21 - Sariawan

6.4K 483 69
                                    




















"Ayo buka mulutnya, daddy mau lihat." Ujar Johnny lembut sembari menarik pelan tangan mungil si bayi beruang yang terlihat berdiri menjaga jarak dari sang daddy dengan kepala kecilnya yang tertunduk.

Johnny mendudukkan tubuh mungil itu di pangkuannya dengan posisi si bayi yang miring menghadap ke kiri. Ia lalu menarik lembut kepala kecil si bayi supaya bersandar pada dada bidangnya dengan posisi sedikit didongakkan.

"Aaaa.. buka mulutnya bayi.." Ujar Johnny lagi. Dengan mata berkaca-kacanya, haechan mulai membuka sedikit mulutnya membuat Johnny seketika terkekeh gemas.

Jika bukanya cuman segitu, apa yang bisa ia lihat coba? Hanya gigi kelincinya si bayi saja yang terlihat menyembul lucu di sela-sela bibir mungil nan merah alami itu.

"Buka yang lebar bayii~" Haechan seketik mencebikkan bibirnya sejenak, kemudian kembali membuka mulutnya sedikit lebih lebar supaya sang Daddy bisa melihat dengan lebih jelas.

Johnny kembali terkekeh sebelum langsung mengamati dengan teliti bahagian dalam mulut si bayi yang dipenuhi oleh sariawan.

Ya, sariawan. Hanya karena sesuap mee pedas yang si bayi makan semalam, mulutnya kini sudah dipenuhi oleh lapan sariawan.

Johnny seketika menghela nafas berat. Disebabkan oleh lapan sariawan ini lah bayi beruangnya jadi tidak mau makan sama sekali. Bahkan pacifier favoritnya saja hanya tergantung di leher si bayi tanpa berniat menggunakannya sedari pagi tadi.

Haechan kembali menutup mulutnya sebelum menyembunyikan wajah memerahnya di dada bidang sang Daddy. Manakala tangan mungilnya terlihat melingkar erat pada pinggang kokoh itu.

Johnny dengan sigap ikut mendekap erat tubuh kecil si bayi. Tangan besarnya terangkat, mengusap lembut surai madu si bayi manakala tangan satunya lagi melingkar erat pada pinggang ramping itu.

"Bayi daddy tidak lapar hm? Ini udah hampir sore loh.. Daddy minta mae masakin bubur ya?" Tanya Johnny lembut, namun lagi lagi haechan tetap menggelengkan kepalanya.

"sakit.." Cicit si bayi pelan. Untuk bercakap saja sudah terasa sakit, apatah lagi jika harus makan atau mengunyah sesuatu?

Johnny kembali menghela nafas berat, bayi beruangnya ini sedari pagi masih belum mengisi perutnya sama sekali. Ia hanya mau meminum susu hangat yang dibuatkan oleh sang mae tadi pagi. Itu pun ia menyedotnya menggunakan straw.

"Bayinya maee~~ Ayo lihat mae bawain apa~" Ujar Ten dengan senyum lebarnya sembari melangkahkan tungkainya dengan cepat menuju ke ruang tamu di mana sang suami dan bayi beruangnya berada.

Haechan yang mendengar suara sang Mae awalnya hanya berniat untuk terus menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Johnny, namun karena merasa penasaran dengan apa yang dibawa oleh mae nya, ia langsung menolehkan kepala.

Ten meletakkan sebuah nampan yang berisi beberapa keping roti lembut serta semangkuk ice cream vanilla. Haechan yang melihat itu seketika tersenyum lebar sembari bergerak rusuh untuk turun dari pangkuan sang Daddy.

"woahh~ ini buat echan?!" Ten langsung terkekeh gemas ketika melihat si bayi yang menatapnya dengan penuh harap sembari mengedip-ngedipkan matanya lucu.

"Iyaa sayang~ Rotinya dimakan sama ice cream yaa.. Harus habis, oke?" Ujar Ten lembut. Tangan lentiknya terangkat untuk mengacak gemas surai madu si bayi yang terlihat menganggukkan kepalanya dengan semangat.

Ten tersenyum lembut kemudian mendudukkan dirinya di samping sang suami, memerhati si bayi yang mulai menikmati roti sama ice cream nya dengan lahap.

Ketika mendapat tahu jika bayi beruang kesayangannya sedang sariawan, Ten langsung membuatkan si bayi roti yang super lembut dan langsung cair di mulut dengan bantuan dua orang maid.

Our PriorityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang