Chapter 1

167 5 0
                                    

Kisah lama kami tersirat dalam catatan sejarah Philos.

Penyair yang berkelana menyanyikannya ke seluruh daratan. Dalam seratus tahun, tahta Philos mengalami kekosongan. Kini ratu tak bermahkota dalam legenda yang diramalkan mendapatkan kembali tongkatnya.

Philos akan diantar ke musim semi yang baru. Dalam kegelapan seseorang menyatakan secercah cahaya.

Sang Ratu baru akan membawakan Philos yang sekarat kesempatan untuk mendapatkan kembali cahaya dan kejayaannya.

Aku duduk di tahtaku yang dingin. Beberapa langkah di bawahku adalah Ksatria Grandis-ku, Xavier.

Upacara pelantikan ratu seharusnya adalah hari yang membahagiakan. Tetapi, dia memilih hari ini untuk menyatakan selamat tinggal padaku.

Airiss: "Apa kau tidak takut jika para Backtrackers mengira kau mengkhianati mereka untuk sebuah pertemuan pribadi?"

Xavier: "Mereka tahu.. Sebagai seorang ksatria adalah kewajibanku untuk melayani Yang Mulia."

Airiss: "...Apa kau benar-benar akan pergi?"

Xavier: "Kapal luar angkasa telah siap."

Airiss:"Perjalananmu akan berbahaya dan tidak ada kepastian."

Xavier: "Keselamatan kami terjamin asalkan Yang Mulia tidak memanggil kami untuk bertarung."

'Yang Mulia' dia memanggilku dengan sikap acuh tak acuh.

Sebenarnya, Xavier sudah tidak pernah memanggil namaku lagi selama bertahun-tahun...

Dan sekarang, melihatnya berdiri di hadapanku, kusadari waktu berlalu sejak terakhir kali aku memperhatikannya dengan baik.

Airiss: "Keputusanmu telah bulat. Kalau begitu..."

Aku bangkit dari tahta dan melangkah ke bawah.

Airiss: "Akan kuberi tahu seluruh rakyat."

Aku berdiri di hadapan Xavier.

Airiss: "Ksatria Grandis telah gugur dalam pertempuran. Aku akan memberikan kehormatan besar padanya."

Dia tersenyum padaku.

Xavier: "Terimakasih kepada Yang Mulia."

Angin berhembus ke dalam ruangan. Rumbai dengan jimat berbentuk bintang mengayun di pedangnya. Malam tiba mengaburkan gantungan itu, tapi aku sering melihatnya di dalam mata pikiranku.

Airiss: "Kau masih memilikinya."

Jempol Xavier mengusap hulu pedangnya.

Xavier: "...Ya, masih."

Aku ingat saat pertama kali aku bertanya padanya tentang benda itu. Jauh di masa lalu...

Kami hanyalah murid di Astria Knyght Academy.

***

Salju musim dingin meleleh, forget-me-not  berkuncup di sekeliling patung Pedang Suci sang Dewi.

Setelah mendengar para Starhunter telah kembali dari ekspedisi luar angkasa, aku bergegas keluar dari asrama dan berlari menuruni jalan Astroscience menuju ke monumen.

Para murid berkumpul dalam kelompok kecil, mendengarkan Wakil Kapten Jeremiah menyombongkan petualangannya.

Airiss: "Jeremiah, di mana Xavier?"

Jeremiah: "Kau mencari si pangeran sempurna kita?"

Dia menengok ke sekeliling dan menjulurkan kepalanya.

Shooting StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang