[ DAYANA RENZO UPDATE ]
Tenang, aman di baca saat puasa kok. 🤭Happy reading, dan cus komen dan vote yang buanyak!
•••
Dengan tubuh yang dingin dan gemetaran. Dayana berlari, lekas mengambil langkah selebar mungkin untuk kabur. Tangisannya pecah, terdengar bagai hujan badai yang dingin. Air matanya mengalir deras, membasahi pipi.
“Apa yang sudah ku lakukan. Aku hampir membunuh nya. Aku menembak Renzo,” ucap Dayana, kini menghentikan langkah, sekaligus menghentakkan kaki saat rasa mulas menyerang perutnya.
Sakit. Ini sungguh menyakitkan. Anak itu seolah menyiksanya. Dayana ambruk, jatuh ke lantai dan terseok-seok ke pinggir lorong.
“Oh. Astaga. Perutku.” Dayana bergumam. Serak menahan suara yang mendadak tercekat. Sunyi sepi, tak ada pertolongan yang dapat membantunya bangkit. Dayana mendongak, memperhatikan ruangan.
Sekali, dua kali, tiga, empat, bahkan lima kali, Dayana menghentak-hentakkan tangan di lantai. Berusaha menimbulkan suara. Ia tersiksa, oleh rasa sakit yang semakin menggema akal pikiran.
“Darah?” Dayana membelalak. Menyeka pahanya dengan punggung tangan. “Tidak. Bertahanlah. Ibu mohon,” ucapnya ringkih. Bersama rasa penyesalan yang mengisi otaknya. Kata-kata itu muncul, membanjiri otak yang ketakutan. Ya, Dayana begitu tulus waktu mengatakan itu. Seakan dunia nya akan ikut runtuh, jika kehilangan anak yang tak pernah ia harapkan.
“Aku harus bangun. Aku pasti bisa. Aku....” Dayana terisak. Gagal bangkit dari tempatnya. Rasa sakit itu menggempur nya hingga tulang belulang. Melumpuhkan seluruh saraf. Dayana tersiksa sendirian, hingga tenaganya terkuras habis. Lemah tak berdaya.
“Dayana!” keras dan histeris. Suara milik Renzo datang menggempur. Dayana menoleh, menatap pria itu dengan penuh harapan. Akhirnya. Akhirnya dia datang, ditemani tangis yang semakin pecah.
“Renzo, sakit. Di sini, sangat sakit.” isaknya parau.
“Ya. Ya. Aku tahu. Aku mengerti. Tenanglah! Aku di sini, aku akan membantu,” ucap Renzo, ikut panik. Memperhatikan darah yang membanjiri Dayana.
“Tolong, aku takut.”
“Jangan khawatir. Aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi padamu. Percaya padaku! Aku janji. Aku janji.” ucap Renzo, sepenuhnya meyakinkan diri. Lalu bergerak menggendong Dayana yang langsung memeluknya penuh harapan. Menyatu sempurna, seolah pertengkaran barusan tak memiliki arti apapun.
Renzo memucat. Berlari sekuat tenaga, sebisa mungkin untuk sampai ke parkiran mobil. “Bertahanlah. Aku tidak bisa kehilangan mu, Daya. Aku tidak bisa.”
Dayana diam membisu. Hanya memikirkan kemungkinan buruk yang mungkin akan terjadi padanya, pada anaknya, atau Renzo. Semua terasa mencekam. Ia tak mampu berpikir tenang. Hingga seluruh pandangannya gelap gulita, seperti menyapa malam. Dayana hilang, tak sadarkan diri.
***
Renzo terduduk sepi. Menatap pintu kosong yang belum bergerak, mengeluarkan seseorang yang akan memberikan kabar. Sejak sejam lalu, tempat itu terasa sepi, dingin dan rapat. Renzo frustrasi sendiri, hingga ia enggan menemani Dayana di dalam sana.
“Ini semua salahku. Semua karena kebodohan ku dan kecemburuan ku,” ucapnya serak. Menghantam tembok dengan tinju yang kuat. Tajam, beberapa mata menoleh. Tertuju lancang. Renzo tak senang dengan tatapan itu. Seperti sebuah rasa bersalah menyerangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen ( Short Story Renzo & Dayana)
Historia Corta21+ | Mature Semula, tak ada yang menarik bagi hubungan mereka selain pertengkaran, yang pada akhirnya membuat Renzo nekat, mengambil keputusan, melamar Dayana demi satu tujuan khusus.