Malam itu harusnya Anandia hanya bertugas sebagai salah satu pelayan yang mengantarkan makanan dan minuman di acara besar milik mereka anak-anak orang kaya yang menghamburkan uangnya untuk berpesta.
Ya, harusnya. Pekerjaan Anandia harusnya berakhir tepat pukul dua belas malam, setelahnya dirinya akan pulang dan mengistirahatkan tubuhnya yang lelah karena seharian dipaksa bekerja.
Namun naas. Semua tak berjalan seperti apa yang telah ia tata rapi. Semuanya hancur berantakan. Tubuh lelahnya yang tengah berjalan di lorong hotel untuk kembali pulang itu diseret. Lengan kurusnya ditarik, dipaksa mengikuti langkah besar milik pria yang tak ia ketahui siapa orangnya.
Tubuhnya di paksa masuk dan dikunci di dalam sebuah kamar yang ia terka adalah kamar VIP dengan fasilitas yang sangat luar biasa.
Tubuh Anandia bergetar. Kaki gemetarnya melangkah mudur saat pria di hadapannya mulai memandangnya dengan pandangan yang tak nyaman bagi Anandia.
"Jangan... aku mohon... jangan mendekat..." suaranya tercekat, rasa takut menyelimuti dirinya. Namun sepertinya pria yang tampak kehilangan akalnya akibat cairan alkohol itu tampak tak mau mendengar lirihannya.
Langkah besar pria itu kian mendekat, menghimpit tubuhnya yang tak lagi dapat kabur. Anandia terperangkap, antara dinginnya dinding kamar hotel dengan kukuhan kedua lengan pria dihadapannya.
Kepalanya terus menggelang, mulutnya rasa mulai kelu untuk sekedar mengucapkan jangan. Bibirnya benar-benar bergetar karena ketakutan saat ini.
"Jangan... aku mohon..." Anandia tetap berusaha meminta belas kasih walau tampaknya pria itu sama sekali tak menghiraukannya.
Jemari hangat pria itu menyentuh wajahnya. Menyesuri lekukan wajahnya dan berhenti tepat di sudut bibirnya. Ibu jarinya bergerak mengusap bibir Anandia yang malam itu berwarna merah mudah yang mengkilap karena lip gloss yang ia gunakan.
"How is it taste? Sweet?"
"Jangan..." Anandia masih mencoba peruntungannya. Berharap pria itu mengasihaninya dan membiarkannya pergi. Namun nyatanya pria itu tak sebaik harapannya.
Ranumnya di lumat, di raup dengan begitu tergesa. Lengannya yang hendak berontak di tahan oleh satu tangan pria itu. Tangan yang cukup besar untuk mengurung kedua lengan kurus milik Anandia.
"Hmmppp!" Anandia berusaha, ia tak pasrah. Namun pria itu juga begitu berusaha. Berusaha melahap habis ranum merah muda Anandia yang terasa "manis" di indra pengecapnya.
"Sweet."
"Berhenti, aku mohon..."
Air matanya tak lagi dapat Anandia tahan. Air mata itu jatuh dari kelopak matanya. Membanjiri wajah cantiknya yang tampak layu malam itu.
"Ssttt, jangan menangis," ibu jari pria itu kembali terangkat, mengusap kedua belah pipi Anandia yang basah.
Tubuh ketakutan Anandia di tuntun menuju ranjang berukurang king size di kamar itu. Anandia kehilangan tenaganya. Rasa takut benar-benar menyelimuti tubuhnya. Cengkraman pada lengannya tak sama sekali mengendur. Pria itu cukup menjaga mangsanya agar tak dapat kabur.
Malam itu, ketika kancing bajunya mulai di lucuti, Anandia kehilangan apa yang selama ini ia jaga. Gadis itu tak lagi bisa dipanggil gadis. Di usianya yang baru menginjak 20 tahun, Anandia kehilangan kehormatannya sebagai wanita. Mahkotanya diregut paksa oleh pria yang sama sekali tak ia kenal.
Malam panas itu dipenuhi suara geraman kenikmatan dari pihak sang dominan, dan lirihan tangis pilu dari Anandia yang hingga akhir masih berusaha berontak walau harus menerima kekerasan karena memancing amarah pria yang mengukuhnya.
"Berhenti... aku mohon..."
Tbc...
________________________hai selamat datang di cerita keduaku. semoga suka dengan ceritanya. cerita ini merupakan cerita fiksi yang masih banyak kurangnya. jika ada saran dan kritik, boleh langsung di sampaikan melalui kolom komentar ya, aku usahakan baca dan perbaiki kekurangan yang ada.
with love, sunandsea ✮
KAMU SEDANG MEMBACA
USAI
ChickLitAnandia hanya mengharapkan bahagia untuk buah hatinya. Baginya, cukup masa kecilnya yang jauh dari kata bahagia, permata hatinya jangan sampai merasa lagi suram yang lalu. Walau bahagia itu harus lagi dan lagi mengorbankan dirinya. Tak apa, toh hidu...