(11)

777 88 22
                                    

Sedari tadi, Jaehyuk terus mencoba mengajak Asahi mengobrol, seperti yang biasa mereka lakukan ketika bosan mendengar materi perkuliahan. Tetapi sahabatnya itu terlihat enggan menanggapi. Dia beberapa kali mengacuhkan Jaehyuk. Bahkan pesan berantai yang Jaehyuk tuliskan di selembar kertas tak dibalasnya. Hal itu membuat Jaehyuk jadi bertanya-tanya.

"Kau marah padaku ya?"

Kelas mereka baru saja berakhir dan Asahi sudah membereskan semua barang-barangnya hendak keluar dari kelas. Beruntung Jaehyuk lebih cepat mencegatnya.

Alis Asahi terangkat sebelah. "Marah? Kenapa aku harus marah padamu? Memangnya kau melakukan sesuatu yang salah?" rentetan pertanyaan itu terdengar ketus. Jelas sekali laki-laki itu sedang marah.

"Barangkali terakhir kali kita mengobrol, aku tidak sengaja membuatmu tersinggung. Aku minta maaf," ucap Jaehyuk sepelan mungkin.

Seingatnya mereka berdua masih baik-baik saja pekan lalu. Asahi bahkan terus menempelinya seharian—beralasan merindukan Jaehyuk yang jarang punya waktu untuknya. Mereka bercengkerama seperti biasa dan ketika berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing pun masih sempat bertukar candaan.

"Wah, kau benar-benar tidak tau salahmu dimana." dengus Asahi sebelum bergegas meninggalkan Jaehyuk.

Tentu saja Jaehyuk buru-buru menyusulnya meskipun dia tidak mengerti pasal yang membuat Asahi bertindak seperti itu.

"Asahi!" Jaehyuk berusaha memanggil Asahi yang berjalan dengan cepat. Beruntung langkah Jaehyuk lebar sehingga dia bisa menyusul dan mencekal tangan laki-laki itu untuk menghentikannya. "Tunggu dulu. Kenapa kau marah? Katakan kalau memang aku ada salah."

Di jam-jam ini, mahasiswa banyak berkeliaran di lingkungan kampus. Jaehyuk yang mengejar Asahi pun sukses mendapatkan atensi mereka. Asahi yang menyadari itu menghela napasnya kesal.

"Ke mobilku," katanya seraya berjalan ke parkiran fakultas dengan Jaehyuk yang masih memegang lengannya.

Asahi membuka pintu mobilnya dengan kasar sebelum membenamkan tubuh kecilnya disana. Jaehyuk menarik pintu penumpang. Setelah mereka berdua sama-sama menyamankan diri di jok kursi mobil sedan itu, Asahi masih belum bersedia memulai pembicaran. Tunggu Jihoon, dia berasalan saat Jaehyuk kembali mempertanyakan sikapnya.

Cukup lama sampai akhirnya Jihoon muncul. Kelasnya memang berakhir lebih lama dibandingkan Jaehyuk dan Asahi. Berbanding terbalik dengan Asahi yang mukanya berlipat seperti origami, Jihoon tampak ceria seperti biasa. Barangkali karena dia baru saja mendapatkan nomor telepon adik tingkat yang dua hari ini diincarnya.

"Selamat sore teman-temanku yang budiman," sapanya tidak peduli dengan atmosfer yang mencekam. Mengabaikan sepenuhnya Asahi yang memelototinya dan Jaehyuk yang tersenyum membalas sapaannya dengan tidak nyaman.

Begitu tubuhnya masuk dengan sempurna ke dalam mobil Asahi barulah dirinya mengatur sikap. Walaupun masih tidak bisa menutupi ekspresi gelinya melihat wajah tertekan Jaehyuk yang sepertinya sudah siap diadili oleh Asahi.

"Kau sama sekali tidak ingin mengatakan sesuatu kepadaku dan Jihoon?" Asahi memulai forum peradilan dengan tersangka Jaehyuk itu.

"Mengatakan apa?" Jaehyuk bertanya bingung. Dia tidak punya apapun untuk dikatakan kepada dua orang sahabatnya itu.

Asahi mendengus, "Apa saja. Tentang seseorang bernama Park Jeongwoo misalnya."

Jaehyuk membelalakkan matanya, terkejut sekali. Darimana Asahi mengetahui tentang Jeongwoo. Dia mengedarkan matanya ke arah Asahi dan Jihoon bergantian, berusaha menelan ludah yang berkumpul di pangkal tenggorokannya itu.

"Kenapa diam? Masih ingin merahasiakannya sampai salah satu di antara aku dan Jihoon mati?" ketus Asahi penuh emosi. "Kau sudah tidak mau menganggap kami bedua sebagai temanmu, Yoon Jaehyuk?" tuduhnya kesal.

A Lucky Find | a Jeongjae FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang