16. Sekotak Nasi Goreng

3.6K 234 2
                                    

Pagi ini Avi tumbenan bangun lebih awal. Meski tetap keduluan Lara yang sudah bermenit lalu memandangi bingkai foto bunda, rutinitas biasanya yang tak pernah hilang. Kini lelaki dengan wajah bantal tampannya itu membuka kulkas. Memikirkan apa yang akan ia akan memasak apa.

"Nasi goreng aja kali ya," gumamnya pelan. Ia langsung berbalik melongok kearah Lara. "Ra, makan nasi goreng ya? Tanpa kecap kaya biasa,"

Tak ada sahutan, tapi tak apa. Gadis itu sedang khusyuk menatap wajah bundanya.

Avi segera menyiapkan bahannya mulai memasak. Memotong sayuran dan topping yang akan digunakan dengan lihainya. Ia sudah terbiasa memasak sendiri seiring bertumbuhnya usia. Kata Bunda, memasak untuk dimakan oleh orang tersayang itu suatu kebaikan yang menyenangkan. Terbukti Avi yang juga merasa puas saat melihat orang orang yang memakan masakannya dengan lahap.

Avisena si berandal sekolah yang pintar memasak. Ia juga akan menyisihkan satu porsi untuk dibawa ke sekolah. Memasukkan ke dalam kotak makan berkarakter pororo milik Lara.

"Elo yang masak?" Aige muncul dengan mata yang masih tak segar.

"Hm, tuh nyendok sendiri. Gua mau mandi," ucapnya sembari membungkus kotak makan di meja.

"Mending gitu tiap hari lo aja yang masak, gua mulu," cibir Aige.

"Ogah," balas Avi yang seketika mendapatkan tabokan dari sang kakak.

Aige dan Avi, seperti bujangan yang setiap hari harus masak sendiri.

-

-

-

Selena melangkah menuju kelasnya pagi ini. Entah kenapa matanya melirik, langsung menangkap sosok jangkung tinggi yang bersandar di belokan koridor sambil memantulkan-mantulkan pelan bola basket di tangannya. Pundaknya masih tersampir ransel hitam. Beberapa kali para siswi yang lewat menyempatkan menyapanya dengan manis, yang hanya dibalas dengan senyum miring ataupun hanya alis terangkat tak banyak balasan.

Selena mengernyit, tumben sekali anak itu datang pagi? Biasanya kalau berangkat mepet kalo ngga telat.

Avisena mengangkat wajah ketika Selena mendekat. Garis wajahnya langsung berubah dan segera memegang bola basket yang tadi ia pantulkan. Selena hanya memberi lirikan sesaat, tapi tak peduli dan melangkah begitu saja melewati Avi yang mendesah pelan lalu tersenyum hangat.

"Udah sarapan?" tanya Avi berjalan berdampingan menuju kelas. Sengaja ia menunggu Selena.

"Apa!"

Buset galak bener.

Avi hanya merapatkan bibir, berusaha untuk sabar. Sampai pada saat keduanya masuk di kelas yang ternyata kondisi kelas masih sepi. Ada beberapa tas tapi mungkin sedang keluar.

Mata Selena melotot kaget saat Avi duduk mengikuti di bangku miliknya. "Ngapain lo?"

Lelaki itu tak menggubris, mengeluarkan kotak makanan pororo itu. Membukanya mengambil satu sendok penuh.

"Bismillah dulu. Aaa," perintah Avi membuka mulut.

"Lo tuh nga—" Avi tanpa permisi memasukkan satu sendok penuh ke dalam mulut Selena. Membuat gadis itu terpaksa mengunyah.

"Kenapa gini sih, gue kan jadi ngga bisa marah,"

Avi masih sibuk menyendokkan nasi gorengnya dengan ekspresi datar. Sementara Selena sebenarnya pengen marah, uring uringan sendiri.

"Gue ngga ma—" Avi menyuapkan sendok keduanya.

"Jangan bawel, makan dulu. Pundung mulu kerjaannya," kata Avi kembali menyendokkan nasi. Selena jadi ciut, mencebikkan bibirnya disela mulutnya yang mengunyah.

Sea For Blue WhalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang