengan permen yupi di atas tumpukan buku, membawa dengan hati-hati agar tak kejadian lagi.
Miss Ayrin diam-diam tersenyum kecil membuang nafasnya menggelengkan kepala. "She's very funny,"
-
-
-
Karang berjalan dari arah koridor. Sekarang kelasnya sedang kosong tapi dirinya sedang dipanggil guru. Para siswa sedang melaksanakan pembelajaran. Karang yang berjalan sendirian melewati depan kelas itu berhasil membuat siswi di dalam kelas menoleh sepersekian detik untuk melihat dirinya.
Menamati wajah tenang Karang yang selalu di puja-puja kaum hawa. Sampai pada saat dirinya berbelok ke arah ruang guru, ia menemukan seorang gadis yang duduk di kursi tak jauh disana. Mengayunkan santai kedua kakinya sembari melahap permen yang menumpuk di atas buku di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea For Blue Whales
Teen Fiction⚠️DILARANG PLAGIAT! GUE VIRALIN, TUNTUT MAMPUS NNTI⚠️ "Kamu pernah bilang kalau kamu lautku Karang. Seperti namaku, Lara. Kita akan tetap bertemu ditepi saat semua orang mengutarakan lukanya dengan laut. Kamu adalah penyembuh Lara. Kita akan selalu...