[JANGAN LUPA VOTE
•
•
•Suasana di hari yang sudah gelap itu tampak biasa saja di sebuah rumah yang sederhana. Apalagi jika mengingat bahwa hanya satu manusia saja yang menghuni bangunan itu sejak beberapa bulan terakhir. Dengan adanya fakta itu, menambah kesan sepi dan hampa dari rumah yang berhadapan dengan sebuah rumah yang mewah. Tak lain tak bukan, Kaluna lah yang menjadi tuan rumah dari bangunan itu. Jika ditanya apa yang sedang gadis itu lakukan di waktu malam yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam lebih seperempat jam, jawabannya adalah "tidak ada."
Gadis itu hanya tengah merenung di depan meja yang berisi buku-buku penuh pengetahuan. Itu bukan meja belajar, karena Kaluna memang tak pernah menggunakannya untuk belajar. Bahkan, kursi yang seharusnya menjadi pasangan meja belajar itu malah dibuat Kaluna sebagai tatakan untuk kipas angin karakternya dan ia taruh tepat di samping ranjang kasur nya yang lembut.
Ia merenung bukan karena galau, tapi karena kebingungan mau melakukan apa lebih dulu. Bagaimana tidak bingung, besok Kaluna harus mengikuti remedi ulangan harian mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan setelah itu, ia juga harus mengumpulkan tugas merangkum dari mata pelajaran sejarah.
"Udah deh, ngerangkum dulu aja." Ucap Kaluna yang sudah memutuskan pilihannya setelah hampir sembilan menit ia kebingungan.
Kaluna mengambil buku paket dan catatan mata pelajaran sejarahnya. Gadis itu lalu memposisikan dirinya dengan sangat nyaman, yaitu merangkum sambil tengkurap diatas kasur. Itu adalah posisi ternyaman untuk Kaluna belajar. Disamping buku itu ada ponsel Kaluna yang digunakan untuk menyalakan musik. Apa tidak terganggu?Tidak, karena Kaluna justru adalah kategori orang yang harus mendengarkan musik saat melakukan suatu aktivitas, seperti saat merangkum.
Sekitar hampir satu jam lebih dua puluh lima menit setelahnya, lampu di kamar Kaluna tiba-tiba tak menyala lagi.
Kaluna secara reflek, menutup mata dengan kedua tangannya, meskipun itu sama-sama gelapnya.
Setelahnya, ia membuka mata kembali. Melihat sekeliling yang gelap gulita. Kaluna lalu menyalakan senter yang ada di hp nya. Ia lebih dulu melihat ke arah luar melalui jendela, dan terlihat bahwa bukan hanya rumahnya saja yang gelap gulita. Sepertinya memang ada pemadaman listrik.
"Kenapa harus jam segini sih." Ucap Kaluna menggerutu. Masalahnya ia tidak punya lilin. Ini pertama kalinya ia mengalami pemadaman listrik di rumahnya itu. Makanya Kaluna belum sempat menyediakan lilin di rumahnya. Mungkin setelah ini ia akan mulai menyetok lilin untuk berjaga-jaga.
Dengan suasana yang tiba-tiba membuatnya merinding, Kaluna dengan segera mengambil totebagnya dan memasukkan buku-buku untuknya belajar dan mengerjakan tugas untuk esok hari. Ia harus mencari tempat yang terang.
BRAKKK!!!
Kaluna terkaget. Ia tak berani memandang kearah manapun saat mendengar seperti suara benda jatuh. Hal itu benar-benar membuat ia ketakutan. Akan tetapi, rasa penasarannya sangat ingin ditebus. Alhasil, Kaluna memberanikan diri untuk menuju ke dapur, yang menurutnya adalah tempat sumber suara. Berkat bantuan dari senter ponselnya, Kaluna bisa menyoroti seisi dapur. Ia turut sambil mengingat posisi benda, sampai ia menemukan bahwa yang terjatuh tadi adalah sebuah toples berisi kerupuk udang yang kerupuknya pun masih sisa sekitar tujuh buah. Benar-benar tidak masuk akal.
"Bunda...Kaluna takut!!!" Teriak Kaluna sambil berlari kencang menuju keluar rumah dengan senter yang menyala dari ponselnya. Ia mengunci rumah itu dengan rapat.
Kaluna juga turut berjalan cepat saat melintasi jalan di depan rumahnya. Ia merasa sangat lega, setelah beberapa ratus meter berjalan, Kaluna menemukan sebuah café yang tidak terlalu ramai dan yang penting terang benderang. Mungkin café dan bangunan disekitarnya memiliki jalur listrik yang berbeda, itulah mengapa tidak mendapat imbas dari pemadaman listrik yang mendadak ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAISAN ; s e r a p h i c
Novela Juvenil[SUDAH GANTI JUDUL] Ini adalah cinta yang datang tanpa butuh waktu yang benar-benar lama. Munculnya memang singkat, tapi jalannya sangat berat. Kisah ini bukan hanya tentang bunga cinta yang tumbuh perlahan di halaman rumah yang bernama "perasaan ci...