1

909 80 16
                                    

Merah adalah warna yang menarik, berkilau, menantang juga mewakilkan sifat ambisi. Merah cocok berada di sebuah karpet melintang yang digunakan untuk menyambut kesuksesan, juga pada segelas wine langka tahun 1987 untuk di sesap. Mata gelap itu terus menelusuri dalam juga pekatnya warna merah pada gelas tinggi yang ia pegang. Sayangnya, ia tak suka warna merah, karena mengingatkannya pada seseorang di masa lalu.

Bukan kekasih,

Hanya seorang sahabat.

Yang ingin ia saingi, yang ingin ia ungguli, yang ingin ia miliki nasibnya dulu.

'Rest in peace, brother.'

Ia mendesah lelah, sedikit meratap kala orang itu nyatanya telah tiada. Sayang sekali, karena seharusnya hari ini dia menyaksikan bagaimana seorang Jeon Jungkook akhirnya mewujudkan mimpi-mimpi itu. Memiliki apa yang sebelumnya tidak ia miliki, mengemban tugas baru dan menambah pundi-pundi, juga seorang istri cantik yang sibuk berdandan sejak tadi.

Jujur ia lelah menunggu, mengapa wanita selalu nampak cerewet soal penampilan sih? Entah hitungan keberapa kalinya, manik Jungkook menangkapnya berganti pakaian, dari yang biru, kuning, cokelat, berakhir pada warna hitam favoritnya. Kenapa tidak sejak tadi pilih warna hitam sih?

"Apa kau sudah selesai?"

Wanita dengan riasan anggun itu menoleh, "bisa bantu untuk kalungnya?"

Lagi-lagi desahan terdengar, ia meletakan gelas wine yang ia pegang lalu berjalan pelan menuju belakang tubuh wanita yang dia nikahi satu tahun lalu. Mengaitkan dua sisi kalung menjadi satu, "sudah."

Tapi setelah berpenampilan rapi pun ia masih nampak gelisah, "apa itu cocok dengan kalungku?"

"Iya, kau cantik."

Mendapat pujian seperti itu ia malah mendengkus, "berarti aku terlihat buruk."

Jungkook memutar matanya bosan, "oh ayolah, Jennie. Aku bosan menunggumu dari tadi, acaranya juga sudah di mulai lima menit lalu!"

"Ish, tapi-"

Tok tok tok

"Masuk!"

Seorang pelayan masuk, membawa bingkisan tanda selamat yang dirangkai indah dengan bunga tulip putih juga daisy. "Letakan saja di sana."

"Baik nyonya."

Tak menanggapi lagi suaminya, wanita bernama Jennie itu justru teralih pada bingkisan yang datang. Wajahnya tidak senang, "bukan bunga favoritku, dan hanya ada surat." Ia membuka secarik kertas yang datang bersama bunga tadi. "Oh, ini wawancara dari media majalah." Kali ini ia nampak antusias.

"Kau mau keluar sekarang atau tidak? Kalau tidak, aku akan keluar lebih dulu."

"Iya-iya!" Jennie lekas menghampiri Jungkook dengan gummy smile nya, lalu menggandeng sebelah tangan sang suami. "Dasar tidak sabaran."

Blitz-blitz kamera begitu menyilaukan, malam ini adalah bagian penting dalam hidup mereka. Membuka jalan sebuah bisnis baru yang akan ditekuni, bak menjadi seseorang dengan nasib kelahiran baru. J'Kims company, penggabungan saham dua perusahaan raksasa yang dipertaruhkan untuk membentuk sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri hiburan juga produk kecantikan. Para collega juga orang-orang penting dalam perusahaan baru tersebut menyambut mereka sukacita, pasangan muda ideal sukses, di awal tiga puluhan usia mereka.

Begitulah kira-kira, title yang disematkan pada Jungkook dan Jennie. Setelah membiarkan Jennie duduk pada tempatnya, Jungkook melenggang naik ke podium, untuk memberi sepatah dua patah kata sebagai formalitas sebelum menggunting pita. Dalam satu tahun semuanya berubah, dalam satu tahun ia menguasai dua grup besar yaitu Jeon dan Kim. Dalam satu tahun, ia dikenal sebagai si tangan dingin dunia bisnis.

VICIOUS [LIZKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang