2 hari berlalu, hari ini seharusnya Rin pulang.
Saat pagi, mereka berempat membuat sarapan bersama. Karena hanya seadanya, mereka membuat kangkung dan telur acak. Itupun merupakan makanan yang sangat sulit didapatkan. Tentu saja mereka sebut makanan mewah pada zamannya.
"Apa kau sering merasakan kelaparan?" Rin melontarkan pertanyaan yang terbilang tiba-tiba.
[Name] yang sedang sibuk memotongi bawang menjadi dua, hanya tersenyum kecil menanggapinya.
"Itu sudah pasti..."
Keheningan kembali berlanjut. Hanya terdengar suara gesekan arang yang memancarkan api dan kesibukan mereka saat membuat sarapan.
Ini hal yang jarang sekali Rin lihat. Mereka hanya membuat sarapan, tapi mengapa mereka terus tersenyum seolah ini hal yang membahagiakan? Sebegitu ramahkah pribumi nusantara?
Rin tak ingin berdiam seperti orang tersesat. Ia langsung mengambil sewadah kangkung dan mengambil salah satunya.
"Bagaimana cara memotongnya?" ia berseru.
[Name] melirik, kemudian terkekeh.
"Kau tidak pernah membuat kangkung, ya?"
"Hm..."
"Haha, itu mudah, kau hanya perlu memotongnya dengan pisau. Tidak perlu rapi," jelasnya.
"Praktekan untukku.."
Seketika gadis itu memutar matanya. Dengan pasrah, [Name] mengalihkan aktivitasnya. Meski wajah Rin terlihat tak antusias, tapi [Name] tahu apa yang pria itu ingin lakukan.
Dia dengan cermat mulai mempraktekkan bagaimana cara memotong kangkung. Caranya cukup mudah. "Begini..."
Tatapan pria itu bukan menatap apa yang sedang dipotong, namun menatap wajah gadis yang tersenyum tulus mengajarkannya cara memotong kangkung.
Dalam pikirannya seolah berkata, dia cantik, dia sederhana, dia lembut, dia menawan, dia wujud paripurna, dia sempurna, dia imut, dia hangat, dia...
"AKH!"
Rintihan mengejutkan itu membuat pikiran Rin kosong monoton. Dia langsung mengalihkan pandangannya pada tangan gadis itu.
Salah satu jari [Name] tersayat pisau. Entah karena dia tidak fokus atau bagaimana, ujung pisau itu melesat mengenai jarinya.
"Apa itu sakit?"
"Tentu saja! Kau kira aku tidak kesakitan?" serunya dengan wajah menahan rasa sakit.
Pria itu terdiam mengamati luka sayat di jari telunjuknya. Tanpa pikir panjang, ia mengambil alih jari milik gadis itu dan langsung memasukkannya ke dalam mulut.
Seperti halnya yang dilakukan seorang ibu ketika buah hatinya mengalami pendarahan di jemari jarinya.
[Name] dilanda keterkejutan.
"A-apa yang kau-"
Rona merah yang berat itu mengisi kedua sisi pipinya. Merasakan pergerakan lidah pria itu menjilat seluruh sisi lukanya.
Sedikit perih.
"Darahnya terlalu banyak," jawabnya singkat.
"S-sudah! Lepas!" sentak [Name] kebingungan bersama rona merahnya.
Rin akhirnya berhenti, dia membuka mulutnya dan mengeluarkan jari [Name] dari mulutnya. Rasa darah yang tak dapat di deskripsikan itu masih terasa dalam lidahnya. Setidaknya niat pria itu hanya untuk menghentikan pendarahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pribumi Dan Nippon (Itoshi Rin x Readers au)
Fanfic"Aku hanyalah gadis Pribumi dan aku membencimu. Mengapa kau terus bersikap baik padaku?" "Karena aku mencintaimu." . . . . ⛔ I hate who people like to copy this story ✅ If there is something you want to convey, you can provide suggestions, criti...