Author Point Of View On
Mew kini duduk di pinggir tempat tidur sambil menatap ke arah Gulf yang sedari tadi bolak-balik di depannya. Mew melihat Gulf dengan tatapan bingung. Gulf terlihat sedang sibuk keluar masuk kamar mandi dan ruang ganti berkali-kali. Mew yang melihat Gulf terus berjalan sedikit merasa khawatir. Dia memperingatkan Gulf agar Gulf berhati-hati karena kini Gulf sedang hamil dan menyuruhnya agar tidak banyak berjalan.
"Gulf, jangan banyak jalan dulu! Aku takut bayi kita.."
"Iya.."
"Gulf, kamu mau pergi kemana?" Tanya Mew ketika melihat Gulf sedang bersiap-siap.
Gulf kini sedang memakai jasnya lalu berdandan rapi setelah keluar dari dalam kamar mandi. Mew diam-diam terpesona ketika melihat Gulf sedang berkaca di depan cermin. Di cermin itu menampilkan bayangan Gulf yang cantik dan tampan di waktu yang bersamaan. Setelah Gulf berdandan, Gulf kini menatap ke arah Mew sambil menjawab pertanyaan Mew.
"Tentu saja aku akan pergi ke kantor hari ini. Aku tidak akan keluar dengan penampilan seperti ini selain ke kantor."
"Apakah kamu tidak bisa libur hari ini? Hari ini kan hari bahagia kita." Mew tidak mengungkapkan dengan jelas bahwa dia ingin merayakan kehamilan Gulf dengan memeriksakan kandungan Gulf lalu makan siang bersama diluar.
Gulf menatap ke arah Mew dengan tatapan curiga. Gulf mulai mencari sesuatu, tapi tidak menemukan apapun.
"Phi, kalau kamu menginginkan honeymoon, masa honeymoon kita sudah habis kalau kamu lupa!"
"Bukan itu maksudku, tapi..."
Mew menatap Gulf dengan tatapan kecewa dan hal itu membuat Gulf bingung. Sungguh, Gulf lebih suka Mew yang to the point daripada berbasa-basi seperti ini. Dia tidak paham apa keinginan suaminya itu.
"Kalau Phi merasa ketakutan di dalam apartemen sendirian. Tenang, disini sangat aman. Sistem keamanannya tidak akan mudah di tembus. Apartemen ini memiliki fasilitas yang lengkap dibandingkan apartemen Phi."
"Aku tahu..."
"Lalu, apa yang Phi inginkan? Kenapa meminta aku untuk libur?"
"A-aku hanya ingin mengantarkan kamu ke rumah sakit untuk melihat keadaan janin di dalam perutmu itu lalu aku ingin mentraktirmu makan siang."
Gulf kini menatap ke arah Mew dengan tatapan tidak percaya setelah mendengar hal itu. Pada akhirnya Gulf mengajak Mew untuk berangkat ke kantor bersamanya lalu pergi memeriksakan kandungannya dan makan siang bersama seperti yang Mew inginkan.
"Phi bersiap-siaplah! Aku memiliki beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan lebih dulu lalu kita akan pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan janin ini." Ucap Gulf kepada Mew.
"Se-sekarang?"
"Tentu saja!"
Mew segera bergegas karena tidak mau Gulf terlambat berangkat ke kantor. Setelah mereka berdua selesai bersiap-siap, kini mereka berdua berjalan menuju ke ruang makan bersama dan sarapan bersama-sama. Gulf memiliki tiga asisten rumah tangga yang sudah tahu tugasnya masing-masing. Seorang asisten rumah tangga kini sedang memasakkan sarapan untuk Gulf lalu menyajikannya di atas meja, sedangkan dua asisten rumah tangga yang lain sedang membersihkan apartemen Gulf yang lumayan luas itu.
"Gulf, apa kamu tidak mengalami gejala apapun di usia kehamilan yang masih muda ini?" Tanya Mew kepada Gulf.
"Tidak.."
"Ahh begitu rupanya." Mew terlihat kecewa dengan pernyataan Gulf itu.
"Kenapa? Apakah aku harus mengalami morningsickness?"
"Tidak juga sih, kehamilan setiap orang terkadang berbeda-beda. Aku hanya penasaran, apakah kamu tidak mengalami hal yang sama dengan beberapa orang yang lain?"
"Tidak, kalau aku mengalami morningsickness, aku akan memberitahumu. Anak ini seperti lebih pengertian, karena aku adalah Papa yang bekerja."
"I-iya, dia sangat pengertian. Kalau kamu menginginkan sesuatu, aku bersedia mencarikannya untukmu." Ucap Mew
"Hmmm, akan aku pikirkan. Aku jarang menginginkan sesuatu.."
"Jangan sungkan untuk menyuruhku apapun!"
"Tentu saja karena Phi adalah suamiku. Aku tidak akan sungkan untuk meminta apapun dari Phi."
Gulf tidak menyangka kalau Mew menjadi sangat siaga setelah mengetahui Gulf hamil. Mew menjadi sangat perhatian dan lembut setelah kejadian penculikan itu. Gulf merasa apapun yang dia lakukan kemarin tidak sia-sia.
***
Mew dan Gulf kini sudah sampai di kantor Gulf. Gulf sedang duduk sambil memeriksa beberapa laporan yang diberikan Win kepadanya. Win menunggu sambil duduk di kursi yang berada di seberang meja Gulf. Win sedari tadi menahan sesuatu, namun tiba-tiba dia tidak menahannya. Win memajukan kursinya lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Gulf.
"Gulf, apakah itu orang itu benar-benar Mew?" Tanya Win kepada Gulf sambil berbisik-bisik.
"Hmmm..."
"Dia terlihat sangat berbeda. Tampilannya tidak seperti seseorang yang arogan yang aku lihat beberapa minggu yang lalu."
"Dia suamiku! Jangan mengamatinya seperti itu!"
"Tch, dasar! Suamiku bahkan lebih tampan dari suamimu! Apakah kamu tahu tentang hal itu?"
"Aku tidak peduli."
"Baguslah! Aku tidak ingin kamu mengambil suamiku!"
"Kenapa sih kamu mengurusi Phi Mew? Mending kamu balik kerja lagi!"
"Ngga Gulf, aku ngga bisa! Aku penasaran! Phi Mew kelihatan seperti seseorang yang berbeda saat ini."
"Ya mungkin karena setelah kasus penculikan itu dia menjadi sadar. Baguslah, jadi aku ngga perlu menyadarkannya lagi kalau dia memiliki sifat dan sikap yang buruk."
"Tapi dia terlalu banyak berubah. Aku juga melihat ada bekas luka di tangannya serta lehernya. Apakah terjadi kekerasan saat penculikan itu?"
"Hmm, dia cerita bahwa setiap beberapa hari sekali tubuhnya pasti kena cambuk sampai berdarah."
"Kenapa dia tidak melaporkannya?"
"Tidak ada barang bukti, jadi kasus ini pada akhirnya ditutup."
"Kamu bisa membantunya Gulf!"
"Aku pun tidak bisa karena orang-orang itu bekerja sama dengan jaringan internasional yang sengaja menjebak orang-orang dan memeras mereka."
"Astaga, kenapa mereka bisa sejahat itu?"
"Mew adalah seorang aktor yang sedang naik daun. Pasti banyak yang ngga suka kepadanya. Aku mengerti dan paham sih akan hal itu."
"Aku pernah mendengar kasus penculikan yang sama dengan yang di alami oleh Phi Mew. Memang benar, penculiknya itu tidak bisa ditemukan dan sang korban di peras habis-habisan."
"Iya, kemungkinan Phi Mew akan diancam, tapi aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi."
Setelah berbicara panjang lebar, Win kini kembali ke ruangannya. Gulf yang telah selesai memeriksa beberapa dokumen kini mengajak Mew ke rumah sakit. Gulf sudah memboking nomor antrian untuk memeriksakan bayinya.
***
"Semuanya terlihat sehat..." Ucap dokter di dalam salah satu ruangan yang ada di dalam rumah sakit internasional.
"Syukurlah..." Ucap Mew.
"Apakah Tuan merasa sangat lemas sekarang?"
"Tidak, aku tidak merasa lemas." Ucap Gulf.
Setelah pemeriksaan itu selesai, Mew dan Gulf kini mengambil obat di apotik. Mew berjalan sambil menggandeng tangan Gulf. Gulf benar-benar di perlakukan seperti anak kecil oleh Mew. Gulf terus mencoba menahan senyumannya dan rasa bahagiannya ketika Mew begitu sangat baik kepadanya.
Author Point Of View Off
KAMU SEDANG MEMBACA
UNWRITTEN STORY (END)
FanfictionGulf tidak mengerti dengan dirinya sendiri, mengapa dia jatuh cinta kepada seseorang yang pernah membully dirinya pada saat masa SMA dulu. Cinta itu berkembang menjadi sebuah obsesi dimana Gulf hanya ingin memiliki orang itu sendirian, padahal orang...