Hana menghampiri Haikal yang tengah termenung dengan kopi dan Rokok ditangannya. Melemparkan bantal berbentuk Love kearah Haikal.
"Anjing! Sakit, woy!" Pekik Haikal. Cukup hafal jika pelakunya adalah Hana.
"Bego sih jadi cowok!" Gemas Hana. "Maksud Teteh kan sekarang 2023 gitu. Lu masa gak inisiatif pake kondom gitu? Mending kalo gak apes. Kalo apes terus siapa yang susah? Aca lah. Terus iya Aca hamil gimana?" Hana menghela nafasnya.
"Ya mana kepikiran anying, Teh. Kita bener-bener kebawa suasana. Terus sama-sama mau yaud——" Hana menatap Haikal Tajam.
"Makanya berdoa. Rajin solat biar gak ditemenin setan!" Haikal mendelik kesal.
"Bacot"
"Terus, lu beneran lost contact sama Aca?" Hana mulai tenang.
"Iya. Gue bener-bener lost contact Teh. Dia bener-bener ngilang" jawab Haikal dengan wajah sendu. Haikal merogoh sakunya. Memperlihatkan foto Aca pada Hana "Nih, orangnya yang ini. Lu kan kerja di rumah sakit. Kalo liat kasih tau gue"
"Dih, tulol. Rumah sakit di Jakarta bukan RSIA Bunda doang ya bego!" Hana menoyor kepala sang adik kesal. Haikal hanya mengedikan bahunya.
"Tapi lu gimana sama dia?" Tanya Hana serius.
"Gue mungkin naif, Teh. Tapi gue beneran mau nungguin dia. Entah dia jodoh gue atau bukan. Tapi seenggaknya gue harus ketemu dia, Teh. Kita harus ketemu. Gue harus tau alesan dia mutusin gue. Biar gue juga bisa lepasin dia" Hana hanya mengangguk-anggukan kepalanya paham.
"Terus, kalo dia beneran hamil? Terus dia sengaja jauhin lu. Lu mau gimana?" Haikal menerawang. Mencoba mencerna pertanyaan Hana.
"Gue kecewa pasti, Teh. Karena itu tanggung jawab gue. Tapi gue juga butuh dengerin alesan dia. Dia bukan orang yang egois. Gue yakin keputusan yang dia ambil pasti dia bukan cuma mikirin diri dia sendiri, tapi dia juga mikirin gue—" Haikal menjeda ucapannya. "Kalo kita ketemu dalam keadaan ternyata dia beneran hamil anak gue. Gue bakal berenti jadi gitaris, Teh. Gue juga udah mikir buat jadi Produser. Toh bang Tio juga udah sering nawarin. Gue pengen punya waktu lebih sama istri dan anak gue. Gue pengen ngeganti waktu yang udah Aca abisin sendirian" Hana menatap Haikal bangga. Air matanya tak lagi ia tahan. Hana memeluk Haikal erat.
"Idih, kok jadi lu yang mewek sih Teh?" Haikal terkekeh melihat kakaknya terisak dalam pelukannya.
"Adek Teteh udah gede. Teteh bangga sama Ical" Ical membalas pelukan kakaknya, hangat.
"Kalo suatu saat nanti Teteh ketemu, Aca. Jangan benci Aca ya Teh. Aca gak salah" Pinta Haikal. Diiyakan Hana.
Haikal bersyukur. Ia memiliki Hana sebagai tempatnya mengeluarkan keluh kesah. Orang pertama saat Haikal segan untuk bercerita pada Riana sang Bunda. Pun sebaliknya dengan, Hana. Haikal selalu jadi pelindung baginya. Meskipun Haikal adalah adik, ia selalu jadi sosok yang melindungi Hana.
"Gimana sama Bang Malvin?" Tanya Haikal menyeruput Kopinya.
"Gimana apanya?" Hana mengerutkan dahinya, bingung.
"Masih aja lu berdua friendzone?" Haikal terkekeh. Sebuah pukulan mendarat di lengan Haikal.
"Bacot banget. Dah ah gue mau tidur. Besok kerja pagi. EH LU YA, UDAH ABIS 2 BATANG. AWAS AJA KALO NAMBAH! Kopi juga. Jangan sering-sering, Cal!" Hana menatap tajam Haikal.
"Iya iya, bawel banget sih bu dokter. Abis ini udah kok. Udah hus, sana tidur" Haikal mendorong Hana pergi.
Hallo guysss!!
Maaf ya kalo pendek-pendek huhu.
Semoga kalian gak bosen sama ceritanya.
Maafkan untuk segala typonya.
Makasih udah mampir dan bacaaFeel free to Vote and Comment.
XOXO!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana ( Haechan - Chaeryeong ) ✅ [SELESAI]
أدب الهواةsedikit cerita tentang pengeorbanan, cinta yang dalam dan bahagia yang diperjuangkan.