Abigail akhirnya tiba di apartemen yang akan ditempatinya selama beberapa waktu mendatang.
Wanita cantik itu mengedarkan pandangannya ke sekitar dan menemukan tangga menuju lantai 2.
Sengaja wanita itu memilih unit apartemen dengan dua lantai dengan harapan agar ia bisa menggunakan lantai bawah dengan banyak fasilitas yang tersedia.
Senyum wanita itu mengembang ketika melihat ruang makan dan dapur yang menyatu menjadi satu.
Sudah lama sekali ia tidak mengasah kemampuan memasaknya semenjak menjadi seorang Ratu. Maklum saja semua kebutuhannya sudah disediakan oleh pelayan.
"Ini adalah kehidupan yang sudah lama sangat aku inginkan. Bebas dan melakukan apapun sendiri, tanpa harus dilayani."
Mungkin bagi orang awam dilayani adalah hal yang paling menyenangkan. Namun, bagi Abigail yang sudah hidup seperti ini sejak kecil, tentu menjadikan dirinya mulai jenuh dan ingin mulai mencoba sesuatu yang baru.
Abigail kemudian melangkahkan kakinya menuju lantai atas di mana ia dapat melihat satu set sofa yang langsung berhadapan dengan televisi. Tak jauh dari posisi set sofa tersebut, dapat dilihat jendela besar yang memperlihatkan keindahan kota tempat di mana saat ini kaki Abigail berpijak.
Senyum wanita cantik itu mengembang lebar. Segera ia melangkah masuk dan menatap pemandangan kamarnya yang ditata dengan sangat apik dengan warna yang sudah direquest yakni warna putih polos di bagian dinding sementara lantainya motif kayu.
Suasana di dalam ruangan pun tampak sejuk sehingga membuat Abigail merasa nyaman.
Wanita cantik itu meletakkan kopernya di pinggiran tempat tidur dan membuka horden panjang yang ada di hadapannya.
Beruntungnya lagi unit apartemen yang dipilih oleh Abigail memang langsung menghadap pada pemandangan indah gedung-gedung tinggi serta pemandangan lalu lintas yang berada di bawah.
"Inilah kehidupan yang aku inginkan. Senangnya," gumam gadis itu.
Abigail berdiri di pintu balkon selama beberapa menit sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk dan mulai merapikan pakaiannya ke dalam lemari. Ini kali pertama ia melakukannya dan beruntungnya ia cukup rapi untuk menata pakaiannya sendiri.
Beberapa hari berlalu dan Abigail cukup senang dengan kehidupan barunya. Jika lapar tinggal memesan makanan saja. Kurir datang dan ia tinggal menikmati tanpa harus menunggu bagian keamanan untuk memeriksa apakah makanannya beracun atau tidak seperti saat ia masih menjabat sebagai seorang Ratu.
Abigail juga memantau keadaan negaranya di mana ia tahu jika pamannya masih diam-diam berusaha untuk mencari keberadaannya.
Perempuan cantik itu tersenyum manis. "Paman tidak akan bisa menemukan keberadaanku, kalau aku memang tidak mau menampilkan diri," ujar Abigail.
Kemudian ia memutuskan untuk mengganti pakaiannya dan berniat untuk mendatangi sebuah klub hiburan malam yang pernah ia baca di internet.
Abigail sudah mencari tahu seluk beluk tempat hiburan malam yang sering menjadi tujuan utama para pencari hiburan.
Perempuan cantik itu juga sudah melakukan riset tentang apa saja yang boleh diminum dan tidak boleh diminum serta apa yang bisa disentuh dan tidak boleh disentuh. Inti dari semua ini adalah, ia tidak boleh untuk sembarangan menerima makanan atau minuman yang diberikan oleh orang lain meskipun itu perempuan sekalipun.
Setelah berganti pakaian dengan mengenakan dress di atas lutut berwarna gold yang memperlihatkan pundaknya, Abigail melangkah keluar. Sepatu hak tinggi yang dikenakannya tidak mempersulit ia melangkah sama sekali karena memang ia sudah terbiasa mengenakannya. Rambut berwarna merah mudanya pun menjadi daya tarik tersendiri bagi pasang mata yang melewatinya.
Sementara dahinya tertutup dengan poni yang sengaja dilakukan untuk menyembunyikan tanda bintang kecil yang terdapat di dahinya. Meskipun sudah ditutup dengan make up, tanda itu tidak benar-benar bisa disembunyikan dengan benar. Ini adalah tanda jika ia adalah seorang ratu dari sebuah negara yang hanya ada pada setiap keturunan dari anak pertama.
Perempuan cantik itu melangkah dengan santai menyusuri koridor sampai ia kemudian masuk ke dalam lift di mana ada beberapa pria dengan wajah serius berada.
Abigail mengangkat bahunya dan dengan penuh percaya diri melangkah masuk ke dalam lift. Menekan tombol lantai dasar yang menjadi tujuannya, baru kemudian ia berdiri dengan tenang sambil melipat tangannya di dada.
Gadis itu mengerut keningnya. Sebagai seseorang yang memimpin negara dari usia dini, tentunya ia memiliki intuisi yang tajam. Segera perempuan cantik itu memutar tubuhnya ke belakang dan berhadapan langsung dengan seorang pria dengan tubuh yang lebih tinggi darinya.
"Bisakah Tuan untuk berhenti menatap punggungku?" Gadis itu bertanya dengan nada biasa, tanpa takut sama sekali dengan aura yang ditampilkan oleh pria di hadapannya. "Jujur saja aku merasa risih. Kalau tidak suka aku berada di depanmu, maju dan aku akan berdiri di belakang," ujar Abigail.
Benar-benar merasa risih ketika punggungnya ditatap seperti elang yang berniat untuk meremukkan mangsanya.
Pria yang ditegur Abigail secara terang-terangan itu langsung mengalihkan tatapannya ke arah lain. Sementara Abigail mengangkat bahunya kembali dan menatap lurus pada pintu di hadapannya, sementara punggungnya tidak terasa panas lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Missing Queen
ActionDipaksa menjadi seorang ratu dan memimpin sebuah negeri di usia yang baru 14 tahun membuat seorang gadis bernama Cleopatra Abigail harus hidup dalam semua aturan istana. Sampai kemudian, gadis 24 tahun itu akhirnya memutuskan melarikan diri dan meny...