16. Semuanya Sirna

156 23 0
                                    

Kini Bulan bersekolah seperti normal meski harus adu cekcok dengan Rion yang tidak mengizinkan masuk karena khawatir Karvino akan berbuat lebih jauh lagi.

Tapi sepertinya ada hal lain yang membuat wajah Bulan terlihat masam dan tidak se ceria atau se heboh biasanya.

"Udah dong, paling bang Jef ada keperluan lain makanya dia gak absen"

Ya benar itu Ezra yang menenangi Bulan, karena setelah menenanginya kemarin sore Jefran tak terlihat lagi sampai sekarang. Bahkan chat Bulan tadi malam dan pagi tadi sebelum berangkat belum kunjung dibalas.

Soal identitas Eagle Eye, Ezra Raidan dan Rion sudah mengetahuinya dan mereka sudah berjanji untuk merahasiakannya dari siapapun.

"Tapi gue khawatir tau Zra"

"Yaudah, nanti pas pulsek gue anter ke kantornya ya siapa tau dia ada"

Ezra menghela nafasnya berat, ia memang sudah sangat lama menyukai Bulan bahkan perasaannya tidak ia bocorkan kepada siapapun terutama Raidan yang notabene nya teman terdekatnya.

Mendengar Bulan menjalani hubungan backstreet kemudian 3 hari yang lalu di publish, membuat Ezra tidak berselera melakukan hobi dan kegiatan yang paling ia minati dan sukai.

Tapi kini ia sudah belajar secara perlahan untuk menjadikan rasa sayangnya keada Bulan sebagai adik kakak saja, karena sebetulnya Ezra sangat tidak mau hubungannya asing atau canggung kalau Bulan sampai mengetahui soal perasaannya.

"Bulan!!"

Keduanya spontan menoleh lalu sedikit terkejut melihat Jefran yang dimasker hitam dan memakai hoodie menutupi seragam tugasnya.

"Ka-kak Jeff??" Kaget Bulan melihat kondisi Jefran penuh luka dan lebam

"Loh?? Bang?? Kenapa kacau gini?? Kesini sama siapa?? Mana yang lain??" Tanya Ezra ikut khawatir.

"Insiden tadi malem beneran kacau parah, yang lain masuk igd dan sekarang udah siuman kecuali bang Geva masih kritis belum sadar"

Hal itu tentu saja membuat bahu Bulan melemas mengetahui sosok yang sangat tulus mencintainya ketimbang diri sendiri, kini terbaring lemah.

"Ta-tapi sebelum itu--

Jefran menggantung ucapannya membuat Bulan dan Ezra semakin panik tak karuan, bahkan ujung jari Bulan terlihat memucat dan gemetar saking paniknya.

"Apa bang,  jangan bikin kita makin panik!" Serobot Ezra kesal

"Maaf banget tapi gak bermaksud apa-apa, tapi Bulan ayo kita break"

Nafas Bulan tercekat ditenggorokan membuat gadis itu diam tak bergeming selama beberapa detik membuat Ezra yang sudah sangat panik itu malaha jadi emosi.

"Maksud lo apaan bang bilang gitu ke Bulan??! Coba dijeda dulu gitu loh! Bang Geva masuk igd terus lo minta break!! Lo mau bunuh dia?!" Damprat Ezra tak terima

"Bu-bukan gitu--

"YA TERUS APAAN?!"

"Gu-gue ngerasa waktu yang gue miliki makin berkurang terutama buat Bulan, apalagi komandan rencananya mau pindah tugasin gue ke Korea jadi gue gak yakin Bulan bisa ldr"

Bulan kini semakin shock mendengar bahwa Jefran akan dipindah tugaskan ke Korea, pelupuk matanya sudah menapung airmata yang kapan saja siap meluncur dan netranya belum kunjung lepas dari Jefran.

"A-aku emang gak munafik kak, aku emang cinta sama kakak! Aku tau semua naruh perasaan sama gue tapi gue gabisa bohong kalo perasaan gue cuma buat kakak aja!! Kenapa lakuin ini kak?! At least tunggu Kak Geva sadar!!"

Raidan yang baru datang dari koridor sebelah kiri Bulan seketika menghentikan langkahnya, siapa sangka Raidan yang tidak begitu dekat dan kurang sekali momen diantara keduanya juga ikut menaruh perasaan pada adik Rion yang berparas manis itu.

Senyum Raidan yang semula mengembang karena melihat kehadiran Jefran langsung sirna seketika saat tidak sengaja mendengar adu cekcok Bulan dan Jefran.

Baik Raidan atau Ezra dan Jefran terbelalak panik melihat Bulan menangis sesegukan sambil terduduk ditanah karena sudah tidak sanggup menopang tubuhnya.

Ezra langsung merangkul Bulan sedangkan Raidan berlari dan langsung berdiri dihadapan Bulan dengan sorot tidak terima.

"Pengecut! Bilang aja lo bosen!! Bulan cewe tulus yang masih punya hati!! Kalo tau gini endingnya seharusnya Bang Geva yang ketemu duluan sama Bulan!! Bukan lo! Atau bahkan harusnya kita yang disini lebih gercep tembak Bulan!!"

Ezra berdiri menahan bahu Raidan supaya adik kelas sekaligus sahabatnya itu tidak kelepasan untuk menyerang Jefran yang sudah kehabisan kata-kata.

"Hiks..udah..biarin kalo..hiks Kak Jef mau nya gitu gapapa, anter ke kak Geva..g-gue mau nemenin dia sampe siuman"

Bulan berusaha bangkit dan hendak melangkah pergi dari sana namun dicegah dengan cepat oleh Ezra yang sebenarnya emosinya belum kunjung reda.

"Bulan cantik, jangan dulu ya? Nanti bareng gue sama Raidan sama Rion juga oke?? Jangan sendiri, nanti bang Geva makin sedih kalo liat lo kenapa-napa dijalan"

Tangis Bulan kembali pecah lalu Ezra menarik Bulan ke dalam pelukannya menbiarkan air matanya membasahi seragam batiknya.

Raidan yang melihat Bulan menangis sampai sesegukan seperti itu hanya menatapnya tidak tega dan sedih, namun ia alihkan pandangannya ke Jefran dengan sorot penuh murka.

"Kalo lo belum bisa bahagiain perempuan, jangan sakitin dia dengan cara ini!! Perempuan udah nanggung sakitnya semua setidaknya lo sebagai cowo jangan nambahin rasa sakit yang lain!!"

Raidan merangkul Bulan dan Ezra sekaligus untuk membawanya pergi dari sana sedangkan Jefran menatap Bulan yang sudah menjauh penuh perasaan serba salah.

"Gapapa, yang penting Bulan gak terlalu sedih semisal gue dipindahin tugas"

Jefran mengeluarkan lipatan secarik kertas yang bertuliskan terkait dirinya yang memang dipindahkan tugas.

"I'm sorry my girl, gue gak bermaksud nyakitin lo tapi gue juga beneran cinta dan sayang sama lo"









Bersambung...

My Intel Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang