"Ayah tidak mengerti jika Nenek Anahita tinggal di loteng istana." Eric bersuara ketika dia bersama anak dan istrinya berjalan menaiki tangga yang berputar, gelap, dan sempit.Karina ada di barisan paling depan, Esther di belakang Karina, sedangkan Eric ada di paling belakang untuk berjaga-jaga. Lagipula, sejak kecil, walau istana ini rumahnya, Eric tidak pernah memasuki loteng. Karena dulu loteng itu digunakan Julian sebagai tempat rahasianya untuk mengintai tamu yang mengunjungi Nebbia.
Setelah berjalan lima menit, mereka akhirnya sampai di depan pintu. Karina langsung mengetuknya sebanyak tiga kali. Tak menunggu waktu lama, pintu itu dibukakan oleh seorang wanita berambut putih panjang, memakai gaun biru muda.
Anahita menganga lebar ketika melihat dua wajah yang ada di belakang Karina. "Eric... Esther..."
Karina tersenyum, dia melangkah maju agar dirinya tidak menghalangi pandangan sekaligus menghalangi Anahita yang ingin meluapkan rasa rindu kepada cucunya.
Eric dan Esther tersenyum, mereka serempak membungkuk di hadapan Anahita, lalu Anahita memegang pundak masing-masing, lantas memeluknya.
"Maaf, tadi saat di ruangan Julian, Nenek tidak sempat menyambut kedatangan kalian..."
"Ah, Nenek... Tidak masalah..." Eric menangis haru.
"Nenek selalu merindukan kalian..." Anahita mencium sisi kepala Eric dan Esther—dia benar-benar rindu.
"Nenek, kami tidak perlu berlama-lama. Tugasku hanya menemani Karina sampai di sini," ujar Eric seraya mengusap air matanya. Kami yang dimaksud adalah dia dan istrinya.
Sejenak Anahita menatap wajah Karina yang mulai terlihat cemas.
"Nyonya Anahita, ini masalah serius. Dan sebaiknya... sebagai pemilik elemen, Nyonya dan Karina harus merundingkan sesuatu." Esther membantu memberi penjelasan singkat.
Anahita masih belum mengerti. Kemudian Eric dan Esther membungkukkan badan mereka di depan Anahita, kemudian pergi meninggalkan loteng.
Hening. Anahita menatap gadis berambut pendek itu, meminta penjelasan.
"Alejarse dalam bahaya. Gaia benar. Alejarse telah membuat dua aliansi yang saling bermusuhan, kita harus menghentikan peperangannya."
"Apa? Perang?" Anahita berseru pelan dengan dahi terlipat tipis. Walau dia terlihat kaget, kesal, nadanya tetap lembut.
Karina mengangguk, lalu dia mengembuskan napasnya. "Aku membawa kelima elemen selain Elemen Tanah, Nenek. Seperti Ayah dulu."
"Karina..." Kedua mata Anahita berbinar.
Gadis itu menundukkan pandangannya. "Apa yang harus aku lakukan, Nek?" lirihnya.
Anahita tersenyum anggun, dia menangkup pundak kiri Karina. "Cicitku, kamu memiliki The Six Blessings dan ingatannya di dalam tubuhmu. Itu karena ingatan Gaia kembali kepadamu. Dan.. pada dasarnya, leluhur Klan Tanah adalah ibu dari para Elf. Bernama Eva."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPARATED [Vol. 2]
FantasíaDalam kehidupan ini, suka dan duka silih berganti. Manusia bermimpi, berusaha, lantas memperoleh keberhasilan atas usahanya. Kehidupan Karina tak semulus apa yang ia impikan. Karina melewati begitu banyak rintangan ketika mulai memasuki dunia masa l...