Sudut yang Tak EngganDercak suaramu terbayang manis dalam benakku
Denting langkahmu tak enggan-enggan menggurat dadaku
Tatapanmu yang sangat teduh itu kembali menyayat denyutan rinduku
Aroma riuhmu juga bertengger untuk membangun tangiskuKalimat apa yang perlu kubariskan, Tuan?
Kenapa kamu diciptakan dengan sangat menawan
Kenapa kamu sangat istimewa sampai air mata tak mampu kupertahankan
Kenapa kamu hadir dalam tahta yang tak ringanAku tidak peduli kamu juga merindukanku sedalam ini atau tidak
Karena tugasku hanya mendidik naluriku yang rindunya kini sedang berteriak
Mengemban amanah atas cinta yang bertahta
Menahan lembah-lembah indah tetap di bawah penjagaan mataKetidakpedulianku bukan berarti kamu lepas landas
Kamu tetap terisi dalam setiap napas
Kamu tetap hidup di dalam sujud yang seputih kapas
Kamu tetap menjadi tokoh dalam terangkatnya kedua telapak tangan menadah hasil curhatan yang kurampasMungkin, jika beliau belum pergi, kemungkinan kita berjumpa akan lebih besar
Setidaknya, tak sesakit ini menahan serpihan kasar
Ya Tuhan, hati ini rindu semuanya
Merindukan beliau yang telah tiada, bangunan yang tak bernyawa, dan salah satu hati yang berhasil memunculkan seribu tanda tanyaHhhh, apa memang batas dari perjumpaan kita ialah suatu keselamatan?
Ini yang namanya berjalan di atas lancipnya sebuah titian?
Ini yang namanya proses menuju pelukan kebaikan?
Kok perih ya rasanya, tapi tak masalah karena menjemput harsa memang punya kawasan yang harus berani untuk dibumbui pengorbananKala masih dalam bangunan yang sama denganmu, hatiku masih dibuta
Hingga aku bisa merasakan sandyakala yang tenang tak mengusik cinta
Terima kasih, Tuhan
Ada kesempatan untuk menikmati dengan indah atas setiap pemberianAzizah Bounty
Ponorogo, 1 Maret 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Tusukan Rindu
Poesia"Mencintaimu ialah penghargaan yang luar biasa." Cut ➡ Novel Za-Aly Jagat Empiris