13. Treat Like a Girlfie

260 30 0
                                    

Dengan sorot mata elangnya, Karvino begitu serius memperhatikan sosok gadis dibawah sana yang tengah tertawa riang bersama 4 laki-laki rupanya tak lain adalah Bulan bersama Aslan, Ezra, Raidan, dan Rion.

Karvino berdiri dibalkon lantai 2 gedung 12 ips sambil menyilangkan tangannya dengan sorot mata yang belum kunjung lepas dari sosok gadis manis dibawah sana.

Sorot netranya memang terlihat seperti sedang marah namun sebenarnya menyiratkan sebuah rasa yang terlanjur melambung tinggi melampaui batas wajar.

Sebuah obsesi

Dirinya tidak seperti Aslan yang sama obsesinya tapi tipikal yang tenang dan tidak se brutal dirinya, prinsip Karvino tentu saja mendapatkan atau menginginkan sesuatu menggunakan kebrutalan yang tidak wajar meskipun itu membahayakan impiannya bahkan membahayakan diri sendiri.

"Tch, secantik itu dikelilingin cowo kalem? Dih engga banget!" Geramnya melihat kebawah sana

"Jefran lagi, tch! anaknya tolol gitu dibela" Gumamnya lagi menatap Jefran diposisi yang berbeda

Karvino berdecih pelan disertai smirk tipis diakhir menatap Aslan dibawah sana yang terus mencari kesempatan untuk berlama-lama berbicara dan menghabiskan waktu bersama Bulan.

Karvino memasukkan kedua tangannya ke dalam saku kemudian beranjak dari sana karena sudah muak melihat kedua teman selaku rekan tim yang tidak ia sukai.

⋆★ ✿⁠ ★ ⋆


Jari panjangnya mengetik sesuatu dikeyboard ponselnya terkadang disertai decakan dan geraman emosi setiap kali notifikasi masuk ke dalam ponselnya.

"Susah banget nunbangin satu manusia aja! Emang anjing!"

Umpatan itu rupanya berasal dari Karvino yang duduk menumpang kedua kakinya diatas meja dengan perasaan geram karena notif yang terakhir kali masuk dengan seseorang diseberang sana.

"Mending gue balik lagi lah! Persetan sama si Aslan Jefran! Ini giliran gue bareng Bulan!"

Karvino bangkit dari kursi kebesarannya secara kasar lalu membanting pintu ruang kerja pribadinya sangat kencang menimbulkan dentuman menggema disetiap koridor gedung perusahaannya.

Tak lama mobil porsche hitamnya berhenti tak jauh dari gerbang sekolah karena melihat Bulan didepan sana celingukan sana-sini seperti menunggu atau mencari kedatangan seseorang.

"Nice job! Keberuntungan berpihak di gue!"

Karvino bersuka cita sambil memukul stirnya karena kelewat senang kemudian buru-buru keluar mobil dengan wajah cerahnya.

"Bulan!" Panggil Karvino berlari kearahnya

"Eh? Pak Karvi--Euh maksud gue Karvi?? Tumben??" Sapa Bulan menutupi rasa gugupnya

"Santai aja gausah grogi gitu, gue kebetulan baru beres dari urusan terus gak senagja lewat sini eh ketemu elo yaudah deh sekalian mau ngajakin lo jalan" Modusnya sambil tersenyum simpul

"Tapi gue belum izin ke bang Rion?"Ucap Bulan dengan wajah cemberutnya

"Yaudah kabarinnya sambil otw aja, nunggu disini panas" Ajaknya lagi mengulurkan lengannya

"Eum--Yaudah deh" Ujar Bulan merangkul lengan Karvino

Akhirnya Karvino membuka pintu sebelah supir untuk Bulan setelah gadis itu duduk nyaman dikursi mobilnya barulah Karvino masuk untuk menyalakan mesin dan melajukannya dengan kecepatan perlahan lalu mulai mengebut.

Diperjalanan Karvino berusaha menahan rasa ingin teriak karena saking gembiranya bisa mendapat kesempatan untuk berdua dengan Bulan.

Sesekali Karvino melirik Bulan yang sedang berbicara dengan telepon yang Karvino yakin itu adalah Rion sang kakak, meski diawal terlihat seperti berdebat membuat Karvi khawatir tapi sambungan telepon diakhiri dengan titipan Rion.

My Intel Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang