" Jovian ada apa dengan kamu? " Pria muda yang menjabat sebagai dokter itu merasa aneh dengan perubahan sikap adeknya yang berbeda dengan hari biasanya.
" Sepertinya dokter salah pasien saya Asher bukan jovian."
Pernyataan Asher membuat pria itu semakin bingung dengan kondisi sang adek karena cedera yang didapat hanya ditubuhnya tidak dengan benturan dikepala.
" Apa karena mereka tidak memperdulikan kamu membuat kamu pura pura lupa ingatan ?!"
Pernyataan sarkas pria didepannya semakin membuat Asher bingung dengan kejadian yang menimpanya sekarang. Seketika dia menjadi teringat tentang pertemuannya dengan bocah kecil tadi.
'apakah ini ada hubungannya?' pikirnya.
Asher perlahan mulai bangkit dari brankas, pria yang melihatnya mulai membantu Asher untuk duduk pikirnya namun ternyata Asher malah bangkit berdiri dan perlahan jalan kekamar mandi.
" Apakah kamu butuh bantuan?" Ucapnya.
Tanpa mendengarkan sang dokter Asher mengunci pintu kamar mandi dan berjalan kearah kaca. Alangkah terkejut dirinya saat melihat pantulan cermin didepannya saat ini bukannya muka rupawan seperti seorang idaman cewek.
Melainkan wajah remaja lelaki lucu dengan bola mata yang cerah dengan berbentuk bulat dan kulit putih bersih serta pipinya yang begitu cubby.
Bahkan wajahnya yang dulu adalah wajah idaman cewek dengan mata elang dengan rahang yang tegas membuat aura dominan yang begitu kuat berbeda dengan wajah didepannya saat ini.
" Gue gak percaya bahwa transmigrasi itu benar apa adanya bahkan sekarang kejadian itu benar benar terjadi didepan mata! ENGGA bukan didepan mata lagi tapi gue yang mengalaminnya langsung."
Ryan pria muda yang menjabat sebagai dokter langsung mendekati Asher saat melihatnya keluar dari kamar mandi. " Apakah terjadi sesuatu?"
Ryan membantu memapah tubuh Asher untuk dibawa ke tempat brankas kembali.
Melihat Asher yang hanya termenung setelah keluar dari kamar mandi membuat Ryan merasa aneh dengan gelagat sang adik." Apakah ada yang mengganjal dihatimu?"
" Tidak, saya hanya lelah izinkan saya untuk istirahat, saya ingin sendirian saat ini."
Mendengar kalimat yang diucapkan sang adik Ryan memaklumi sang adik apalagi dengan apa yang menimpa sang adik sehingga bisa terbaring di rumah sakit ini.
" Istirahatlah Abang akan kembali nanti." Setelah berkata seperti itu Ryan beranjak pergi meninggalkan ruangan Asher.
Hanya pandangan datar yang asher berikan kepada Ryan saat keluar dari ruangannya. ' sebenarnya hal seperti apa yang terjadi saat ini.' matanya perlahan tertutup menikmati kesendiriannya sebelum masalah akan menerjang kedepannya.
Asher tersentak saat mendapatkan mimpi yang baru pertama kali ia lihat. Didalam mimpinya ia melihat kekejaman yang membuatnya merasa sakit.
'dasar anak tidak berguna'
' saya menyesalkan melahirkan anak bodoh seperti kamu.'
' gara gara kamu saya tidak mendapatkan adik perempuan sialan.'
' gak akan ada yang nolongin kamu, jadi sekarang diam!'
Mengingat mimpi yang tadi ia alami sekarang Asher tau kenapa dirinya berada disini tapi kenapa harus dia? Bocah lucu yang dia tadi temui ternyata menyimpan begitu banyak luka mendalam.
Dengan perlahan Asher melepaskan infus yang terekat ditangannya, dengan perlahan cairan merah mengalir keluar mengikuti keluarnya jarum yang tertusuk ditangan putih dia sekarang.
" Apa yang kau lakukan Jovian!" Asher tersentak mendengar geraman sang dokter yang menjabat sebagai kakak dari tubuh yang dia tempati sekarang.
" Maaf jika saya lancang dokter, Tapi saya benar benar tidak nyaman dengan jarum yang ditancap ditangan saya."
Tanpa mendengarkan penjelasan Ryan langsung mengambil tangan Asher untuk melihat darah yang mengalir.
" Apakah sakit? " Asher hanya menggelengkan kepala saat ditanya.
" Seharusnya kau bertanya terlebih dahulu agar luka nya tidak terlalu parah. "
Tangan besar itu segera menutupi darah yang mengalir di tangan Asher.
" Jika udah membaik kita akan kembali ke apartemen."Mendengar suara dari dokter didepannya membuat Asher berfikir ' kenapa tidak pulang kerumah!"
Saya gak yakin kamu siap kembali ke mansion dengan kondisi sekarang, mereka bisa saja melukai kamu lebih parah dari ini."Sorot mata tajam sang dokter bagaikan laser mematikan saat ini. Bahkan dia tau apa yang dirinya pikirkan sekarang.
" Tidak masalah, saya siap kembali ke rumah bahkan jika mereka ingin menyakiti lagi saya siap untuk melawannya. Anda tidak perlu khawatir."
" Selamat datang tuan muda!"
Benar! Mereka saat ini telah berada di rumah mewah milik keluarga jovian. Ingat! Jovian adalah tubuh yang dia tempati sekarang.
Dilihat dari struktur bangunan didepannya Asher yakin bahwa mereka bukanlah orang sembarangan. Bahkan banyaknya pelayan dan bodyguard yang berjaga didepan.
Didepan matanya saat ini benar benar membuat Asher gak habis fikir, bisa bisanya mereka bersenang senang dirumah padahal anak mereka sedang terbaring lemah dirumah sakit. ' pantesan si jovian gak mau bertahan.'
Seketika mata Asher beradu dengan seorang gadis remaja yang dia yakini bahwa dialah penyebab semua masalah ini.Tapi, kenapa dia berlari kearah nya?! Dengan gesit Asher segera menghindar dari pelukan sang gadis sehingga membuat gadis itu harus tersungkur di lantai.
" Qella! Maksud kamu melukai anak saya apa ha?!" Teriakan sang wanita paruh baya.
Dia bisa menilai berapa sayangnya keluarga jovian terhadap gadis didepannya. Bahkan wanita itu tega membentak sang anak kandung dibandingkan dengan anak terlantar itu.
" Sudahlah ma, itu salahnya sendiri sudah tau jovian baru saja kembali dari rumah sakit sudah ingin berulah saja." Bela Ryan
" Lo kenapa jadi membela pembawa sial ini sih bang!" Celetuk sang remaja dibelakangnya.
" Abang gak bela siapa siapa. Kamu jangan berlebihan terhadap adek kamu sendiri avander."
Tangan Ryan dengan cepat membawa Asher ke lantai 2 untuk beristirahat. Asher bisa melihat dibelakang betapa bencinya mereka terhadap dirinya. ' tapi kenapa?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Asher Altazfar
Teen Fiction'HANCUR' anak yang seharusnya mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya terpaksa harus pupus akibat keegoisan mereka, rumah yang harusnya menjadi tempatnya berlindungi kini bahkan menjadi neraka yang begitu kejam. Bagaimana reaksi keluarganya saat...