Pukul 12 siang, jam istirahat.Hari pertamanya di kampus cukup menyenangkan, walaupun ada sedikit waktu yang terpotong karena Professor Howard membuat jadwal mata kuliah selama satu setengah jam. Benar-benar kemampuan yang hebat untuk seorang professor.
Saat Karina keluar dari kelas Ilmu Pengobatan, dia berpapasan dengan Ruth. Dua gadis itu langsung saling menyapa, kemudian berjalan menyusuri koridor.
"Hei, Karina, sepertinya aku sudah sangat cocok memilih prodi Ilmu Bedah." Ruth memulai topik. "Dan nanti aku ada kelas lagi, aku mengambil 4 bobot dalam sehari. Aku akan satu kelas denganmu setelah ini!"
Karina memeluk buku-bukunya. "Pasti materi pertama tentang anatomi tubuh manusia, kan?" Dia menebak-nebak.
Ruth mengangguk-angguk. "Kalau tidak salah, ujian praktik Ilmu Bedah akan menggunakan mayat manusia."
Karina menelan ludah. Ucapan Ruth membuatnya merinding.
"Eh, tapi tenang saja. Mayat yang akan digunakan tidak memiliki identitas, atau tidak memiliki keluarga. Atau juga karena sebelum kematiannya, dia rela tubuhnya digunakan untuk praktik kedokteran. Guru Besar." Kemudian Ruth mengangguk-angguk.
Karina hendak membuka mulutnya untuk menjawab ucapan Ruth, tetapi kedatangan seseorang mengurungkan niatnya.
"Boleh bergabung?" Betrand datang, berdiri di sebelah Ruth.
"Hai, Bet." Karina menyapa ringan. Karena sebelumnya mereka satu kelas di Ilmu Pengobatan.
Sedangkan Ruth hanya mengangguk menyapa Betrand.
Betrand tersenyum simpul. "Kalian mau ke kantin? Atau kembali ke asrama?"
"Ke kantin langsung." Ruth menjawab spontan.
"Setelah ini kalian satu kelas, kan? Aku baru saja melihatnya di jadwal yang super-rumit itu."
Karina dan Ruth terkekeh.
Tiga remaja itu berjalan menyusuri koridor yang panjang. Saat sampai di kantin, ada banyak mahasiswa yang duduk di bangku-bangku menikmati hidangan sembari bercengkrama menghabiskan waktu istirahat.
Karina menemukan tempat duduk yang kosong, kemudian Ruth dan Betrand juga duduk di dekatnya. Ruth dan Betrand bersebelahan, sedangkan Karina sendiri berhadapan dengan kedua temannya itu.
Karina memesan sup sayur karena harganya murah dan juga hemat. Ruth dan Betrand pun mengikuti menu pilihan Karina.
"Aku sudah tahu tentang ayahmu, Karina." Betrand berbicara, memulai topik. "Beliau bersama rekan-rekannya, sering ke Metallium untuk menjual ikan-ikan. Di kotaku, ikan hasil tangkapan nelayan yang kurang dari 24 jam sangat tinggi peminatnya. Saat rombongan Lord Eric datang bersama gerobak berisu ikan-ikan, para penduduk akan langsung berdatangan. Dagangan mereka akan ludes dalam beberapa menit." Betrand bercerita panjang lebar sambil memperagakan gerak-gerik tangannya.
Karina terkekeh, antusias mendengarkan.
"Ferreira dan Metallium sangat dekat, perjalanannya tidak sampai 24 jam." Ruth turut berpendapat.
"He-em. Mungkin hanya dua jam dengan kereta kuda," ujar Betrand.
Kemudian karyawan kantin memberikan tiga mangkuk sup sayur kepada tiga remaja itu. Karina mengambil sendok, mulai menyeruput kuahnya yang sedap dan menyegarkan tenggorokan. Sayang sekali, tidak ada gandum di jam segini karena sudah ludes saat pagi hari tadi.
"Kapan-kapan kita akan berkunjung ke rumahmu, Karina. Aku penggemar berat Lady Esther. Ibuku selalu menceritakan sosoknya," ucap Betrand.
"Iya iya. Kapan-kapan kita main ke rumah Karina. Deal?" Ruth berseru setuju.

KAMU SEDANG MEMBACA
SCARTHA [Vol. 2]
FantasyDalam kehidupan ini, suka dan duka silih berganti. Manusia bermimpi, berusaha, lantas memperoleh keberhasilan atas usahanya. Kehidupan Karina tak semulus apa yang ia impikan. Karina melewati begitu banyak rintangan ketika mulai memasuki dunia masa l...