XLIV •Berselimut dengan kenangan•

3.2K 230 45
                                    

🎶 Playing song : Prinsa Mandagie - Sahabat dulu 🎶

“Bahagia itu di ciptakan, bukan di cari.”

—Regi Sabiru

.
.
.
.

—Preview bab sebelumnya

     “Selamat ulang tahun diri gua.”

     “Tiket ke Bali?”

     “Iya tiket ke Bali ... Kita liburan ke Bali, Gi! Liburan!”

     “Selamat ulang tahun, Gi.”

🎀

     “Ini adalah gaun keluar terbaru dari kami, Pak ... Kami berkolaborasi dengan salah satu desainer terkenal dari singapura.”

     Kepala Adli mengangguk. Hari ini adalah hari dimana Adli dan Anggita fitting baju pengantin mereka. Berbagai rekomendasi baju pengantin Adli terima. Ia hanya ingin membuat momen pernikahan mereka nanti menjadi sebuah momen indah yang tak akan pernah terlupakan.

     Setelah bertahun-tahun mencoba untuk bangkit, mengikhlaskan Melisa. Kini Adli mampu kembali membuka hatinya untuk seorang wanita cantik yang kini berada di sampingnya. Adli rasa ia kembali menemukan pelangi dalam hidupnya.

     “Saya akan mencoba semuanya,” tuturnya, lantas mengalihkan pandangan pada Anggita dan kembali berbicara, “Saya ingin wanita di depan saya menjadi bidadari yang paling cantik.”

     Bagaiman tidak tersipu, Anggita tersenyum malu di susul oleh beberapa pegawai di sana yang ikut tersipu. Bagaikan seorang ratu, Anggita benar-benar di perlakukan sebaik mungkin oleh Adli.

     “Mari.” salah satu pegawai di sana menuntun Anggita untuk lekas ke salah satu bilik—tempat dimana dirinya akan mencoba beberapa gaun pengantin. Sebelum nantinya menemukan gaun yang tepat untuk pernikahannya.

     Percobaan pertama pada sebuah gaun pengantin yang di rekomendasikan toko, Adli merasa jika gaun itu tidak cocok dengan Anggita. Percobaan pada gaun kedua dan hasilnya pun tetap sama.

     Setelah mencoba beberapa gaun pengantin dan menunjukkannya pada Adli, hingga percobaan pilihan gaun pengantin yang terakhir membuat Adli seketika berdiri dengan mata yang berbinar seakan terpana.

     “Gimana, Mas? Apa ini juga gak cocok sama aku?” malu-malu Anggita menatap Adli. Ia takut gaun kesekian kali yang ia coba akan kembali di tolak lelaki itu.

     Namun berbeda, kali ini Adli malah bertepuk tangan lalu lekas memeluk Anggita erat. “Kamu cantik sekali Anggita, kamu benar-benar cocok dengan gaun ini.”

     Lagi-lagi Anggita tersipu atas pujian yang Adli berikan padanya.

     “Saya memilih gaun ini ... Gaun ini sangat cocok di tubuh calon Ibu dari anak-anak saya.”

🎀

     “Gimana keadaan kamu, Rey? Maaf Abang baru bisa pulang sekarang. Kemarin ada kerjaan yang harus abang selesaikan.”

Another Pain (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang