Lara mengotak atik ikan cupangnya yang sudah berenang bebas di dalam aquarium. Karang yang membelikannya. Kejadian di taman tadi membuat Lara sangat lega. Ia akhirnya bisa meluapkan tangisannya yang selama ini ia pendam.
Karang, lelaki taman itu. Orang yang ikut bersembunyi dengannya. Ah, pantas saja wajah itu nampak tak asing. Rasa sungkan Lara saat Karang mengatakan tak akan pernah meninggalkannya itu sudah hilang. Ia sekarang yakin, kalau Karang adalah orang yang terlahir untuknya.
"Karang lautku,"
Gadis itu tersenyum kecil. Wajah kecilnya bersinar terpapar lampu aquarium, membuat dirinya semakin cantik dengan wajah polosnya. Batu warna, rumput dan juga lampu sudah dipasangkan Aige tadi. Lara sangat bahagia sekali. Ia bahkan menelpon Aryan memaksa menunjukkkannya kepada Aru di video call.
Lama ia pandangi aquariumnya, sampai saat Lara gemas pada ikan cupangnya lalu dengan usil mencoba mencelupkan tangannya kedalam. Tapi sebelum itu Aige dengan sigap menarik tangan Lara dan menyuruhnya untuk duduk di sofa depan TV. "Jangan mainin ikan nanti bau amis. Kamu udah mandi," ujar Aige memperingati.
Lara mendengus kesal, mengerucutkan bibirnya. Ia dengan pasrah menurut duduk diam. Ingin tau Avi dimana? Ia sedang marah ngunci dikamar karena kejadian siang tadi saat Lara dengan terang-terangan memilih Karang ketimbang dirinya.
Mengabaikan ucapan Aige, Lara berlari mendekat kearah aquarium lagi. Melihat ikan cupangnya yang nampak menarik di matanya.
"Assalamualaikum," suara dari arah pintu ruang tamu terdengar. Sepertinya ada tamu, tapi Lara sama sekali tak menghiraukan. Karena suara orang itu meski tak di persilahkan masuk pun tetap akan masuk sendiri.
"Yan, nyari Avi? Langsung ke atas aja. Lagi pundung anaknya," Aige dari arah dapur menghampiri Aryan yang sudah masuk.
"Ini, tadi Mamah bikin rica ayam. Taro kulkas kalo ngga dimakan langsung, trus kalo mau makan diangetin lagi kasi aer dikit," jelas Aryan menyodorkan kantong titipan Mamanya.
Aige tersenyum kecil langsung menerima. Budhe tak pernah meninggalkan pesan saat memberikan makanan semacam ini. Apa ia lupa kalau Aige dan Avi setiap hari masak sendiri? Rasanya seperti bujangan kalau begini.
"Thanks, gua salin dulu kotaknya,"
Aryan mengangguk. Setelah Aige bergerak kedapur, ia menghampiri Lara yang sedari tadi tak melepaskan pandangannya pada aquarium yang Aryan tahu tadi saat video call. Penasaran kenapa gadis itu terus memandang aquarium dengan mata yang terus berbinar.
"Ikannya cantik,"
Lara tertawa kecil, menyadari Aryan yang merunduk di sebelahnya. "Kata Karang, biar aku ngga benci laut, aku harus perlahan paham kalau paus tinggal di air. Sama seperti ikan itu yang butuh air di aquarium ini," tutur Lara.
Aryan mengerjap, memandangi wajah Lara yang sangat jarang bisa tersenyum seperti itu. Sangat cantik, senyum Lara itu membuat hati menghangat bagi semua orang yang melihatnya.
"Karang baik banget ya?" tanya Aryan dengan nada yang tenang.
Lara mengangguk kuat. Tubuh yang merunduk itu langsung tegap. "Kak, fotoin ikannya. Biar Aru bisa liat nanti pas kak Ian pulang," perintah Lara. Ia terbiasa memanggil Aryan dengan sebutan Kak Ian.
Aryan mendongak, selanjutnya ikut menegakkan tubuh. Garis wajah Aryan seketika turun. Meneguk ludah susah payah lalu berusaha untuk menampakkan senyumnya kembali. "Haruskah? Oke deh kak Ian fotoin. Kamu mau ikut foto sama ikannya ngga?"
"Eumm, boleh deh," dengan senyum yang mengembang, Lara bergerak berdiri di samping aquarium. Bepose menunjuk ikan yang berenang itu.
Senyuman itu benar membuat Aryan terpukau, dirinya sampai dibuat ngelag beberapa sekon. "Satu, dua..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea For Blue Whales
Teen Fiction⚠️DILARANG PLAGIAT! GUE VIRALIN, TUNTUT MAMPUS NNTI⚠️ "Kamu pernah bilang kalau kamu lautku Karang. Seperti namaku, Lara. Kita akan tetap bertemu ditepi saat semua orang mengutarakan lukanya dengan laut. Kamu adalah penyembuh Lara. Kita akan selalu...