The Awareness of Robert's Presence

13 6 0
                                    

"Itu makan buat Miller?" Emma menggerling kepada Agatha yang sedang mengoleskan alpukat di atas roti gandum. Rumah Anderson sedang sepi-Alex sekolah, Albert pergi ke sidang perceraian diantar oleh Fransesca dan Daniel-kini hanya terdengar suara petikan gitar dari Robert yang sedang bernyanyi di lantai atas.

Agatha tersenyum pada Emma yang sedang membantunya memotong makanan. "Iya sayang," jawabnya.

"Aku aja yang antar," pinta Emma. Ia menaruh pisau dan kejunya, mencuci tangan, dan menghampiri Agatha di meja makan.

Agatha, asisten yang sangat keibuan itu mengangguk dan menata makanan Miller sambil ditonton oleh Emma. "Here you are," ucapnya setelah selesai.

Emma menerima nampan itu dan berjalan menuju kamar Miller dengan hati yang senang karena akan mengantarkan makanan bagi kakaknya. Maksudnya, sudah lama tidak berkomunikasi barang sepatah dua patah kata. Ia mengetuk dan terdengar langkah kaki dan bincang suara Miller dari balik pintu. Tepat saat itu, suara nyanyian Robert juga terhenti. Miller membukanya, ia sedang memakai jaket tipis dengan kaos hitam polos yang tampak dari bagian yang tidak diresleting. Tangan kanannya sedang menekuk ke atas, menggenggam ponsel ke dekat telinga. Ia sedang menelopon seseorang.

Emma tersenyum begitu tulusnya, sehingga jika Lucas-cowok yang naksir Emma di sekolah-diberikan wajah semanis itu pasti tidak akan pernah merasa murung lagi selama berminggu-minggu. Namun, Miller yang memang pada awalnya sedang nyengir lebar akibat mengobrol di telepon dengan entah-siapa, langsung berubah menjadi wajah datar ketika tahu Emma yang ada di luar kamarnya.

"Makan, Miller." Emma menyodorkan nampan itu, berusaha tidak menggubris ekspresi Miller yang tiba-tiba berubah drastis ketika melihatnya.

Miller mengambil nampan itu dengan tangan kirinya tanpa memandang Emma, lalu dengan teganya mendorong pintu kamarnya menggunakan sikut yang masih memegang ponsel sampai tertutup tepat di depan wajah Emma.

Bruk!

Tubuh Emma sedikit bergerak ke belakang seakan tertiup angin dari pintu yang ditutup agak kencang. Ia menarik nafas dan membuangnya lewat mulut.

Aku salah apa, sih? Kesalahan yang mana yang belum dia maafkan?

Agatha yang berada di meja makan dan sedang mengelap piring-meski jaraknya cukup jauh-langsung memutar tubuh dan pura-pura membuka kulkas agar Emma tidak menyadari ada yang menyaksikan kejadian tidak mengenakkan itu. Emma berkedip pelan, dadanya seakan diperas oleh sesuatu tak terlihat. Bukan dada tempat jantungnya berada, tetapi sesuatu yang berat dan menyedihkan timbul tenggelam dari dalam hatinya.

Emma bergerak menjauh dan langsung terlonjak ketika Robert sedang melipat dadanya, sebelah tubuhnya bersandar di pegangan tangga. Dia tahu apa yang terjadi.

"Hi, Robert." Emma tersenyum seperti baru saja tidak terjadi sesuatu.

"Hi?" Robert memandang tak percaya. "Setelah apa yang baru saja kulihat, kamu masih bisa hi sambil senyum-senyum gitu?"

Kedua ujung bibir Emma berkedut, dia tidak bisa menjawab apa-apa. Kakaknya terlalu jujur dan apa adanya, tapi itu bagus. Seblak-blakannya Robert, ia masih memedulikan perasaan Emma. Tidak seperti Miller yang pendiam dan mendiamkannya.

"What are you going to do today?" tanya Emma, mengalihkan pembicaraan.

Robert mengangkat bahu. "Tadinya mau main golf. Tapi kayaknya gak jadi."

THE ETHEREAL LEARN OF EMMA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang