7

2.4K 221 13
                                    

"Kemana tuh anak Ma? belum turun juga?" tanya Alga yang baru saja masuk ke ruang makan.

"Mau makan di kamar katanya, tapi nanti tiga puluh menit lagi" jawab Shakira yang sedang menyiapkan makan malam.

"Bubur buat siapa?" tanya Alga mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

"Adek, mau makan malam bubur katanya" jawab Shakira tersenyum lembut pada anak sulungnya.

Alga menautkan kedua alisnya, "Tumben, kenapa lagi dia? kenyang dia makan bubur doang?"

"Mending kamu makan dari pada banyak tanya, kok makin ke sini makin cerewet kamu" sahut Saga.

"Ngapain lagi dia hari ini selain jatuh dari motor?" tanya Alga beralih menatap Saga.

"Cek up ke rumah sakit, terus minta beli es krim tadi,  karena hasil cek up bagus adek kamu minta dua es krim" jawab Saga lalu mulai makan malamnya.

Alga beralih menatap Shakira yang hanya diam memalingkan wajahnya. "Mama gak ikut-ikutan Papa jadi tukang bohong kan?"

"Nanti kamu tanya sendiri aja, tapi jangan marah-marah" ujar Shakira menyodorkan mangkuk bubur pada Alga, "Habis kamu makan malam  suruh adek makan buburnya, kalau gak habis jangan di paksa"

"Besok pagi ada orang ke sini ambil motor Raksa, dia udah DP setengah sama aku. Sisanya di lunasi besok pas motornya di bawah" ujar Alga yang membuat Shakira terkejut.

"Kamu jual motor adek? marah nanti anaknya" ucap Shakira.

"Aku gak perduli dia marah, sesuai perjanjian dia susah di bilangin motornya aku juga. Awas aja kalau Papa sampai berani beliin lagi, lama-lama Papa juga ikut aku jual" ucap Alga melirik Saga.

"Kalau adek kamu marah kamu urus sendiri jangan minta bantuan kita" balas Saga.

"Paling marahnya juga gitu doang, sebentar doang habis itu dia lupa. Balik lagi kaya biasanya"

Alga bangkit dari duduknya setelah selesai makan malam, dia membawa mangkuk bubur ke kamar adiknya.

Ceklek

Alga membuka pintu kamar adiknya, lalu berjalan masuk menghapri Raksa yang tengah duduk bersandar di atas kasur sambil bermain game ponselnya.

"Kenapa lo gak turun makan?" tanya Alga meletakkan mangkuk bubur di atas meja.

"Lagi males turun, gak selera makan" jawab Raksa tanpa mengalihkan perhatiannya. dia asyik dengan ponselnya mengabaikan Alga yang sejak tadi terus menatapnya.

"Waras lo bilang gak selera makan?"

"Waras lah, orang perut aku lagi sakit. Lihat makanan aja gak minat makan aku"

"Kenapa?"

"Nyobain bakso mercon punya Dio tadi, padahal gak habis banyak cuma satu mangkuk-"

Plak!!

Alga merebut ponsel Raksa lalu menatap tajam adiknya, "A-ku salah ngomong, maksudnya tadi itu cuma satu sendok kecil" ralat Raksa dengan gugup.

"Lo-"

"Iya aku tau kalau sakit nyusahin, makanya aku gak ikut makan malam bareng kalian. Aku makan nanti habis kalian selesai makan aja" sela Raksa mendongakkan kepalanya menatap Alga.

"Udah tau lo kalu sakit nyusahin, tapi masih aja banyak tingkah"

"Namanya juga masih hidup, ya wajar lah-" Raksa menghentikan ucapannya ketika Alga mengangkat tangannya bersiap untuk memukul.

"Di jawab salah, diem juga salah. Cuma sama dia doang gue serba salah" dumel Raksa dalam hati.

Alga mengambil mangkuk bubur lalu meletakkannya di pangkuan adiknya, "Makan habisin jangan banyak protes" titahnya lalu duduk di kursi meja belajar adiknya.

"Setengah aja ya, gak sanggup kalau harus habisin" tawar Raksa tersenyum tipis pada Alga.

"Makan bakso satu mangkuk aja lo sanggup, ya kali cuma bubur doang tinggal telen gak usah ngunyah gak sanggup"

"Ya itu beda, bakso enak bubur kurang-"

"Kalau kurang di bawah masih banyak, lo mau nambah berapa mangkuk? ada gak usah takut. Kurang rasa? ada garam, cabe kecap asin, kecap manis mau yang mana?"

"Gak ini udah cukup" balas Raksa dengan terpaksa menyuapkan bubur itu ke dalam mulutnya.

"Kenapa coba harus Abang yang ke kamar, kenapa gak Mama atau Papa aja. Kan lebih enak" batin Raksa sesekali menatap Alga yang sibuk dengan ponselnya.

Alga menyimpan ponselnya lalu bangkit dari duduknya, berjalan menuju pintu keluar. "Abang mau ke mana?" tanya Raksa menghentikan langkah Alga.

"Keluar" jawab singkat Alga lalu keluar dari kamar adiknya.

"Padahal aku mau nanya soal tadi Abang bayar makanan di kantin, kan hari ini aku gak jajan di kantin. Kok bisa Ibu kantin nagih ke Abang?" monolog Raksa.

Bisanya dia menang jajan di kantin dan meminta Alga yang membayarnya tapi itu bukan makan siang, dia hanya membeli es atau makanan ringan yang jumlahnya paling banyak hanya lima ribu.

...................

Malam ini Alga menemani Zeea di rumah sakit, setelah tadi mendapatkan pesan dari Zeea jika Mia datang ke rumah sakit dan marah-marah pada Zeea.

"Ibu lo ke sini sama siapa?" tanya Alga saat ini dia ada di ruang rawat Juan.

"Sendiri, Ibu makas Ayah buat tanda tangan surat cerai" jawab Zeea menunjukkan surat yang ibunya bawa tadi.

Alga menghela napasnya lalu bangkit dari duduknya mendekati ranjang Juan. "Sebenarnya Ayah lo sakit apa Ze?" tanyanya yang penasaran.

Kenapa bisa Juan di rawat begitu lama sedangkan wajah Juan terlihat baik-baik saja tidak seperti orang sakti.

"Aku juga gak tau, tapi Ayah bilang kakinya sakit kalau jalan. Waktu itu Ayah juga sempat jatuh pas coba turun dari kasur" jelas Zeea.

Dia juga tidak tau apa yang terjadi dengan Ayah-nya, kenapa sekarang Ayah-nya menjadi seperti ini. Padahal sebelumnya Ayah-nya baik-baik dan tidak memiliki masalah dengan kesehatannya.

"Gimana sama orang-orang yang kerja di rumah lo? udah ada kabar tentang mereka?" tanya Alga yang sampai sekarang ini belum menemukan titik terang, menghilangnya pada karyawan rumah Juan.

"Ayah bilang mereka semua penghianat, dan aku gak boleh bahasa soal mereka lagi"

"Jadi Ayah lo tau kemana mereka pergi?"

Zeea menggelengkan kepalanya, sebagai jawaban jika dirinya juga tidak tahu tentang hal itu. Yang ia tahu Juan melarangnya untuk membahas pekerja di rumahnya.

"Aneh, kalau mereka semua penghianat harusnya Juan mati dong, satu lawan sepuluh orang lebih harusnya kalah. Tapi ini malah masih hidup. Gue harus minta bantuan Azka buat cari tahu semuanya" batin Alga yang terus menatap Juan yang terbaring di atas ranjang pasien.

Zeea menarik tangan Alga, mengajaknya untuk duduk di sofa. "Adek kamu gimana? dia sakit apa?" tanya Zeea yang penasaran dengan adiknya sahabatnya.

"Masih sakit, susah di bilangin. Gue sampai gak tau harus ngasih tau dia dengan cara apa" ujar Alga dengan antusias menceritakan tentang adiknya pada Zeea.

Diam-diam Juan mendengarkan percakapan Alga. "Adik, jadi kau punya adik" batin Juan sedikit membuka matanya melihat ke arah Alga yang sedang bercerita tentang adiknya pada Zeea.

ALGA WIJAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang